Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Fakta di Balik Bekerja untuk Orang Penting

Ketika "The Devil Wears Prada" bersiap untuk tampil di panggung West End, Teresa Fitzherbert, menyelidiki apakah bekerja secara dekat dengan seseorang yang memiliki kekuatan besar adalah sebuah impian yang menakjubkan atau justru menjadi mimpi buruk yang tak ada akhirnya.

Fakta di Balik Bekerja untuk Orang Penting
Courtesy of BAZAAR UK

Pada awal musim panas 2015, saya baru bekerja sebagai asisten editor-in-chief Harper's Bazaar selama enam bulan. Ketika sedang berbincang dengan ayah saya dalam perjalanan pulang, tiba-tiba bos saya, Justine Picardie, menelepon. Saya panik (Justine biasanya hanya menghubungi saya di luar jam kerja jika ada sesuatu yang mendesak), dan tanpa sengaja saya menahan panggilan ayah saya untuk berbicara dengannya.

BACA JUGA: Apakah Perilaku Tidak Sopan Menjadi Tren Di Tempat Kerja?

“Tereeeesa,” ucapnya perlahan. Saya langsung merasakan ada sesuatu yang salah. "Apakah Anda ingat ketika Anda mengatakan saya bisa menjadi tuan rumah acara koktail di Chelsea Flower Show minggu depan bersama para desainer Inggris kesukaan saya?"

“Ya,” saya menjawab, bersiap menghadapi apa yang akan terjadi. Acara itu akan berlangsung di taman bunga, dan para desainer seperti Roksanda Ilinčić, Erdem Moralioglu, dan Emilia Wickstead akan hadir.

“Itu bertepatan dengan malam makan malam di Istana Buckingham yang sudah Anda konfirmasi untuk saya.”

Setiap kali mengingat kejadian ini, rasa malu selalu muncul. Sebagai asisten editor, tugas saya adalah mengatur jadwalnya, dan saya berhasil menjadwalkan dua acara penting di hari yang sama, termasuk makan malam bersama sang Ratu.

Ayah saya senang menceritakan ulang kisah ini, terutama karena saat saya kembali mengangkat teleponnya, saya terus berbisik, "Saya pasti akan dipecat," diikuti dengan serangkaian kata-kata yang tak pantas disebutkan. Untungnya, saya berhasil menghindari pemecatan dan mengatur ulang jadwal dengan sekretaris pribadi Ratu yang sangat pengertian.

Kenangan ini kembali teringat saat saya membaca bahwa The Devil Wears Prada, film legendaris tahun 2006 tentang Miranda Priestly, editor-in-chief majalah Runway yang terkenal tirani namun tenang, dan asistennya, Andy, yang diperankan oleh Meryl Streep dan Anne Hathaway, akan tampil dalam versi musikal di West End musim gugur ini. Dengan musik dari Elton John dan busana karya Tom Ford, Givenchy, serta tentu saja, Prada, musikal ini diprediksi akan menjadi hit besar di box office.

Courtesy of BAZAAR UK

"Ini akan sangat glamor dan memanjakan mata," ujar Vanessa Williams, aktris pemenang banyak penghargaan yang memerankan Miranda dalam produksi ini. "Saya yakin orang-orang akan sangat senang melihatnya menjadi nyata. Dan saat kami mengutip film tersebut, saya yakin kita akan harus menunggu tepuk tangan atau tawa, karena penonton sudah tahu apa yang akan terjadi."

Tidak diragukan lagi, para pemain akan menghadapi keduanya. The Devil Wears Prada adalah film yang bisa dihafal oleh jutaan orang. Selain memiliki jajaran aktor hebat dan dialog-dialog ikonis ("Saya hanya satu flu perut dari berat badan ideal saya"), film ini juga menawarkan dinamika yang sangat menarik antara bos dan asisten pribadi.

