Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Pengertian Black Friday, dan Apakah Ada di Indonesia?

Ternyata ada hubungannya dengan musim liburan lho!

Pengertian Black Friday, dan Apakah Ada di Indonesia?
Courtesy of Instagram @kyliejenner

Mungkin sebagian dari Anda di sini ada yang sama sekali tidak mengenal Black Friday dan ada juga yang sudah tahu keberadaannya tapi tidak tahu dari mana asal usulnya. Sebutan Black Friday sering sekali terdengar di akhir tahun tepatnya di akhir bulan November. Tidak sedikit juga dikatakan dengan musim berbelanja untuk orang-orang khususnya di Amerika Serikat. Jadi, mana pengertian yang benar?

Baca juga: Inilah Daftar Butik yang Kini Bisa Dibeli Melalui Online

Di sini, Bazaar akan membantu Anda untuk mempelajari apa itu Black Friday dengan penjelasan yang mudah untuk dimengerti, dan juga eksistensinya di Indonesia. Yuk simak!

APA ITU BLACK FRIDAY?

Istilah Black Friday adalah nama yang sangat populer digunakan untuk dua kesempatan yang tidak berhubungan yakni post-Thanksgiving dan pre-Christmas. Sekarang paling populer digunakan di negeri Paman Sam ialah untuk merujuk pada hari setelah Thanksgiving, hari libur nasional tahunan di Amerika Serikat dan Kanada merayakan panen dan berkat lainnya dari tahun lalu, yang sering dianggap sebagai hari pertama belanja liburan dan dikenal karena menampilkan diskon dari para penjual dalam berbagai pasar. Black Friday selalu jatuh setiap hari Jumat setelah Thanksgiving, yang selalu tepat dirayakan pada hari Kamis keempat di bulan November. Pada tahun 2021, Black Friday jatuh pada 26 November. Sedangkan, tahun 2022, Black Friday jatuh pada 25 November. 

Courtesy of Instagram @jastookes
Courtesy of Instagram @jastookes

Sehingga Black Friday secara garis besar diartikan sebagai akhir pekan berbelanja besar-besaran setelah hari Thanksgiving di mana orang-orang mendapatkan diskon menarik di toko-toko di seluruh Amerika selama waktu ini. Namun, tradisi tersebut kini telah diadopsi oleh penjual di seluruh dunia.

DARI MANA BLACK FRIDAY MUNCUL?

Thanksgiving telah dirayakan di Amerika Serikat selama lebih dari berabad-abad sekarang, setelah Franklin D. Roosevelt, mantan Presiden AS ke-32, mengeluarkan proklamasi pada tahun 1942. Namun, Black Friday datang untuk dikaitkan dengan Thanksgiving hanya sekitar pertengahan abad ke-20. Black Friday diyakini melambangkan kehancuran pasar emas AS pada tahun 1869. Itu adalah hari jatuhnya harga emas yang menyebabkan jatuhnya pasar, yang dampaknya dirasakan oleh ekonomi AS selama bertahun-tahun.

Sebutan Black Friday juga diyakini datang dari kota Philadelphia, pada 1960-an. Di mana Departemen Kepolisian Philadelphia telah mengeluh tentang hari Jumat setelah hari Thanksgiving, ketika jalanan macet dan terganggu dengan ramainya lalu lintas. Para masyarkat biasanya berbondong-bondong ke kota untuk memulai belanja liburan mereka dan, terkadang hari belanja populer ini bertepatan dengan pertandingan sepak bola tahunan Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Sehingga, mereka menggambarkan keramaian itu sebagai "Jumat Hitam". Tidak hanya itu, frasa hitam dan merah seringkali digunakan dalam dunia bisnis untuk menggambarkan keuntungan dan kerugian, penjelasan untuk salah satu hari belanja tersibuk tahun ini baru muncul pada 1980-an, sekitar 20 tahun setelah istilah Black Friday dikenal sebagai hari yang umum.

Courtesy of Instagram @mariarahajeng
Courtesy of Instagram @mariarahajeng

BLACK FRIDAY HINGGA SAAT INI

Lalu, apa buktinya bahwa Black Friday menguntungkan dengan besarnya diskon yang diberikan? Secara logika, memang kita akan berpikir bahwa hal tersebut justru akan merugikan. Karena di Amerika diskon yang diberikan bisa menyentuh hingga 80% potongan harga. Namun, National Retail Federation (NRF), asosiasi perdagangan ritel terbesar di dunia, memperkirakan 158,3 juta orang berbelanja online atau langsung di toko selama akhir pekan Thanksgiving, yang sedikit meningkat dibandingkan tahun 2020. 

Sebagai perbandingan, rata-rata pembelanja akan menghabiskan total 997,79 US Dolar (14.293.491 rupiah) selama seluruh musim liburan pada tahun 2020 yakni miliki 8,2% kenaikan keuntungan penjualan secara keseluruhan. Pada tahun 2021, pembeli berencana untuk menghabiskan sekitar 997,73 US Dolar (14.292.631 rupiah) untuk hadiah, dekorasi, makanan, dan pembelian lainnya untuk diri mereka sendiri serta keluarga mereka dan hal itu menggarap 8,5%-10,5% kenaikan keuntungan. Walaupun jumlah pengeluaran sedikit berkurang, tetapi peminat Black Friday semakin meingkat. Sedangkan, pada tahun 2019, tahun sebelum pandemi global, hanya memiliki 3,9% kenaikan keuntungan. Melihat data tersebut, kita bisa tahu bahwa memang hingga saat ini, keuntungan dari Black Friday selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Courtesy of InStyle
Courtesy of InStyle

BLACK FRIDAY DI INDONESIA

Jika Anda bertanya-tanya apakah ada Black Friday di Indonesia, jawabannya tentu ada. Namun, bukan merupakan hari besar berbelanja seperti yang dilakukan masyarakat Amerika Serikat. Di Indonesia, biasanya seluruh penjual akan lebih mengeluarkan diskon besar-besaran di Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada 11 November setiap tahunnya. Dan itu pun hanya berlaku jika Anda belanja secara online. Untuk Black Friday di Indonesia, biasanya hanya akan diselenggarakan oleh toko-toko yang memang berasal dari luar negeri. Misalnya, Victoria Secret, Sephora x Foreo, Ibox yang merupakan distributor resmi Apple, dan merek lainnya. Beberapa merek itu pun, tidak akan memberikan diskon besar-besaran seperti yang ditawarkan di AS hingga 80% potongan harga. Jadi, pilihlah barang yang memang Anda butuhkan dan menawarkan deals yang menarik. Happy shopping!

Baca juga:

11 Rekomendasi Scented Candle Lokal yang Cocok untuk Hadiah Akhir tahun

Rekomendasi Produk Kecantikan Edisi Terbatas untuk Rayakan Musim Libur Akhir Tahun 2021

20 Rekomendasi Bingkisan Natal dan Akhir Tahun yang Unik untuk Orang- Orang Istimewa

(Penulis: Gracia Sharon, Foto: Courtesy of Instagram @kyliejenner, @jastookes, @mariarahajeng, InStyle)