Saat saya meminta maaf untuk itu, saya menyadari bahwa kami memiliki masalah. "Saya akan out of office minggu itu," ucap saya. Anda akan berpikir itu sudah merupakan kalimat yang lengkap, tapi ternyata tidak. Untuk beberapa alasan, saya melanjutkan untuk menulis di email ini, perihal alasan mengapa ini istimewa, mengapa saya tidak memeriksa email saya, atau mengambil laptop saya; meminta maaf karena tidak melakukan pekerjaan apapun.. di hari libur. Saya mundur selangkah dari sana, menghapus aliran kesadaran saya yang menyesal dan hanya menulis: "Saya akan pergi minggu itu."
Baca juga: Siasat Membatasi Kehidupan Pribadi Anda dengan Tempat Kerja
Apa yang terjadi dengan budaya kerja sehingga membuat kita meminta maaf atas waktu yang harus kita lewati? Bagaimana kita mencapai titik di mana liburan tidak lagi sakral?
Kebiasaan bekerja 24/7 kami, tentu saja, tidak membantu. Fakta bahwa, berkat smartphone, kita dapat dihubungi dimanapun dan kapanpun, mungkin telah menanamkan dalam diri kita gagasan bahwa kita ‘harus’ selalu dapat dihubungi – selalu 'aktif'.
Gabriella Braun, direktur Working Well, sebuah perusahaan konsultan yang mengkhususkan diri dalam praktik tempat kerja, sekaligus penulis All That We Are, sebuah buku menarik yang menggali kebenaran di balik perilaku tempat kerja kita, berpendapat bahwa kontak terus-menerus telah melepaskan tingkat pekerjaan yang tidak sehat dan berbasis ketidaksabaran.
“Kami mengharapkan semuanya secara instan – seperti makanan cepat saji dan Uber serta pengiriman di hari yang sama,” ucapnya. “Sama halnya dengan kontak kerja. Kami mengharapkan kepuasan yang bisa dibilang instan. Itu sebabnya, terkadang, apabila saya melihat OOO (Out of Office), saya sudah paham bahwa mereka akan 'jauh dari meja kerja selama 10-30 menit'. Mengapa kita merasa perlu mengatakan itu? Orang-orang dapat menunggu balasan Anda – mereka seharusnya juga begitu.”
Kecemasan kami seputar OOO adalah jenis 'presenteeism' yang paling buruk
Tentu saja, harapan yang meningkat akan ketersediaan dan kecepatan menjawab berarti bahwa – ketika kami mengambil waktu luang – kami mendapatkan rasa bersalah yang tidak menyenangkan; kami merasa bahwa kami adalah karyawan yang buruk karena mundur dari pekerjaan, karena menolak untuk tidak bisa dihubungi 24/7.
"Dengan demikian, menggunakan OOO untuk menciptakan beberapa ruang dapat dilihat sebagai 'pencegahan' atau alasan yang digunakan oleh seseorang yang malas atau menghindari pekerjaan," ucap psikolog Dr Roberta Babb, yang sering bekerja dengan tim profesional. “Karyawan mungkin khawatir bahwa itu akan mengomunikasikan kepada orang lain bahwa mereka adalah seseorang yang tidak setia dalam berkomitmen pada tim dan organisasi mereka."
Kecemasan kami seputar OOO, di satu sisi, merupakan gejala dari jenis 'presenteeisme' yang paling buruk. Ini seperti meninggalkan jaket di kursi ketika Anda pergi makan siang, atau tidak ingin terlihat meninggalkan kantor tepat waktu – yaitu waktu yang dialokasikan secara hukum Anda dibayar untuk bekerja.
(Presenteeisme mengacu pada hilangnya produktivitas yang terjadi apabila karyawan tidak dapat memenuhi perannya sebagai pekerja karena sakit, cedera, atau lainnya. Dan jika seorang karyawan bekerja dalam kondisi badan yang tidak prima, tugas tidak akan diselesaikan sepenuhnya, dan lebih cenderung membuat kesalahan.)
Kami selalu mendorong batasan itu dan mencoba membuktikan sesuatu – mungkin untuk diri kami sendiri, tetapi hampir pasti untuk bos kami. Gabriella percaya ini hanya diperburuk sepanjang munculnya WFH (work from home) selama pandemi.
“Saya pikir hal ini berasal dari seorang pemimpin yang menjadi sangat tidak aman tentang bagaimana mengelola karyawan selama masa hybrid,” tambahnya. “Mereka sangat cemas jika mereka tidak melihat karyawannya secara langsung, itu akan menjadi tidak baik. Karena sebenarnya hampir semua orang ingin melakukan pekerjaan dengan baik dan juga harus dipercaya."
Tentu saja, pada saat kelelahan dan gangguan kesehatan mental di tempat kerja semakin terasa nyata tampaknya tidak masuk akal jika kita masih merasa tidak enak karena tidak bekerja saat liburan ataupun cuti. Dr Roberta menegaskan bahwa penetapan batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi kita (terutama karena kerja remote working mungkin telah mengaburkan garis-garis ini secara permanen), lebih penting daripada sebelumnya.