Ketika saya mulai bekerja di Bazaar pada tahun 2014, teman-teman dan keluarga saya langsung membandingkannya dengan film tersebut. Mereka penasaran apakah saya mendapatkan tugas yang mustahil, seperti mencari naskah Harry Potter yang belum diterbitkan atau menyewa pesawat di tengah badai, serta apakah pekerjaan itu semewah yang mereka bayangkan. Apakah paparazzi mengejar saya di karpet merah Paris? Apakah saya benar-benar bisa mengambil Chanel dari lemari fashion? Apakah seluruh tim terlihat seperti Gisele Bündchen?

Sangat menarik melihat sekilas kehidupan di 'puncak', baik itu di dunia fashion, keuangan, atau Hollywood. Ironisnya, di banyak industri, meskipun asisten pribadi bukanlah karyawan dengan gaji terbesar, mereka sering kali memiliki akses terbaik. Keuntungan mereka adalah kedekatan dengan kekuasaan: mereka memiliki akses ke bos, serta email, kalender, dan kartu kredit milik bos. Mereka memiliki informasi rahasia di berbagai level, dari daftar gaji terbaru hingga siapa yang akan terkena PHK berikutnya, atau resep medis seorang selebriti. Mengabaikan PA sama dengan menempatkan diri dalam bahaya.

Courtesy of BAZAAR UK

“Nasihat terbaik yang pernah saya berikan kepada karyawan baru,” kata Rebecca, mantan asisten eksekutif di sebuah bank investasi global besar, “adalah, ‘Bersikap baiklah kepada saya dan saya bisa membuat hidup Anda terasa seperti mimpi, tapi jika Anda membuat saya marah, saya bisa membuat segalanya menjadi sangat sulit.’” Rebecca bekerja untuk seorang mitra senior selama lebih dari satu dekade dan mengakui bahwa ia merasa ‘sangat senang’ saat membatalkan pertemuan pribadi antara bawahan dan atasan besar, atau memberikan informasi yang jujur kepada atasan tentang siapa yang berperilaku buruk di kantor.

“Bos saya sangat menyukai hal itu tentang saya. Ia selalu menghargai pendapat saya tentang orang-orang.” Bahkan ketika mitra tersebut diminta untuk memberikan saran kepada Parlemen mengenai masalah keuangan, ia akan menggunakan Rebecca sebagai tempat curhatnya. ‘Itu cukup surreal. Saya adalah tempat curhatnya, bahkan ketika membahas topik sebesar kebijakan pemerintah.’

Tentu saja, menjadi asisten terdekat tidak hanya berkaitan dengan urusan bisnis. Sebagai PA (personal assistant), kehati-hatian adalah kunci. Heather, yang membantu seorang mitra di agen hiburan terkemuka di LA, diwajibkan untuk mendengarkan setiap panggilan telepon yang diterima bosnya. "Beberapa orang memperlakukan panggilan seolah-olah sesi terapi," katanya. "Saya sering mendengar tentang aktor yang tidak bisa bangun dari tempat tidur karena terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan. Saya juga pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa mereka HIV-positif." Ia mengetahui bahwa salah satu penyanyi paling terkenal di dunia mengalami keguguran sebelum ada yang tahu bahwa ia sedang mencoba untuk hamil.

Courtesy of BAZAAR UK

Seorang asisten di bank investasi lainnya menerima telepon panik dari bosnya yang mengabarkan bahwa ia telah meninggalkan cincin kawin di sebuah hotel. Setelah mencoba menghubungi concierge tanpa hasil, ternyata bosnya mengakui bahwa hotel tersebut adalah 'hotel yang berbeda' dari yang sudah ia pesan — sebenarnya sebuah rumah bordil. Nyonya pimpinan yang menjawab telepon mengatakan bahwa mereka sudah terlalu banyak menerima cincin kawin yang tertinggal sehingga sulit untuk menemukan yang tepat. Akhirnya, si banker harus datang sendiri untuk mengambil cincin tersebut.

Secara pribadi, saya melihat betapa tipisnya batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sebelum saya bergabung dengan Bazaar, saya pernah bekerja sebagai peneliti untuk Mark Garnier MP, yang meminta asisten pribadinya untuk membeli sex toy. Ketika saya baru mengetahui hal ini beberapa tahun setelah saya meninggalkan pekerjaan tersebut, saya terkejut, tetapi sudah melihat bagaimana asisten sering kali kesulitan untuk menolak ketika keamanan pekerjaan mereka terancam.

