
Di sebuah gua sunyi di Sulawesi Timur, jauh dari hiruk-pikuk kota modern, lukisan purba yang telah lama tersembunyi dalam gelapnya waktu akhirnya berbicara. Sebuah tim peneliti internasional mengungkap bahwa karya seni cadas di Gua Leang Karampuang bukan hanya berusia lebih dari 51.000 tahun, ia juga kini dinobatkan sebagai lukisan tertua di dunia.
Usia yang mengagumkan itu menempatkannya sekitar 6.000 tahun lebih tua dari rekor sebelumnya, yang menariknya, juga berasal dari pulau yang sama. Namun yang membuatnya luar biasa bukan sekadar angka, melainkan narasinya: seekor babi yang berdiri diam, dikelilingi oleh tiga figur mirip manusia yang tampak sedang berinteraksi dengannya. Sebuah adegan. Sebuah cerita.
Baca Juga: Ketika Tanaman Cantik Menjadi Karya Seni
Apa Lukisan Tertua di Dunia?
Para ilmuwan meyakini bahwa ini adalah bentuk penceritaan visual tertua yang pernah ditemukan, lukisan tertua di dunia yang tidak hanya menggambarkan kehidupan, tetapi menyiratkan bahwa manusia kala itu telah mampu berpikir dalam simbol, dalam peristiwa, dalam kisah. Dan mungkin, dalam makna.

“Ini bukan sekadar gambar hewan,” kata Prof. Maxime Aubert dari Griffith University, salah satu penulis studi yang diterbitkan di jurnal Nature. “Ini adalah cerita. Cerita yang menunjukkan bahwa manusia sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak puluhan ribu tahun yang lalu.”
Di permukaan dinding gua yang lembap, sosok-sosok itu masih bertahan, seperti bayang-bayang dari masa lampau yang enggan lenyap. Figur manusia terbesar terlihat memegang semacam tongkat atau senjata, tubuhnya mengarah ke babi. Satu sosok lain berdiri dekat kepala hewan itu, dan satu lagi tampak terbalik, tangannya menjulur ke arah sang babi, seolah menyentuh atau mungkin memberi makna.
Bagi para peneliti, lukisan ini adalah bukti bahwa penceritaan, dalam bentuk adegan dan simbol, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya manusia sejak awal sejarahnya. Lukisan tertua di dunia ini adalah serpihan dari masa di mana kata belum ada, tetapi cerita telah lahir.
Adhi Agus Oktaviana, arkeolog dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekaligus pemimpin riset, menyebut penemuan ini sebagai titik penting dalam pemahaman kita tentang seni dan komunikasi manusia purba. “Manusia mungkin telah bercerita jauh sebelum 51.200 tahun lalu, tapi karena kata-kata tidak menjadi fosil, seni seperti inilah satu-satunya bukti yang tersisa,” ujarnya.
Baca Juga: Seni Tato di atas Tas Kulit

Penemuan ini menantang narasi lama bahwa letupan kreativitas manusia dimulai di Eropa. Selama bertahun-tahun, lukisan-lukisan gua di Prancis dan Spanyol dianggap sebagai bukti pertama kemampuan imajinatif Homo sapiens. Namun sejak 2014, ketika gambar tangan berwarna ditemukan di Sulawesi Selatan, dan disusul oleh lukisan hewan misterius di Kalimantan pada 2018, Indonesia mulai menunjukkan dirinya sebagai panggung utama dari awal peradaban visual manusia.
Kini, dengan penemuan terbaru ini, Sulawesi tak hanya menjadi lokasi penting dalam peta seni prasejarah dunia, tapi mungkin juga sebagai salah satu tempat pertama di mana manusia belajar bercerita, belajar memahami dunia lewat gambar dan makna.
“Yang paling mencolok adalah bahwa seni cadas tertua ini menggambarkan adegan, bukan figur tunggal,” jelas Prof. Adam Brumm dari Griffith University. “Artinya, sejak awal, manusia sudah tertarik pada hubungan antar makhluk, pada dinamika, pada cerita. Mereka ingin menyampaikan sesuatu.”
Baca Juga: Mengenal 12 Seniman Indonesia yang Mendunia
Di balik warna oker yang memudar dan garis-garis yang nyaris hilang dimakan waktu, tersimpan sesuatu yang sangat manusiawi—keinginan untuk dikenang, untuk dipahami, untuk didengar. Barangkali itulah yang menjadikan lukisan tertua di dunia ini lebih dari sekadar artefak. Ia adalah pesan dari masa lalu, yang menyeberangi lautan waktu untuk akhirnya sampai kepada kita hari ini.
Dan dalam keheningan gua di Sulawesi, barangkali cerita manusia memang dimulai, dalam bentuk yang paling sederhana dan paling abadi: sebuah gambar, di atas batu.