Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Self-Love, Banyak Cara untuk Berdamai dengan Diri Sendiri

Tidak instan, berdamai diri sendiri bisa Anda capai dengan melalui prosesnya.

Self-Love, Banyak Cara untuk Berdamai dengan Diri Sendiri
Foto: Courtesy of Cottonbro Studio/Pexels

Setiap orang pernah merasakan kegagalan, penyesalan, rasa tidak cukup baik, dan konflik batin yang sulit dijelaskan. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini, berdamai dengan diri sendiri menjadi kebutuhan yang tak bisa diabaikan. Namun, berdamai dengan diri sendiri bukan hal yang instan atau mudah. Ini adalah proses yang dalam, membutuhkan kesadaran, keberanian, dan kesabaran.

Tidak ada buku panduan yang dapat mengajarkan kita secara pasti bagaimana berdamai dengan diri sendiri. Dengan berjalannya proses kehidupan dari di dalam kandungan ibu sampai dewasa di saat ini, banyak hal yang membuat kita marah, putus asa dan kecewa. Tapi banyak juga yang membuat kita bersyukur, tertawa dan bahagia. Semuanya berkontribusi membentuk diri kita saat ini. 

Saat melalui banyak rintangan kehidupan, cara-cara ini dapat dilakukan agar lebih mudah berdamai dengan diri sendiri.

Kenali Diri Sendiri

Banyak dari kita terlalu sibuk mengejar standar yang ditentukan lingkungan sosial, hingga lupa menghargai keunikan diri sendiri. Kenali diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Juga belajar menyadari segala emosi yang sedang dirasakan. 

Menerima diri bukan berarti menyerah pada kelemahan, melainkan proses pendewasaan diri, menyadari bahwa dibalik kelemahan ada pula kekuatan yang dapat memotivasi, menyadari bahwa manusia bisa menemukan kegagalan kapan saja dan dapat melakukan kesalahan. Terima diri sendiri apa adanya tanpa menghakimi diri dan membandingkan diri dengan orang lain.

Latih ini: Ucapkan satu kalimat positif tentang diri sendiri sebelum melakukan aktivitas. Latihan ini terasa sederhana, tapi membantu kita membangun kebiasaan positive mindset tentang diri sendiri.

Memaafkan Diri Sendiri

Di masa lalu, kita pasti pernah menyakiti orang lain secara sengaja maupun tidak dan membuat keputusan-keputusan yang buruk. Rasa bersalah dan penyesalan bisa menggerogoti hidup kita dan membuat kita terus-menerus menghukum diri sendiri. Padahal ini tidak akan mengubah masa lalu.

Memaafkan diri adalah bentuk kasih sayang terdalam. Ini bukan soal membenarkan kesalahan, tapi mengakui bahwa kita belajar dari pengalaman itu dan berkomitmen untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. 

Latih ini: Tuliskan kesalahan yang pernah Anda sesali, lalu tutup dengan kalimat, “Aku mengakui kesalahanku, aku mendapatkan hikmahnya, dan aku memaafkan diriku sepenuhnya.” Latihan ini juga dapat membantu kita menumbuhkan rasa syukur terhadap segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita.

Mendengarkan Suara Hati

Kita sering kali terlalu sibuk mendengarkan dunia luar—pendapat orang lain, standar media sosial, atau harapan keluarga—hingga lupa mendengarkan suara hati kita sendiri. Suara hati adalah kompas yang akan menunjukkan arah hidup yang sesuai dengan nilai dan keinginan terdalam kita.

Luangkan waktu untuk me-time, dan nikmati diri sendiri dalam keheningan. Kita dapat lebih mudah mengenali diri dan apa yang betul-betul kita inginkan dalam hidup.

Latih ini: Rutin meditasi singkat 10-15 menit setiap hari. Fokuskan perhatian pada napas, nikmati damainya meditasi, dan biarkan pikiran serta  yang muncul datang dan pergi tanpa dihakimi. Rutin meditasi membantu kita mengelola pikiran dan emosi lebih baik.

Menghentikan Perbandingan Diri

Media sosial sering kali membuat kita membandingkan hidup kita dengan orang lain. Padahal, yang kita lihat biasanya hanya versi terbaik dari kehidupan mereka. Perbandingan ini bisa merusak keistimewaan dan nilai diri. Sadari bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Fokus pada perkembangan pribadi, bukan pada pencapaian orang lain.

Latih ini: Tuliskan tiga hal yang Anda syukuri tentang diri sendiri setiap hari. Puasa bersosial media selama beberapa hari juga disarankan dan ganti dengan kegiatan outdoor untuk membangun koneksi dengan diri sendiri dan alam. 

Berdamai dengan diri sendiri bukanlah tujuan akhir, melainkan perjalanan seumur hidup. Proses ini sering kali terasa menyakitkan, tidak menyenangkan, penuh air mata, dan membuat kita “dipaksa” berhadapan dengan versi diri yang tidak kita inginkan. Bila proses ini terasa sangat sulit dilalui, mintalah pendampingan profesional seperti ke psikolog atau konselor. Dengan berdamai dengan diri sendiri, kita membuka pintu untuk hidup yang lebih utuh dan bermakna.