Heather, seorang PA yang pernah mendengarkan telepon, sering tertawa mengenang masa ketika pekerjaannya melibatkan menghitung tepat 12 almond untuk sarapan eksekutif setiap pagi, menghindari stapler yang terbang marah di kantor, dan menjemput anak-anak dari sekolah ketika bosnya terlalu mabuk. Saya juga mendengar cerita tentang seorang asisten yang diminta untuk melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan pada atasannya. Serta cerita tentang asisten yang diberi waktu 24 jam untuk mencari burung hantu peliharaan untuk ulang tahun seorang anak. Seorang asisten lain yang bekerja untuk eksekutif senior di bank menceritakan saat ia melihat bosnya bertindak aneh selama rapat.

"Ia menggaruk punggungnya, menunduk untuk melihat bagian depan blouse-nya, dan menggoyangkan bahunya," katanya. "Ketika saya bertanya apa yang terjadi, ia menjawab: 'Saya lupa memakai dalaman pagi ini. Anda harus pergi membelikan satu untuk saya.'"

"Saya belum pernah membeli, memakai, atau berurusan dengan bra, jadi saya benar-benar bingung harus berbuat apa," lanjutnya. Sementara itu, bosnya tidak bisa mengingat ukuran bra-nya dan menyuruhnya menghubungi pengasuhnya untuk mencari tahu. Ia kemudian pergi ke Marks & Spencer dan, bingung dengan banyaknya pilihan, akhirnya memilih satu yang cocok dengan gaun yang dikenakan bosnya. "Itu adalah titik terendah dalam karier saya," katanya.

Bos yang sama juga tidak suka menggunakan kartu kredit, sehingga salah satu tugas asisten adalah pergi ke bank untuk menarik uang tunai sebesar £10,000 agar bisa dibawa dalam tas Louis Vuitton-nya, yang sering ia tinggalkan di taksi dan restoran setelah malam mabuk bersama klien. Suatu saat, ia memberinya £400 untuk membeli sushi untuk makan siang, sambil berkata: "Saya tidak tahu berapa harga barang-barang ini!"

Courtesy of BAZAAR UK

Cerita-cerita seperti ini mungkin membuat seseorang bertanya-tanya mengapa ada yang memilih pekerjaan ini. Namun, seperti yang ditemukan Anne Hathaway dalam filmnya, meskipun menjadi asisten pribadi bisa sangat menantang, Anda membangun koneksi yang tak tertandingi dan menjadi bagian penting dari perusahaan meski berada pada level yang relatif rendah. Ketika Anda berhasil melakukannya dengan baik, kepuasan kerja yang Anda rasakan sangatlah memuaskan. Orang-orang sukses biasanya berada di posisi puncak karena alasan yang jelas. Seperti yang diungkapkan Rebecca, "Ketika Anda bekerja dengan orang-orang yang sangat cerdas, Anda harus selalu satu langkah lebih maju. Anda harus meningkatkan kualitas kerja Anda."

Vanessa Williams juga setuju. Aktris dengan berbagai nominasi Grammy dan Emmy ini sudah sangat berpengalaman dalam peran-peran yang menantang, setelah memerankan Wilhelmina Slater, direktur kreatif yang penuh tipu muslihat dalam Ugly Betty selama empat tahun.

"Saya merasa beruntung sering kali mendapatkan peran sebagai wanita yang ditakuti dan memiliki sifat diva," ujar Vanessa saat istirahat latihan. Kehadirannya memang sangat memikat, dengan suara yang akan terdengar mengesankan di atas panggung (tidak ada bisikan dalam produksi ini). "[Miranda saya] akan menjadi lawan yang tangguh."

Ketika saya bertanya apa yang membuatnya suka dengan perannya dalam musikal ini, ia menjawab: "Saya tertarik pada kekuatan Miranda, tuntutannya untuk keunggulan, dan kemandiriannya." Mengenai peran asisten pribadi: "Hadir di tempat kerja dan melakukan apa yang diharapkan itu penting. