Kabar membanggakan kembali datang dari industri film Indonesia. Film terbaru berjudul The Fox King, yang menampilkan aktris kenamaan Dian Sastrowardoyo sebagai pemeran utama, resmi terpilih untuk ditayangkan di ajang bergengsi Toronto International Film Festival (TIFF) 2025. Keikutsertaan film ini di TIFF menandai pencapaian besar bagi dunia sinema Tanah Air. TIFF sendiri merupakan salah satu festival film paling bergengsi di dunia, dikenal sebagai ruang peluncuran film-film yang kemudian mendapat pengakuan luas secara internasional. Tak hanya sekadar seleksi, kehadiran film ini juga menjadi penegasan bahwa karya sineas Indonesia semakin diperhitungkan di kancah global, dengan kualitas produksi, cerita, dan sinematografi yang kompetitif di tingkat dunia.
Film The Fox King diproduseri oleh Yulia Evina Bhara, figur penting dalam perfilman independen Indonesia yang dikenal sukses mengantarkan sejumlah karya ke festival-festival film internasional, seperti Berlinale dan Cannes. Dalam proyek ini, Yulia tidak hanya membawa visi kreatifnya, tetapi juga memperkuat jaringan kerja sama lintas negara yang sudah ia bangun selama bertahun-tahun. Keikutsertaan film tersebut di TIFF juga mencerminkan keberhasilan Evina Bhara dalam mendorong kolaborasi kreatif antar pelaku industri film Asia Tenggara. Yulia Evina Bhara kembali membuktikan bahwa dengan dedikasi dan komitmen yang tinggi, film Indonesia mampu bersanding dengan karya-karya terbaik dunia.
Menariknya, bukan hanya The Fox King yang menjadi wakil dari KawanKawan Media dalam TIFF 2025. Film Renoir karya sutradara Jepang, Chie Hayakawa, yang sebelumnya telah tayang perdana dalam kompetisi utama Cannes Film Festival 2025, juga ikut serta dalam program TIFF tahun ini. Kedua film tersebut diproduseri oleh Yulia Evina Bhara, memperkuat posisi KawanKawan Media sebagai salah satu rumah produksi independen paling aktif dan berpengaruh di kawasan Asia. Dengan dua film yang terlibat dalam festival besar dunia dalam tahun yang sama, Yulia Evina Bhara menunjukkan kekuatan jejaring kreatif lintas negara yang di bangunnya secara konsisten.
Yulia Evina Bhara sendiri mengungkapkan bahwa The Fox King merupakan kolaborasi keduanya bersama sutradara asal Malaysia, Woo Ming Jin, setelah sebelumnya bekerja sama dalam film Stone Turtle yang dibintangi oleh aktris Indonesia Asmara Abigail. Yulia Evina Bhara menyampaikan rasa syukur dan kegembiraannya dapat terus membangun kolaborasi yang erat dan produktif di lingkup sinema Asia Tenggara. Menurutnya, kerja sama lintas negara seperti ini sangat penting untuk memperluas narasi Asia yang khas, kaya, dan relevan dengan penonton global. Kolaborasi ini juga menjadi bukti bahwa film bukan sekadar produk budaya lokal, melainkan bisa menjadi jembatan komunikasi lintas bangsa.
Secara produksi, The Fox King merupakan proyek co-produksi internasional yang melibatkan sejumlah rumah produksi ternama di kawasan Asia, termasuk KawanKawan Media dari Indonesia, Greenlight Pictures (yang juga memproduksi Stone Turtle), Da Huang Pictures (dikenal lewat Barbarian Invasion), serta Sunstrong Entertainment. Kolaborasi ini memperkuat posisi film sebagai produk sinema Asia yang solid, baik dari segi finansial, teknis, maupun kreatif. Dengan dukungan dari berbagai pihak, film ini memiliki fondasi kuat untuk dapat tampil maksimal di berbagai festival dan pasar film internasional.
Keterlibatan Dian sebagai pemeran utama juga menjadi nilai tambah tersendiri. Sebagai salah satu aktris paling ikonis di Indonesia, kehadirannya tidak hanya memperkuat daya tarik film ini di tingkat lokal, tetapi juga menambah daya saingnya secara internasional. Aktingnya yang telah terbukti dalam berbagai film sukses, seperti Ada Apa dengan Cinta? dan Kartini, diharapkan mampu membawa karakter dalam film ini hidup secara mendalam. Dengan kombinasi cerita yang kuat, jajaran pemain berbakat, serta dukungan produksi lintas negara ini diprediksi akan menjadi salah satu sorotan utama TIFF 2025 dan membuka lebih banyak peluang bagi sinema Asia Tenggara di panggung dunia.
Dian Sastrowardoyo mengungkapkan bahwa
“Setelah dua dekade, saya kembali terlibat dalam film produksi Malaysia, dan kali ini dengan adanya ko-produksi Indonesia. Dapat berkolaborasi dengan filmmaker dan aktor negara tetangga adalah pengalaman yang saya syukuri dan banggakan, apalagi saya sangat tertarik dengan gaya bercerita Woo Ming Jin dalam setiap karyanya. Saya berharap film ini dapat memberi warna dalam pertumbuhan sinema Asia Tenggara di industri film dunia.”
BACA JUGA:
Gadis Kretek Masuk Dalam Empat Nominasi di Asia Contents Awards & Global OTT Awards 2024
Contek Gaya Kasual ala Dian Sastrowardoyo untuk Aktivitas Sehari-hari Anda
Sentuhan Glamor dari Hian Tjen untuk Tampilan Dian Sastro dan Shenina Cinnamon
