Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Bagaimana Dunia Maya & Penggunanya Menjadi Penentu Gaya di Masa Kini

Mengupas tren dan penentu gaya bersama Dave Hendrik.

Bagaimana Dunia Maya & Penggunanya Menjadi Penentu Gaya di Masa Kini
Foto: Courtesy of BAZAAR Indonesia

Bulan September selalu menjadi momen bagi majalah fashion untuk menilik kembali perjalanan mode, sekaligus merumuskan tren dan arah gaya yang akan datang. Namun di era digital saat ini, dengan perubahan-perubahan yang terjadi dengan begitu cepat, para penentu gaya tradisional seperti desainer dan editor fashion, tidak lagi menjadi satu-satunya suara yang menentukan arah gaya.

BACA JUGA: Memaknai Slow Living di Tengah Kilatnya Kehidupan

Kini, penentu gaya tidak hanya datang dari panggung tradisional. Digital kreatif, kurator, dan kreator juga memegang peranan penting. Suara mereka bergema melalui platform digital, sementara khalayak punya lebih banyak pilihan untuk mengikuti gaya yang sesuai selera masing-masing.

Kemewahan terbesar saat ini adalah pilihan. Dahulu, desainer dan editor menjadi “komando” gaya karena merekalah yang punya panggung dan insting yang diasah. Kini, setiap individu kreatif bisa menciptakan panggungnya sendiri. Mereka yang berani menembus batas dan mempertanyakan identitas kreatifnya justru paling menarik untuk diikuti. Contohnya, kreator seperti Wisdom Kaye di TikTok atau Heart Evangelista di Instagram yang gaya uniknya mampu memengaruhi pengikut tanpa harus bergantung pada label besar.

Siapa yang disebut style maker kini sangat subjektif. Anda yang aktif di Instagram mungkin menunjuk Chiara Ferragni atau Leonie Hanne sebagai acuan gaya. Generasi TikTok bisa menyebut Emma Chamberlain atau Jennie Blackpink. Bahkan OG fashion blogger seperti Bryan Boy masih menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Dari Kendall Jenner hingga Doja Cat, setiap penggemar punya cara mereka sendiri dalam memilih gaya untuk diadopsi.

Selain para kreator individu, fashion editor dan director seperti Mobolaji Dawodu, Carlos Nazario, atau Gabriella Karefa-Johnson juga sering disebut sebagai penentu gaya masa kini, karena mereka mampu menghadirkan arahan estetis yang segar sekaligus terasa personal. Tak ketinggalan akun arsip runway atau koleksi fashion di Instagram seperti Stylenotcom atau 90sanxiety yang ikut membentuk adaptasi gaya di era digital.

Style is not about the clothes, it’s about the individual. — Alexander McQueen

Alexander McQueen pernah berkata, “Apa yang kita adopsi bukan hanya gayanya, tapi kecintaan kita pada individunya.” Hal ini relevan dengan keadaan sekarang: individu yang menampilkan gaya di platform digital lah yang menjadi pusat perhatian, bukan sekadar label atau tren. Nama-nama penentu gaya mungkin tidak selalu kita kenal, tapi itu tak berarti kita ketinggalan. Pilihan platform yang berbeda membuat setiap orang bisa mengikuti gaya sesuai preferensi pribadi.

Di sinilah peran algoritme menjadi krusial, contohnya pengaruh individu di FYP (For You Page) atau feed platform digital menjadi “magnet” bagi kita untuk mengadopsi gaya tertentu. Satu like pada postingan pola bunga, misalnya, bisa menghadirkan halaman penuh pilihan busana floral. algoritme meramu konten sesuai selera kita, sehingga platform sekaligus algoritme-lah yang menjadi "tombak" penentu gaya saat ini. Kreator, kurator, dan seniman hanyalah pion dalam sistem ini. Dengan banyaknya pilihan platform sekarang, rasanya hampir tak mungkin kita bisa mengikuti seluruh unggahan yang ada. Kita memilih platform yang paling sesuai dengan selera dan kebutuhan kita. Di balik ilusi kebebasan memilih, platform dan algoritme-lah yang menancapkan tongkat komando gaya di era digital, sementara individu kreatif hanya memberikan warna dan karakter pada konten yang muncul.

Algoritme kini menentukan tren apa yang layak dijadikan kiblat Anda. Mungkin Anda berpikir, “Tapi algoritme Instagram Explore kan menyesuaikan dengan selera saya.” Betul, itulah yang membentuk echo chamber. Hal yang sama berlaku pada gaya. Pertanyaannya: siapa yang sebenarnya mengatur siapa, individu atau algoritme?

Saat ini, tombak penentu gaya adalah platform dan algoritma. Individu kreatif, kreator, dan kurator hanyalah pion dari komando algoritma. Ingin tahu tren terbaru? Cukup lihat suguhan algoritma yang muncul di mata Anda hari ini. Ironisnya, tombak itu menancap dengan yakin, memberi ilusi bahwa pilihan tersebut sepenuhnya adalah kebebasan Anda sebagai individu.

BACA JUGA:

Apakah Prosedur Estetika telah Menjadi Standar Baru dalam Mengukur Status Sosial?

10 Creative Director Ini Menandai Kembalinya Era Keemasan Fashion di Panggung Luxury Dunia

Baca artikel Bazaar yang berjudul "Tombak Penentu Gaya" yang akan terbut di edisi cetak Harper’s Bazaar Indonesia - September 2025; Penulis: Dave Hendrik; Alih bahasa: Emily Naima; Foto: Courtesy of Dok Bazaar