Beragam kisah dari berbagai daerah hidup kembali dalam Pagelaran Sabang Merauke bertajuk Hikayat Nusantara. Memasuki tahun keenam penyelenggaraannya, pertunjukkan kolosal ini tampil lebih megah dari sebelumnya, menjelma menjadi perayaan budaya yang sarat keindahan dan makna.
BACA JUGA: Pementasan Teatrikal Puisi "Manusia Istana"
Legenda-legenda Nusantara seperti Yuyu Kangkang, Malin Kundang, Sangkuriang, Mahadewi, hingga Calon Arang dituturkan ulang melalui musik, tari, dan lagu yang berpadu dengan sentuhan kontemporer. Dari Sabang hingga Merauke, lagu-lagu daerah bergema, menjadikan panggung ini ibarat jendela yang menyingkap kekayaan budaya Indonesia.
Pementasan tersebut yang diarahkan oleh Rusmedie Agus, dan mengisahkan perjalanan Zie, sebuah karakter yang merepresentasikan generasi muda, bersama karakter-karakter Punakawan Petruk dan Bagong yang menerima amanah dari Semar untuk menjaga nilai-nilai luhur. Melalui kisah mereka, penonton diajak masuk ke dalam hikayat, menyelami makna warisan budaya yang terus hidup lintas generasi.
Lebih dari sekadar tontonan, panggung ini menjadi ruang pertemuan para pelaku seni, dari penyanyi, penari, hingga desainer dan penata artistik. Nama-nama seperti Yura Yunita, PADI Reborn, dan Indra Bekti menghadirkan energi yang berlapis. Yura membawakan sejumlah lagu daerah, termasuk Injit-Injit Semut dari Jambi. PADI Reborn menghidupkan kembali lagu ikonis Mahadewi, diperkaya dengan tabuhan alat musik tradisional seperti gender dan saron. Yura kemudian bergabung bernyanyi, menciptakan harmoni yang memperkuat dinamika panggung. Sementara itu, Indra Bekti tampil sebagai Bagong, menyelipkan humor dan keceriaan yang menjaga ritme pertunjukan tetap hidup.
Salah satu momen yang paling menakjubkan adalah aksi Yura Yunita yang melayang dari atas stadion menuju panggung sambil menyanyi, menghadirkan pengalaman visual yang memukau sekaligus intim bagi penonton.
Tahun ini, Pagelaran Sabang Merauke melibatkan lebih dari 1.500 pelaku seni dari berbagai daerah. Musik garapan Elwin Hendrijanto menghadirkan komposisi yang memadukan ritme tradisi dengan aransemen modern, menghasilkan nuansa segar sekaligus autentik. Dari sisi busana, terlihat deretan karya desainer ternama Indonesia seperti Ghea Panggabean dan Sebastian Gunawan, mereka mengolah elemen klasik Nusantara menjadi siluet dramatis bernuansa modern. Lebih dari 800 kostum penari dan 40 rancangan khusus penyanyi yang digarap oleh Jember Fashion Carnaval dan Pesona Gondanglegi ikut menambah kemegahan panggung. Setiap adegan tersusun dalam alur naratif yang puitis namun tetap menghibur, membawa penonton menelusuri keberagaman budaya Indonesia dalam interpretasi baru tanpa kehilangan akar tradisinya.
Salah satu momen yang sangat mengesankan hadir di elemen interaktif di tengah pertunjukan. Penonton diajak naik ke panggung tersebut untuk belajar langsung tarian tradisional bersama para penari, menghadirkan pengalaman unik di mana mereka bukan sekadar menyaksikan, tetapi turut menjadi bagian dari perjalanan budaya. Kejutan lain seperti penampilan Barongsai, Drumband, dan kelompok cheerleader menambah semarak perayaan ini.
Salah satu sorotan utama dalam pementasan Sabang Merauke adalah koreografi yang seolah melukis panggung dengan gerakan-gerakan yang dinamis. Lebih dari seratus karya tari ditampilkan oleh 351 penari, memadukan ragam koreografi tradisional hingga modern. Di bawah arahan Sandhidea Cahyo Narpati, setiap gerak dirancang dengan sentuhan kontemporer, namun tetap setia pada percikan tradisi yang menjadi jiwa pementasan. Deretan tarian tradisional seperti Saman dari Aceh, Tari Piring, hingga Jaipong hadir berdampingan dengan koreografi teatrikal bertema kepahlawanan dan mitologi, termasuk kisah Hanoman. Sisi kontemporer muncul melalui tarian modern seperti Hip-Hop, yang terasa hidup dalam segmen yang menampilkan dinamika Jakarta sebagai kota kosmopolitan.
Ada rasa bangga yang sulit diungkapkan ketika menyaksikan pementasan ini. Sebagai orang Indonesia, kita diingatkan betapa beruntungnya memiliki warisan budaya yang begitu kaya. Di atas satu panggung, lagu, tarian, mitos, dan sejarah berpadu menjadi sebuah perayaan keindahan Indonesia. Pada penutup pementasan, berbagai pulau dan daerah seolah bertemu. Mereka menari, bernyanyi, dan bergerak bersama, merayakan keberagaman Indonesia dalam satu panggung.
BACA JUGA:
Rekomendasi Film Indonesia yang Perlihatkan Keindahan Indonesia dari Sabang Hingga Merauke
Pementasan Teater Koma: Opera Ikan Asin
(Penulis: Emily Naima; Foto: Courtesy of Pagelaran Sabang Merauke; Edited by)
