Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Mengenal 12 Seniman Indonesia yang Mendunia

Bazaar akan mengulas beberapa seniman Tanah Air berserta karya-karya spektakulernya.

Mengenal 12 Seniman Indonesia yang Mendunia
Layout: Tevia Putri

Indonesia memiliki kekayaan seni yang melimpah, tercermin dalam bakat dan kreativitas dari seniman-seniman yang menghiasi panggung seni tanah air.

BACA JUGA: Eksplorasi Mendalam Tentang Jenis-Jenis Karya Seni Rupa

Dalam artikel ini, mari telusuri karya-karya luar biasa dari 12 seniman Indonesia yang dengan penuh semangat menghadirkan keindahan dan makna melalui ekspresi seni. Simak di bawah!

Affandi Koesoema dan Keluarga

Affandi Koesoema

Affandi Koesoema, seorang seniman lukis Indonesia yang diakui sebagai Maestro Seni Lukis Tanah Air, meninggalkan jejak tak terhapuskan dalam dunia seni internasional. Kepopulerannya melintasi batas-batas negara berkat gaya lukisnya yang ekspresionis dan romantis yang begitu khas. Pada tahun 1950-an, Affandi menggelar berbagai pameran seni tunggal di berbagai penjuru dunia, termasuk India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat.

Salah satu karyanya yang legendaris adalah yang berjudul "Cangklong": 

Courtesy of Indonesian Visual Art Archive

Lukisan ini menampilkan Affandi melukis dirinya sendiri di depan cermin, menggambarkan permasalahan yang belum terpecahkan yang tengah dihadapinya. Karya ini menjadi representasi kuat dari gaya ekspresionis dan kepiawaiannya dalam menyampaikan emosi melalui lukisan.

Pentingnya warisan seni Affandi tercermin dalam rumah yang dirancangnya sendiri, yang kini berfungsi sebagai Museum Affandi. Museum ini tidak hanya menyimpan karya-karya seni Affandi tetapi juga lukisan-lukisan dari anggota keluarganya.

Maryati Affandi

Maryati Affandi, istri dari Affandi Koesoema. Karyanya turut diabadikan di Museum Affandi, menunjukkan kontribusi seninya yang berharga. 

Berikut adalah karya fenomenalnya yang berjudul "Kampung Nelayan":

Courtesy of invaluable.com

Kartika Affandi-Koberl

Putri tunggal dari Affandi dan Maryati, yang juga merupakan seorang pelukis, memiliki karya-karya yang turut dipamerkan di galeri Museum Affandi. Ia mendalami bidang restorasi lukisan di Austria, memungkinkannya untuk merestorasi karya seni yang dibuat oleh sang ayah.

Berikut adalah salah satu karyanya yang berjudul "Papi Lagi Kosong":

Courtesy of Indonesian Visual Art Archive

Agus Djaya

Agus Djaya, kakak dari pelukis Indonesia terkenal, Otto Djaya, dikenal sebagai figur yang memiliki pendidikan yang baik sejak masa kecilnya. Bersama dengan S. Sudjojono, ia mendirikan Persatoean Ahli-ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938-1942, dan menjabat sebagai ketua selama periode tersebut. Selama pendudukan Jepang, Agus Djaya memimpin Bagian Kesenian dari Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Sidosho) dan bekerja di organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat).

Selama masa revolusi, Agus Djaya menjabat sebagai seorang kolonel dalam angkatan perang Indonesia. Selama hampir 4 tahun, ia menjadi utusan "cultural diplomacy" dari Pemerintah RI di Negeri Belanda, berusaha mempercepat pengakuan kedaulatan negara Indonesia.

Berikut merupakan salah satu lukisan ikonisnya yang berjudul "Legong Wiranata":

Courtesy of Indonesian Visual Art Archive

Jeihan Sukmantoro

Jeihan Sukmantoro, dikenal sebagai pendiri Studio Seni Rupa Bandung. Gaya lukis yang unik, bergaya ekspresionisme ia memulai perjalanan seninya sejak kecil. Belajar seni lukis di Himpunan Budaya Surakarta (HBS), Jeihan mengembangkan teknik lukisnya dengan karakter figuratif, mata hitam, dan warna datar yang sederhana.

Ciri khas lukisannya adalah 'mata hitam' atau 'mata cekung', yang memadukan alam mistik timur dengan elemen analitis barat.