“Apa yang pada dasarnya kita bicarakan adalah batasan dalam ruang kerja digital dan hybrid. Hal pertama yang dapat Anda lakukan adalah menarik napas dalam-dalam dan menghadapi ketakutan bahwa Anda akan dianggap sebagai 'karyawan yang buruk',” jelasnya. “Pikirkan tentang apa yang dimaksud dengan 'karyawan yang buruk' dalam pikiran atau organisasi Anda.
Anda juga dapat meluangkan waktu untuk memikirkan fungsi email 'di luar jam kantor'. Langkah penting ini tidak hanya akan membantu menantang pemikiran kritis dan negatif yang terkait dengan penggunaan OOO, tetapi juga akan membantu Anda dalam memutuskan informasi apa yang akan tinggalkan – yang dapat membantu Anda dan juga orang yang mencoba menghubungi Anda."
Baik Gabriella maupun Roberta merekomendasikan Anda untuk mengelola tim dan ekspektasi atasan Anda. Sebisa mungkin, Anda mengendalikan situasi – memastikan ada seseorang di tim Anda (termasuk dalam OOO Anda) yang dapat mengambil alih email Anda jika diperlukan, atau memberitahu atasan bahwa Anda dapat dihubungi (melalui teks atau WhatsApp mungkin) pada apapun yang sangat mendesak.
Ini tidak hanya meredakan stres dalam tim Anda, tetapi juga membantu meredakan kecemasan. Karena jujur saja, sering kali stres ini bukan datang dari tim kita – tetapi dari diri kita sendiri.
“Ini bisa menjadi tantangan untuk berhenti memeriksa e-mail Anda dan tetap berpegang pada OOO Anda, karena kami menggunakan pemikiran 'what if' dan 'just in case' yang memberi kami izin untuk melanggar batas yang telah ditetapkan, Roberta setuju.
“Ini juga didorong oleh keyakinan yang menunjukkan bahwa memeriksa e-mail Anda akan mengurangi kecemasan dan membantu kami mengelola pekerjaan. Itu berhasil dalam jangka pendek, tetapi memiliki konsekuensi jangka panjang yang merugikan karena membentuk sebuah siklus yang sulit untuk dihilangkan."
Apa yang sebenarnya dimaksud OOO adalah, 'Saya memiliki prioritas lain, saya memiliki kehidupan di luar ini.'
“Dalam menavigasi batasan yang samar, Anda semakin menghabiskan resources karena menggunakan waktu dan energi Anda untuk tugas ini. Artinya Anda tidak akan sepenuhnya berlibur, dan Anda tidak akan sepenuhnya bekerja,” lanjutnya.
"Begitu Anda mengetahui sesuatu, Anda tidak dapat tidak mengacuhkannya, dan menyadari hal-hal yang terjadi di tempat kerja dapat menimbulkan kecemasan, yang juga dapat mengganggu pengalaman berlibur Anda."
Terlepas dari kesadaran kita yang meningkat mengenai kesehatan mental dan pekerjaan, nilai waktu jauh dari pekerjaan kita anehnya justru diremehkan. Dr Roberta menjelaskan bahwa liburan memberikan banyak manfaat psikologis dan pengurangan kecemasan yang mendalam - tetapi kita sering menghalangi diri kita untuk menikmatinya. Namun OOO tidak hanya baik untuk kesehatan mental, tetapi juga – ironisnya – membuat kita lebih baik dalam pekerjaan.
“Jika kita ‘beristirahat’ untuk sementara waktu, kita mungkin akan menemukan ide-ide mengejutkan yang datang kepada kita,” tuturnya. “Dengan tidak membiarkan diri kita memiliki kesempatan tersebut, kita hanyalah membebani diri kita dengan informasi dan menghilangkan ketenangan untuk bersama diri kita sepenuhnya. Ruang itu adalah tempat berasalnya ide terbaik."
Faktanya tetap, tentu saja kita memiliki hak atas kehidupan di luar pekerjaan. Budaya kerja 24/7 mungkin membuat kami berpikir bahwa pekerjaan adalah mencakup semua, tetapi sebenarnya tidak demikian.
Rasanya 9-5 sudah terasa usang, dan gagasan meluangkan waktu untuk diri sendiri dan benar-benar memprioritaskan Anda di luar pekerjaan juga sudah tampak asing – dan kami khawatir hal itu terlihat seolah-olah kami tidak peduli dengan pekerjaan kami – hal ini menyebabkan kecemasan dan rasa bersalah yang mengerikan. Tetapi pekerjaan Anda, pada kenyataannya, hanyalah sebagian kecil dari siapa Anda sebenarnya.
"Itu benar," ucap Gabriella. “Apa yang sebenarnya dimaksud OOO adalah, 'Saya memiliki prioritas lain – saya memiliki kehidupan di luar ini'. Dan kita harus mengakui itu sebagai hal yang normal."
Jadi, lain kali ketika saya menulis OOO, saya akan mengingat betapa pentingnya itu. Bukan hanya memberitahu atasan dan rekan kerja bahwa Anda pergi – ini adalah pengingat bahwa pekerjaan bukanlah keseluruhan dari keberadaan Anda di muka Bumi.
Baca juga:
Apa Mungkin Karier Impian Anda Berubah Menjadi Suatu Mimpi Buruk?
Apakah Anda Bisa Bekerja Apabila Mempunyai Rekan Kerja yang Toxic?
(Penulis: Marie-Clair Chappet; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih Bahasa: Diah Pithaloka; Foto: Courtesy of Bazaar UK)