Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

10 Creative Director Ini Menandai Kembalinya Era Keemasan Fashion di Panggung Luxury Dunia

Para creative director baru ini membawa semangat segar yang membangkitkan kembali kejayaan mode dunia yang ikonis.

10 Creative Director Ini Menandai Kembalinya Era Keemasan Fashion di Panggung Luxury Dunia
Layout: Adela Devarini Wielaksono

Dalam beberapa tahun terakhir, industri fashion mengalami pergeseran besar yang tak hanya soal tren, tetapi juga tentang siapa yang berada di balik layar kreativitas. Dunia luxury fashion kini menyambut gelombang baru direktur kreatif yang membawa visi segar, berani, dan penuh inovasi. Dari rumah mode ternama seperti Dior, Gucci, hingga Loewe, para nama baru ini hadir tidak hanya sebagai pemimpin kreatif, tetapi juga sebagai ikon budaya yang mampu membentuk kembali identitas brand sekaligus menjawab tuntutan zaman. Mereka datang dengan keberanian untuk menantang tradisi, sekaligus menghidupkan kembali kejayaan estetika yang pernah membuat brand-brand ini legendaris.

BACA JUGA: Langkah Besar Dior: Jonathan Anderson Ditunjuk Sebagai Direktur Kreatif Baru sang Rumah Mode

Melalui pendekatan yang lebih inklusif, eksploratif, dan terkadang penuh kejutan, sepuluh creative director baru ini seolah menjadi angin segar yang menghidupkan kembali denyut era keemasan fashion. Masing-masing membawa latar belakang, filosofi desain, dan cerita unik yang berkontribusi pada narasi baru dunia mode mewah. Kehadiran mereka bukan hanya sekadar pergantian posisi, melainkan simbol transformasi global dalam industri fashion lebih relevan, progresif, dan tetap memikat. Inilah momen yang menandai kebangkitan gaya, ketika kemewahan dan kreativitas bertemu di titik paling visioner.

1. Pierpaolo Piccioli – Balenciaga

Courtesy of Instagram/Pierpaolo Piccioli

Dikenal lewat sentuhan romantis dan puitis saat memimpin Valentino, Pierpaolo Piccioli kini membawa energi emosional dan humanisme modern ke Balenciaga. Pierpaolo Piccioli menawarkan pendekatan yang lebih lembut dan artistik dibandingkan pendahulunya, menciptakan siluet dramatis yang tetap menggugah hati. Keunikannya terletak pada kemampuannya menggabungkan warisan haute couture dengan narasi sosial yang relevan, menjadikan Balenciaga bukan hanya provokatif, tetapi juga penuh empati dan cerita.

2. Matthieu Blazy – Chanel

Courtesy of Instagram/Matthieu Blazy

Matthieu Blazy mengejutkan dunia saat ditunjuk memimpin Chanel, membawa estetika minimalis dan crafting precision yang di asah di Bottega Veneta. Keunikan Matthieu Blazy terletak pada ketajamannya membaca elemen arsip dan menerjemahkannya menjadi sesuatu yang segar tanpa kehilangan DNA label yang dinaunginya. Matthieu Blazy diharapkan menjahit kembali elegansi Parisian klasik dengan sentuhan kontemporer yang ringan, menjadikan Chanel terasa lebih muda, bebas, dan penuh eksplorasi tekstur yang tak terduga.

3. Louise Trotter – Bottega Veneta

Courtesy of Instagram/Louise Trotter

Sebagai wanita pertama yang memimpin Bottega Veneta, Louise Trotter menawarkan pendekatan fungsional yang tetap ultra-rafiné. Gaya tailoring Inggris berpadu mulus dengan craftsmanship Italia, menciptakan koleksi yang modern dan wearable tanpa kehilangan sisi artisanal. Keunikan Trotter terletak pada kemampuannya menyeimbangkan inovasi teknis dan sentuhan emosional, menjadikan Bottega lebih inklusif dan understated, namun tetap menjadi simbol keheningan yang mewah.

