Musim keenam sekaligus yang terakhir dari The Crown sekarang dapat ditonton di Netflix (dan ini adalah tontonan Natal yang sempurna).
BACA JUGA: Bagaimana Reaksi Ratu Elizabeth II terhadap Kematian Putri Diana?
Meskipun sebagian besar dari serial ini mematuhi peraturan yang sudah disepakati (terkait copyright), ada beberapa alur cerita yang dibuat sesuai dengan kenyataannya.
Episode delapan musim keenam menampilkan salah satu adegan seperti itu: Putri Elizabeth dan Putri Margaret muda menyelinap keluar dari Istana Buckingham pada tanggal 8 Mei 1945, untuk bergabung dalam perayaan VE Day (Hari Kemenangan di Eroa) yang berlangsung di seluruh London untuk merayakan berakhirnya perang.
Meskipun ini mungkin tampak seperti ide yang tidak masuk akal, mengingat jumlah perlindungan yang biasanya diberikan kepada para bangsawan, ini benar-benar terjadi, dan kakak beradik ini dapat menyamar untuk berpesta semalaman di ibu kota.
Dalam episode tersebut, Margaret harus membujuk kakak perempuannya untuk sedikit melanggar peraturan. Namun akhirnya berhasil membujuknya untuk meninggalkan istana, dengan mengenakan seragam militernya (calon Ratu, pada kenyataannya, merupakan anggota wanita pertama dari keluarga kerajaan yang bergabung dengan angkatan bersenjata dengan peran aktif penuh selama perang).
Adik beradik ini terlihat menuju ke kerumunan orang yang sedang bergembira, ditemani oleh Peter Townsend (penunggang kuda Raja George VI) dan Lord Porchester, atau yang dikenal sebagai 'Porchie', yang kemudian menjadi manajer pacuan kuda Ratu.
Ratu sendiri mengonfirmasi bahwa cerita tersebut benar adanya pada tahun 1985, dalam sebuah wawancara pribadi yang istimewa dan langka dengan sebuah media. "Kami sangat takut dikenali, jadi saya menarik topi seragam saya hingga menutupi mata saya," katanya.
"Seorang perwira berpangkat Grenadier di antara rombongan kami yang terdiri dari sekitar 16 orang mengatakan bahwa ia tidak mau terlihat bersama perwira lain yang berpakaian tidak pantas. Jadi saya harus mengenakan topi saya secara normal."
Sekitar pukul delapan malam, Putri Elizabeth dan Margaret bertanya kepada orang tua mereka apakah mereka dapat melanggar peraturan untuk bergabung dalam perayaan tersebut dan mereka setuju, selama mereka ditemani oleh sekelompok anggota keluarga kerajaan yang tepercaya, termasuk Peter dan Porchester, serta Margaret Rhodes (sepupu Ratu) dan Jean Woodroffe (mantan dayang-dayang).
"Kami melintasi halaman depan Istana Buckingham dan sampai di pagar dan di sana ada banyak orang. Ada satu hal yang umum, 'Kami ingin Raja dan Ratu', yang kami semua dengan panik bergabung dan takjub ketika, lima atau 10 menit kemudian, jendela terbuka dan mereka keluar ke balkon," kenang Margaret dalam sebuah wawancara dengan media pada tahun 2015, yang menggambarkan bagaimana perasaan Elizabeth dan Margaret ketika melihat orang tua mereka dari dalam kerumunan orang banyak. "Itu seperti pelarian yang luar biasa bagi anak-anak. Saya rasa mereka tidak pernah berada di antara jutaan orang. Itu hanyalah kebebasan, menjadi orang biasa."
"Kami sangat takut dikenali, jadi saya menarik topi seragam saya hingga menutupi mata saya."
"Saya tidak ingat siapa yang mencetuskan ide tersebut. Kami keluar dari salah satu pintu belakang Istana Buckingham dan menuju ke sebelah kiri mal," kata Jean dalam wawancara yang sama. "Ada banyak orang yang bernyanyi dan berteriak."
Rombongan kerajaan pindah ke Whitehall dan Ratu menggambarkan kenangannya tentang "barisan orang tak dikenal yang saling menautkan tangan dan berjalan menyusuri Whitehall, kami semua hanyut dalam gelombang kebahagiaan dan kelegaan. Saya juga ingat ketika seseorang bertukar topi dengan seorang pelaut Belanda; pria malang itu ikut bersama kami untuk mendapatkan topinya kembali."
Sekitar pukul 11.30 malam, Margaret mengatakan bahwa rombongan tiba di salah satu hotel paling terkenal di London: The Ritz, sebuah fakta yang juga disebutkan dalam The Crown.
"Untuk beberapa alasan, kami memutuskan untuk masuk ke pintu depan Ritz dan melakukan conga (jenis dansa yang berasal dari Kuba). Ritz selalu terasa pengap dan formal, kami agak menggetarkan orang-orang di dalamnya. Saya rasa orang-orang tidak menyadari siapa saja yang ada di dalam pesta tersebut, saya rasa mereka mengira itu hanya sekelompok anak muda yang sedang mabuk. Saya ingat para wanita tua tampak sedikit terkejut. Saat seseorang berbicara, alis mereka terangkat."
"Untuk beberapa alasan, kami memutuskan untuk masuk ke pintu depan Ritz dan melakukan conga."
Kedua putri berakhir di Royal Parks dalam perjalanan kembali ke istana, dan menjadi saksi dari beberapa pemandangan yang luar biasa. "Ada tempat-tempat seperti Green Park dan St James, yang tidak akan pernah dilalui orang pada malam hari di masa perang - dan di situlah kami berada," kata Jean.
"Di sana, ada banyak orang yang berciuman dan berpelukan, bahkan bercinta. Saya terkejut dengan hal itu, saya belum pernah mengalami hal semacam itu sebelumnya di depan umum."
Menjelang tengah malam, sekitar 50.000 orang telah berkumpul di sekitar The Mall dan Raja dan Ratu memutuskan untuk membuat penampilan kedua yang mengejutkan di balkon. Ratu mengatakan kepada media tersebut, "kami berhasil menemui orang tua saya di balkon, setelah sedikit menipu dengan mengirimkan pesan ke dalam rumah, untuk mengatakan bahwa kami menunggu di luar".
Ayah Ratu, George VI, tampaknya menyetujui, dan bahkan menulis tentang malam keluar putrinya di buku hariannya, menyebut mereka "kesayangannya yang malang" dan menambahkan: "Mereka belum pernah bersenang-senang". Elizabeth tentu saja menikmati pembebasan singkatnya dari kungkungan tugas kerajaan: dalam wawancaranya, ia menggambarkannya sebagai "salah satu malam paling berkesan dalam hidup saya".
BACA JUGA:
Adanya Permasalahan Antara Bapak dan Anak Serial The Crown
Mengapa Musim Keenam Menjadi Koleksi Pakaian Terbaik Seri The Crown
(Penulis: Clara Strunck; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih bahasa: Angel Lawas; Foto: Courtesy of BAZAAR UK)