Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Cara Mengatasi Sakit Hati, Ini Kata Psikolog

Ada banyak cara untuk pulih dari sakit hati untuk mengembalikan kualitas hidup.

Cara Mengatasi Sakit Hati, Ini Kata Psikolog
Courtesy of Freepik

Sakit hati adalah pengalaman emosional yang hampir semua orang alami dalam hidup. Di kehidupan yang berjalan dinamis dan kompleks, setiap orang pernah mengalami hal-hal yang menyakitkan. Entah karena putus cinta, pengkhianatan, kehilangan, atau konflik dengan orang terdekat, rasa sakit yang ditimbulkan bisa sangat dalam dan mengganggu kualitas hidup. 

Iswan Saputro, Psikolog Klinis di Remedi Indonesia, mengatakan bahwa sakit hati bukan hanya persoalan emosi, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental dan fisik seseorang. “Biasanya kita merasa sakit hati karena ekspektasi kita sendiri terhadap sesuatu atau seseorang. Oleh karena itu, kita perlu belajar me-manage ekspektasi terhadap diri sendiri dan orang lain,” jelasnya. 

Kita tidak perlu berkepanjangan merasakan sakit hati. Menurut psikolog cara-cara ini bisa membantu mengatasi sakit hati: 

1. Terima dan Validasi Emosimu

Courtesy of Freepik

Langkah pertama untuk sembuh adalah menerima bahwa Anda memang sedang terluka. It’s okay to feel sad. Banyak orang cenderung menekan, mengabaikan bahkan memendam emosi, berpura-pura kuat, atau merasa bersalah karena merasa lemah. Padahal, menurut Iswan, memendam emosi justru membuat luka emosional bertahan lebih lama dan lama-lama bisa berdampak pada kesehatan tubuh.

Terapi kognitif bisa dilakukan. Tujuannya untuk membantu seseorang mampu mengidentifikasi emosi yang tidak nyaman yang memengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. “Memvalidasi emosi itu penting dan sangat normal. Wajar merasa sakit hati, kecewa, sedih, bahkan marah. Setelah kita memahami apa yang kita rasakan, kita bisa belajar cara mengelola atau meregulasinya,” jelas Iswan. Tips sederhananya, tuliskan apa emosi tidak nyaman yang sedang hadir dalam jurnal pribadi, sehingga semua hal disimpan di tubuh.

2. Berhenti Mencari Penjelasan yang Tak Kunjung Datang

Courtesy of Freepik

Salah satu jebakan psikologis saat sakit hati adalah keinginan terus-menerus untuk memahami “mengapa” hal itu terjadi. Kita ingin tahu alasan di balik penolakan, pengkhianatan, atau keputusan orang lain. Tapi, menurut psikolog Dr. Guy Winch yang juga menulis buku “How to Fix a Broken Heart”, terlalu sering merenungkan hal ini bisa menyebabkan ruminasi, yaitu pola pikir berulang yang tidak produktif.

Ruminasi hanya memperpanjang penderitaan emosional dan memperkuat ikatan pada masa lalu. “Saya sarankan untuk belajar menerima bahwa tidak semua pertanyaan harus terjawab sekarang. Lepaskan kebutuhan akan penjelasan adalah bagian dari proses penyembuhan,” tutur Iswan.

3. Sadari Jika Ada Perubahan dalam Diri

Courtesy of Freepik

Pengalaman sakit hati dapat mengubah cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Perubahan ini muncul dalam beberapa kondisi psikologis, seperti trust issue, body image yang negatif, merasa tidak pantas, dan trauma. Perubahan juga tidak selalu mengarah negatif, namun jika bisa mengambil pelajaran perubahan ini dapat membuat kita menjadi pribadi yang lebih resilien.

Contoh umum yang ditemui terkait pengalaman sakit hati adalah menjalani hidup setelah perpisahan. “Life after break up, topik yang sering ditemui dalam sesi konseling setelah seseorang mengalami perpisahan dengan pasangan. Perubahan dalam memandang hubungan, pernikahan, karakter pasangan, dan keluarga menjadi berbeda setelah merasakan sakit hati,” kata Iswan.

