Duduk di kursi sempit, gangguan tidur, dan rasa makanan hambar adalah beberapa hal yang menghantui kita saat naik pesawat. Di samping itu, badan kita ternyata punya cara sendiri untuk bereaksi dengan keadaan sekitar ketika terbang tanpa disadari.
Berikut beberapa respon pintar badan kita. Ketahuilah hal-hal berikut dengan baik sehingga Anda dapat mempersiapkan kondisi badan di penerbangan selanjutnya.
Gas tubuh meningkat
Makin tinggi pesawat terbang, maka semakin turun tekanan di dalam kabin. Tubuh manusia terisi oleh limpahan gas, yang bereaksi menetralkan penurunan tekanan tersebut. Dengan kondisi tersebut, gas tubuh kita meningkat, terutama di bagian pencernaan dan usus. Sebagai dampaknya, badan kita dapat mengalami kram, kembung, hingga konstipasi. Fluktuasi gas juga dapat memengaruhi sinus dan telinga, yang menyebabkan terhambatnya udara ketika proses penyesuaian. Menguap dapat mengatasi masalah ini.
Rasa sakit dan nyeri bisa bertambah buruk
Cairan dan gas di dalam sistem peredaran darah dan sendi juga dapat bereaksi dengan menebal, yang mengakibatkan ekstra tekanan antar sendi.
Bagi penderita radang sendi seperti arthritis, situasi tersebut dapat diperparah oleh penerbangan jarak jauh. Tubuh Anda seakan mengalami pembengkakan, namun sebenarnya itulah mekanisme proteksi dari sistem saraf dan persendian.
Makin rentan terhadap pilek
Dalam penerbangan, sekitar setengah udara dalam kabin diedarkan kembali. Sehingga sistem imun Anda secara terus-menerus terkspos bakteri yang beterbangan di pesawat. Oleh sebab itu, kita menjadi 100 kali lebih rentan terhadap selesma. Jadi, persiapkan badan Anda dengan makan sehat dan berolahraga teratur sebelum terbang. Cucilah tangan secara berkala atau gunakan hand sanitizer saat terbang.
Terbang membuat mudah haus dan lelah
Rata-rata badan kita kehilangan 1.5 liter air dalam penerbangan berdurasi 3 jam. Kelembapan udara dapat berkurang sebanyak 4%, demikian pula dengan kelembapan kulit yang mampu menghilang dengan sangat cepat. Terbang juga dapat mengeringkan kelenjar lendir dalam mulut, hidung, dan tenggorokan sehingga memberikan perasaan kekeringan dan bau napas tak sedap.
Saat berada di udara, kita mudah mengalami dehidrasi, cepat lelah, kehilangan fokus, dan sakit otot. Selain itu, lambatnya gerakan kita juga disebabkan oleh rendahnya level oksigen di ketinggian ekstrem. Kabin biasanya diberi tekanan sebesar 75% atmosfer normal. Rendahnya oksigen dalam darah (disebut hypoxia) dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, mual, dan lelah.
Hindari mengonsumsi alkohol saat terbang sebab dapat memperburuk situasi badan. Minumlah air putih yang banyak, dan gunakan pelembap kulit secara berkala.
Badan menjadi lebih kaku
Duduk terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan otot dan sendi menjadi kaku. Inilah alasan mengapa penumpang sering mengalami bengkak pergelangan kaki hingga pembekuan darah (dalam kasus yang lebih parah).
Tetap aktif ketika terbang dapat membantu sirkulasi. Gerakan melenturkan pergelangan dan menggerakan kaki secara berkala setiap jamnya dapat meningkatkan asupan oksigen. Alangkah baiknya jika Anda dapat melakukan yoga di kabin bagian belakang.
Mati rasa
Penelitian tahun 2010 menyebutkan bahwa kita kehilangan 30% perasa manis dan asin di ketinggian ekstrem yang disebabkan oleh penguapan kelenjar lendir, sehinga indra perasa dan penciuman ikut terpengaruh. Nyatanya, sekitar sepertiga papila lidah manusia mati rasa saat terbang.
Kacaunya jam tubuh Anda
Kita sering mendengar istilah jet lag. Hal ini lumrah terjadi, terutama ketika terbang melintasi dua (atau lebih) zona waktu yang menyebabkan jam tubuh gagal beradaptasi terhadap peningkatan waktu di siang hari. Faktanya pula, otak kita cenderung bekerja selama 25 jam ketimbang 24 jam sehari. Sebagai persiapan, cobalah untuk memulai tidur siang dan tidur lebih awal dari biasanya sebelum perjalanan jauh.
Anda terekspos radiasi kosmik
Dalam penerbangan selama 7 jam, kita terekspos radiasi sebesar dosis sinar X. Ketika ketinggian meningkat, radiasi kosmik turut meningkat sebab proteksi atmosfer bumi semakin berkurang.
Limit radiasi yang dapat diterima tubuh manusia selama 1 tahun sejumlah 1mSv. Dosis ini setara dengan penerbangan dari London ke Singapura, lalu ke Melbourne sebanyak 23 kali. Awak pesawat yang secara reguler terbang 10-20 jam per-minggu dapat dengan mudah melampaui dosis ini. Meski demikian, jangan jadikan ini sebagai alasan untuk berhenti bepergian jika Anda seorang pelancong bisnis ataupun pelesir.
(Artikel ini disadur dari Harper's Bazaar UK. Alih bahasa: Ardhana Utama. Foto:Milkovasa/Shutterstock/Click Photos)