Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Simbol Kebebasan Perempuan Dalam Fashion di 2024

Allysha Nila mengeksplorasi bagaimana fashion mulai terkena demam gantungan tas atau bag charm ini.

Simbol Kebebasan Perempuan Dalam Fashion di 2024
Courtesy of Spotlight

Pada bulan Februari lalu, saya bertemu Luna Maya di lokasi syuting. Ia membawa tas Margaux barunya (dari brand Mary-Kate and Ashley Olsen, The Row) dihiasi dengan gantungan tas, berbentuk karakter Tanjiro dari animanga Demon Slayer. Saya pikir, “Wah, niche juga ya kombinasi ini untuk konteks Indonesia. Bahkan untuk konteks fashion pun.”  Mau disadari atau tidak, Luna mengimpor dua micro trend aksesori yang sangat besar, dan lebih pentingnya lagi, kedua hal yang  bertentangan bisa menjadi kesatuan yang menarik. Untuk mengerti kenapa hal ini bisa terjadi, mari kita bedah dulu tasnya.

BACA JUGA:  Mengenal Figur Ikonis Jane Birkin yang Meninggal Dunia di Usia 76 Tahun

Banyak editor majalah menganggap tas ini sebagai the new Birkin. Di resale market saja, harganya sudah bisa naik dua kali lipat. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa Margaux melampaui Birkin dari segi quiet luxury, karena tidak ada pemasaran yang terlibat. Meskipun model ini pertama kali dirilis pada tahun 2018, popularitas tas ini baru memuncak pada kuater keempat tahun 2023.

Tas ini adalah tas yang dijuluki ludicrously capacious: Ukuran model terbesarnya adalah 17 inci, sedikit lebih besar dari Birkin 40. Ditambah, tidak ada logo yang terlihat pada tampak depan tasnya, melainkan ia ada di samping, dengan ukuran yang sangat kecil. Ditambah lagi dengan ketentuan larangan mengunggah tas ini di media sosial oleh The Row, yang berimbas pada meningkatnya nilai mistik dan daya tarik merek tersebut. Maka dari sini lah, tas Margaux berperan sebagai kanvas kosong yang baik untuk menampilkan personal statement. Dan dari sinilah kreasi gantungan tas dimulai. 

Kembalinya tren gantungan tas saat ini tidak hanya menjadi sarana ekspresi masa kanak-kanak kita masing-masing, tetapi juga menjadi lambang jalannya hubungan komunitas. Ibaratnya, “saya suka ini, jadi saya memakainya,” seperti lencana. Tentu saja, tren gantungan tas ini bukanlah hal baru. 

Pada akhir tahun 1990-an, charms begitu populer di Jepang sebagai keitai straps, alias gantungan HP. Setelah pergantian milenium, gantungan tersebut menjadi  bagian dari budaya kawaii. Ingatkah kalian, sebelum smartphones dibuat, ada slot pada ponsel untuk memasukkan tali gantungan tersebut? Selayaknya di Jepang, tren dapat berkembang secara berlebihan. Keitai straps tersedia dalam berbagai bentuk, seperti bola bulu, kristal, lonceng, dan figurine karakter anime atau manga. Modelnya tidak selalu cantik dan girly, ada juga bentuk seperti takoyaki dan edamame.

Namun, ada satu orang di dunia fashion yang sudah sejak lama menggunakan charms sebelum penemuan ponsel. Aktris, model, penyanyi, dan ikon Inggris-Prancis, Jane Birkin, telah memasangkan jam tangan (betul, jam tangan), tasbih, lonceng, omamori dan bahkan menempelkan berbagai stiker langsung pada tas Hermès yang dinamai untuknya sejak tahun 1980-an. Ketika ia meninggal pada bulan Juli tahun lalu, TikTok mulai menyebut tren mendekorasi tas dengan segudang bag charms dengan namanya. Netizen tergila-gila oleh fenomena ini sepanjang  musim panas, sebelum akhirnya muncul di runway Eropa. 

Sebetulnya, dari tahun lalu, saya sudah memperhatikan bahwa beberapa anak magang saya juga tergila-gila dengan aneka macam pernak-pernik lucu. Dari merekalah saya tahu soal KKV, Sonny Angel, dan akhirnya demam bag charms yang merajalela pada rakyat Gen Z TikTok. Akhirnya, pada bulan Oktober, tren tersebut tampil di runway rumah-rumah mewah besar di Paris, termasuk Balenciaga dan Miu Miu. 

Gantungan tas adalah fenomena universal yang melintasi generasi, dan ada hal lebih besar yang sedang bekerja, sehingga dapat menjelaskan mengapa tren lain, seperti coquette, menjadi viral: girlhood. Maknanya sendiri ialah melambangkan sebuah attitude baru para perempuan untuk mengenang serta menyimpan memori masa kecil mereka. Girlhood inilah yang menjelaskan kembalinya tren coquette yang mendominasi periode awal 2024 ini dengan pita, korset, sepatu balerina, warna pastel, sentuhan faux fur dan floral.

Jika 2010-an adalah era girlboss yaitu perempuan harus senantiasa sukses dan berkembang, maka 2024 adalah era merangkul kembali jiwa kanak-kanak dalam diri setiap perempuan.  

BACA JUGA:
Ikon Kemodernan: Tas Margaux Milik The Row
Dua Lipa Mendandani Tas Birkin Miliknya Seperti Jane Birkin

Artikel ini ditulis oleh Allysha Nila dengan judul The Unlabelled and Unhinged, terbit pada Harper's Bazaar Indonesia April 2024.