4. Latih Boundaries Diri terhadap Pemicu Sakit Hati

Courtesy of Freepik

Dalam banyak kasus, sumber sakit hati berasal dari orang yang masih ada dalam kehidupan kita—entah mantan pasangan, sahabat dekat, atau bahkan anggota keluarga. “Menjauh dari pemicu sakit hati memang tidak sepenuhnya menyembuhkan sakit hati. Tapi, menjauh sementara, termasuk menjauh dari ekspektasi diri, bisa membantu seseorang lebih menerima keadaan dan merasakan emosi yang lebih nyaman. Saat merasa nyaman, seseorang dapat berpikir lebih jernih dan lebih siap memulihkan diri,” kata Iswan. Saat menjauh, ciptakan ruang untuk diri sendiri dan lakukan aktivitas yang menyenangkan. 

BACA JUGA: Membedah Sejuta Makna di Balik Kata "Maaf"

5. Bangun Rutinitas Positif

Courtesy of Freepik

Saat hati sedang sakit, penting untuk menjaga diri agar tidak larut dalam keterpurukan. “Alihkan energi ke aktivitas yang positif dan produktif. Sibukkan diri sendiri dengan hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Ini bukan berarti melupakan rasa sakit, tetapi membantu otak menemukan keseimbangan baru,” jelas Iswan.

Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan di antaranya adalah melakukan olahraga ringan untuk meningkatkan hormon endorfin (hormon bahagia), ikut kegiatan sosial untuk menemukan makna diri, bergabung ke support group yang positif untuk menyadari bahwa Anda tidak sendiri, menekuni hobi atau minat baru, meditasi, dan susun ulang rutinitas harian untuk menjaga produktivitas diri.

Membangun rutinitas positif memberi sinyal kepada otak bahwa hidup terus berjalan, dan Anda layak bahagia tanpa harus bergantung pada orang lain.

6. Latih Rasa Syukur

Courtesy of Freepik

Every cloud has a silver lining. Pengalaman sakit hati membawa pelajaran berharga tentang hidup. Ada kebaikan atau kebahagiaan kecil yang sering kita abaikan pasca sakit hati. Untuk membantu pemulihan, syukuri hal-hal menyenangkan yang hadir dalam keseharian dan mulailah melihat pengalaman pahit sebagai bagian dari perjalanan hidup yang membangun kebijaksanaan seseorang. Ini bukan berarti membenarkan perlakuan buruk, tapi lebih pada melepaskan beban emosional.

Melatih rasa syukur dapat membantu mengubah fokus dari rasa kehilangan ke rasa memiliki – terutama memiliki diri sendiri seutuhnya. Begitu pula dengan pemaafan – termasuk memaafkan diri sendiri – bukan untuk membebaskan orang lain, tetapi untuk membebaskan diri sendiri dari kemarahan, dendam dan sakit hati yang melelahkan.

7. Konsultasi dengan Psikolog

Courtesy of Freepik

Jika Anda sudah melakukan berbagai usaha namun rasanya tidak kunjung membaik, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional seperti ke psikolog. Mungkin saja ada hal lain yang perlu digali dan diproses untuk membantu proses pemulihan.

Psikolog dapat membantu Anda memproses emosi secara sehat, menggali akar luka, dan membimbing Anda melalui berbagai terapi misalnya seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau terapi mindfulness lainnya. Mencari bantuan bukan tanda kelemahan, namun bentuk menghargai diri sendiri. Memulihkan luka batin sama pentingnya dengan menyembuhkan luka fisik.

Penyembuhan emosional tidak instan. Di sebagian besar kasus, butuh waktu yang panjang dan penuh kesabaran tergantung pada kedalaman dan faktor-faktor pendukung di sekitarnya. Yang perlu dicatat, jangan membandingkan proses Anda dengan orang lain, karena pasti akan berbeda.

Sakit hati adalah pintu masuk untuk pertumbuhan pribadi. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai, Anda tidak hanya bisa sembuh, tetapi juga menjadi pribadi yang lebih utuh dan bijaksana.

BACA JUGA:

Cara Membahagiakan Diri Sendiri: Ini Langkah Mudah yang Bisa Anda Mulai Hari Ini

7 Pose Yoga Anti-Kortisol yang Efektif Bantu Tidur Lebih Nyenyak dan Pikiran Lebih Tenang