4. Glenn Martens – Maison Margiela

Courtesy of Arnaud Lajeunie

Glenn Martens membawa pendekatan dekonstruktif yang brilian ke Maison Margiela, memperkuat esensi eksperimental brand ini. Visi radikalnya tercermin dalam permainan bentuk, layering, dan teknik tailoring yang tidak konvensional. Keunikannya adalah kemampuannya menjembatani konsep avant-garde dengan daya pakai sehari-hari, menciptakan dialog visual yang penuh kejutan namun tetap relevan. Di tangan Glenn Martens, Margiela terasa seperti seni yang bisa dikenakan misterius, cerdas, dan penuh dimensi.

5. Demna Gvasalia – Gucci

Courtesy of Instagram/Malick Bodian

Demna yang sebelumnya dikenal melalui Vetements dan Balenciaga, kini membawa semangat subversifnya ke Gucci. Demna Gvasalia menyuntikkan humor gelap, distorsi bentuk, dan sindiran budaya pop dalam koleksi yang tetap memikat. Keunikan Demna Gvasalia terletak pada keberaniannya meruntuhkan batas antara tinggi dan rendah, menggabungkan ironi dan kemewahan dalam satu runway. Era baru Gucci pun hadir sebagai ruang eksperimen visual yang edgy, cerdas, dan penuh kritik sosial.

6. Jonathan Anderson – Dior

Courtesy of Instagram/ Jonathan Anderson

Terkenal lewat inovasi di JW Anderson dan Loewe, Jonathan kini memberi warna baru pada Dior dengan permainan siluet, gender fluidity, dan referensi seni yang mendalam. JW Anderson menjelajahi sisi romantik Dior melalui lensa modern yang penuh intelektualitas. Keunikan Anderson terletak pada kemampuannya menyulap nostalgia menjadi progresif, menjadikan Dior tak hanya mewah dan elegan, tetapi juga tempat eksplorasi ide-ide besar seputar identitas dan ekspresi personal.

7. Dario Vitale – Versace

Courtesy of Instagram/Dario Vitale

Nama baru di panggung besar, Dario Vitale tampil percaya diri memimpin Versace dengan sentuhan sensualitas yang lebih kontemporer. Dario Vitale menjaga ciri khas Versace seksualitas, glamor, dan boldness namun dengan pendekatan yang lebih halus dan terstruktur. Keunikannya ada pada visi yang menyatu antara keberanian desain Italia dengan narasi masa kini: inklusivitas, gender fluidity, dan energi muda. Dario Vitale membawa Versace ke generasi baru tanpa kehilangan kilau legendarisnya.

8. Sarah Burton – Givenchy

Courtesy of LVMH

Setelah sukses panjang di Alexander McQueen, Sarah Burton kini membawa sensibilitas dramatis dan struktur puitis ke Givenchy. Sarah Burton menawarkan gaya yang kuat namun feminin, dengan detil tailoring yang sangat presisi. Keunikan Burton terletak pada kemampuannya menghadirkan kekuatan emosional dalam desain, menciptakan busana yang terasa agung namun personal. Di Givenchy, Sarah Burton menyalakan kembali semangat keanggunan misterius yang menjadi ciri khas rumah mode ini.

9. Jack McCollough & Lazaro Hernandez – Loewe

Courtesy of Instagram/Lazro

Duo di balik Proenza Schouler ini mengejutkan dengan pendekatan segar mereka untuk Loewe. Mereka menggabungkan sensibilitas urban New York dengan estetika craftsmanship Spanyol yang khas dari brand ini. Keunikan keduanya terletak pada kolaborasi harmonis yang menghasilkan potongan struktural, tekstil eksperimental, dan sentuhan artistik yang modern. Di bawah mereka, Loewe menjadi tempat eksplorasi material dan bentuk yang tetap relevan secara budaya dan komersial.

10. Simone Bellotti – Jil Sander

Courtesy of Instagram/Simone Bellotti

Simone Bellotti melanjutkan warisan minimalisme Jil Sander dengan pendekatan lebih lembut dan emosional. Simone Bellotti mempertahankan garis bersih dan palet netral, namun dengan struktur yang lebih cair dan narasi desain yang lebih humanistik. Keunikannya ada pada perpaduan arsitektur pakaian yang presisi dengan kepekaan terhadap keseharian. Hasilnya adalah gaya yang sunyi namun berbicara banyak elegan, intim, dan sangat relevan untuk masa kini.

BACA JUGA: 

Simone Bellotti Resmi Jadi  Direktur Kreatif Jil Sander

Matthieu Blazy Resmi Ditunjuk Sebagai Direktur Artistik Baru Chanel