Courtesy of lelang-lukisanmaestro.blogspot.com

Karyanya memiliki aura meditatif, dan banyak yang menafsirkan 'mata hitam' sebagai simbol ikonis dengan beragam makna. Bagi Jeihan, mata hitam merupakan realitas masa depan yang ditemuinya pada tahun 1963 saat berkuliah di ITB, dalam masa hidupnya yang dianggap sulit. Penggunaan dua warna dalam latar yang berbeda juga menjadi ciri khas unik dalam lukisannya.

Jeihan telah menyelenggarakan lebih dari 100 pameran, menerbitkan enam buku, dan memproduksi dua film dokumenter. Karya-karyanya diminati oleh kritikus seni dan kolektor, bahkan memiliki agen di Amerika, Australia, dan Eropa. Melukis tokoh ternama, seperti Mari Elka Pangestu dan Taufiq Kiemas, serta menjadi anggota komite The World Art and Culture Exchange Association Inc. yang berbasis di New York.

Basoeki Abdullah

Basoeki Abdullah dikenal sebagai maestro pelukis Indonesia yang mengusung aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai pelukis di Istana Merdeka, Jakarta, dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara serta kepresidenan Indonesia, menjadi koleksi berharga di berbagai penjuru dunia.

Pada tanggal 6 September 1948, di Amsterdam, Belanda, saat penobatan Ratu Juliana dengan diselenggarakannya sayembara melukis, ia berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa dan keluar sebagai pemenang. Ketika itu, dunia mulai mengenalinya sebagai putra Indonesia yang memberikan kehormatan pada bangsanya.

Selama di Eropa, ia memperdalam seni lukis dengan menjelajahi Italia dan Prancis, tempat para pelukis terkenal dunia yang terkenal sebagai pelukis potret, terutama wanita cantik, yang menonjolkan keindahan tubuh, dan potret tokoh-tokoh terkemuka.

Berikut salah satu lukisan ikonisnya:

Courtesy of Indonesian Visual Art Archive

Selain sebagai pelukis potret ulung, Basoeki Abdullah juga melukis pemandangan alam, fauna, flora, serta berbagai tema perjuangan dan pembangunan. 

Raden Saleh

Raden Saleh, seorang pelukis Hindia Belanda beretnis Arab-Jawa yang menjadi pionir seni modern Indonesia pada masa Hindia Belanda. Karyanya menggabungkan gaya Romantisisme yang sedang populer di Eropa dengan unsur-unsur yang mencerminkan latar belakang Jawa sang pelukis.

Dalam dua tahun pertamanya di Eropa, ia memfokuskan diri pada memperdalam bahasa Belanda dan mempelajari teknik mencetak menggunakan batu. Dalam seni lukis, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan pemandangan dari Andreas Schelfhout. Keduanya memenuhi selera seni orang Belanda pada masa itu. Raden Saleh kemudian mulai dikenal dan bahkan berpameran di Den Haag dan Amsterdam, mengundang kagum masyarakat Belanda yang tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia mampu menguasai teknik seni lukis Barat.

Salah satu lukisannya yang paling dikenal adalah "Penangkapan Pangeran Diponegoro":

Courtesy of Indonesian Visual Art Archive

Lukisan ini menggambarkan peristiwa pengkhianatan terhadap Pangeran Diponegoro yang mengakhiri Perang Jawa pada 1830. Ia menunjukkan pandangan nasionalisnya dalam lukisan ini dengan memberikan perubahan signifikan terhadap lukisan sebelumnya yang dibuat oleh pelukis Belanda Nicolaas Pieneman. Lukisan ini, sekarang dipajang di Istana Negara, Jakarta, menjadi simbol nasionalisme dan pengakuan terhadap sejarah Indonesia.

Hendra Gunawan

Hendra Gunawan merupakan seniman asal Bandung yang juga seorang murid dari seniman-seniman legenda, Wahdi Sumanta dan Affandi. Pada tahun 1935, Hendra bersama Sudarso dan Barli Sasmitawinata, membentuk suatu kelompok seni yang bernama 'Kelompok Lima' di Bandung. Selain itu, Hendra mendukung kelompok teater 'Poesaka Soenda' di Bandung, terutama sebagai pelukis dekor pada tahun 1940. Setelah kemerdekaan, Hendra juga terlibat dalam pendirian organisasi 'Pelukis Rakyat' di Yogyakarta.

