Jemana Murti, seorang seniman muda berbakat asal Bali, mengeksplorasi hubungan kompleks antara warisan budaya dan teknologi modern melalui pameran tunggalnya yang bertajuk Digital Echoes of the Past. Digelar di Gajah Gallery Jakarta dari 28 September hingga 27 Oktober 2024, pameran ini menawarkan pengalaman visual yang mendalam, mengajak penonton untuk merenungkan dinamika pelestarian budaya di tengah laju perkembangan teknologi yang pesat.
Dengan karya-karyanya yang memadukan bentuk tradisional dan estetika digital, Jemana mengusung konsep ketegangan antara masa lalu dan masa kini. Karya seperti Future Relic: Silhouettes dan Borrowed Reflection menggunakan teknik cetak 3D dan material kontemporer seperti partikel perunggu dan akrilik pada PVC, menciptakan efek visual yang mengganggu sekaligus memikat. Efek glitch yang sengaja disematkan pada karyanya memperkuat perasaan tidak nyaman, memaksa penonton untuk menelusuri lapis demi lapis makna dalam setiap karya yang dipamerkan.
Selain memanjakan mata, pameran ini juga menghadirkan serangkaian program publik, mulai dari diskusi, wicara seniman, hingga lokakarya. Program-program ini bertujuan untuk memperkaya pemahaman tentang persinggungan antara seni, teknologi, dan warisan budaya, serta mendorong masyarakat untuk lebih kritis dalam melihat masa depan tradisi di era yang semakin didominasi teknologi.
Jemana Murti melalui pamerannya menampilkan seni sebagai medium ekspresi dan juga sebagai ruang dialog yang penting dalam menjawab tantangan modernitas terhadap pelestarian budaya. Digital Echoes of the Past menjadi panggilan untuk merenungkan kembali hubungan kita dengan masa lalu di tengah arus perubahan zaman yang terus bergulir.
BACA JUGA:
Museum Victoria & Albert di Britania Raya akan Menggelar Pameran Megah Coco Chanel