Berikut adalah salah satu karyanya yang berjudul "Digigit Kepiting":

Courtesy of Indonesian Visual Art Archive

Kehidupan seni Hendra didokumentasikan dalam buku berjudul 'Hendra Gunawan: A Great Modern Indonesian Painter' (2001). Lukisan Hendra dikenal karena penggambarannya yang kuat tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Hendra wafat di Denpasar pada tahun 1983.

I Nyoman Masriadi

I Nyoman Masriadi, seniman yang bersal dari Bali ini memulai pendidikannya di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, pada tahun 1993.

Ia meraih ketenaran melalui karyanya yang berjudul "The Man From Bantul" atau "The Monster", yang terjual seharga satu juta dolar di Balai Lelang Sotheby Hong Kong pada tahun 2011. Berikut karyanya:

Courtesy of Indonesian Visual Art Archive

Penghargaan yang ia terima antara lain "Best Water Colour Painting" dari ISI, Yogyakarta (1994), "Best Painting" di Dies Natalis ISI, Yogyakarta (1997), dan "Inaugural Award Recipient recognized for significant contributions to the field of Asian contemporary art" oleh Asia Society, Hongkong (2013). Karya-karyanya menunjukkan gaya figuratif yang unik dan telah dipamerkan secara luas, baik di dalam maupun di luar negeri.

Abenk Alter

Abenk Alter, seorang seniman yang memulai perjalanan artistiknya melalui seni lukis. Dalam eksplorasinya, ia mengeksplorasi pertanyaan mendasar tentang makna menjadi makhluk kreatif dalam lingkungan yang beragam. Eksplorasi artistiknya melibatkan berbagai tema, seperti dinamika keluarga, isu-isu sosial, dan masalah politik di tengah setting perkotaan.

Berikut salah satu hasil karyanya yang berjudul "To Know Me, To Know You":

Courtesy of dgallerie

Abenk telah mengembangkan bahasa visual yang ditandai oleh garis cepat, abstraksi, dan simbol-simbol figuratif. Elemen-elemen ini mengkomunikasikan kesadaran ritmis yang rumit, menganyam bersama ranah kesadaran dan bawah sadar dalam dunia yang kompleks.

Gilang Anom Manapu Manik

Ilham Anom Manapu Manik, seorang seniman visual dan performer asal Bandung, Indonesia. Melalui beragam media, seperti gambar, lukisan, instalasi, seni video, pemetaan visual, dan kostum pertunjukan, ia mengekspresikan ide dan perspektifnya.

Salah satu karyanya adalah "Orcyworld":

Courtesy of Orcyworld

Sebuah konsep yang menjelajahi struktur alam semesta, mimpi, imajinasi, mitos, dan aspek spiritual di luar batas fisik kita. "Orcyworld" menjadi wadah bagi makhluk dan budaya tradisional melalui narasi, mitos, pola, bahasa, kostum upacara, dan ritual upacara. Dengan fokus pada pertanyaan-pertanyaan mendalam, Ia menciptakan karya yang mengajak kita menjelajahi realitas yang lebih luas.

Hana Madness

Hana Madness, seniman visual yang berbasis di Jakarta ini mengeksplorasi seni sebagai sarana katarsis dari krisis psikologisnya. Dengan fokus pada kesehatan mental, karya-karyanya mencerminkan pengalaman sebagai individu dengan gangguan mental.

Sebagian besar karya Hana mencerminkan disabilitas kesehatan mentalnya, yang akhirnya menjadi sumber inspirasinya dan tantangan utama. Ia tidak pernah membayangkan bahwa seni dapat membawanya sejauh ini, mengatasi stigma dan diskriminasi yang pernah dialaminya, memperluas praktik seninya ke tingkat internasional, dan menjadi seorang seniman profesional tanpa menyembunyikan identitasnya sebagai penyandang disabilitas.

Ia melukis dalam bentuk doodle, yang memiliki ciri khas tersendiri. Berikut salah satu hasil karyanya:

Courtesy of hanamadness.art

Penghargaan yang ia terima antara lain nominasi sebagai salah satu dari "10 Wanita Tahun Ini" pada tahun 2019 oleh Her World Magazine, dan juga sebagai salah satu dari "11 Tokoh Inspiratif" oleh Tatler Asia.

BACA JUGA:

15 Destinasi Seni Edukatif di Jakarta

16 Karya Seni yang Mengikuti Perlelangan Bazaar Icons Charity Gala 2023

(Penulis: Riza Arya; Foto: Courtesy of Indonesian Visual Art Archive, invaluable.com, lelang-lukisanmaestro.blogspot.com, dgallerie, Orcyworld, hanamadness.art)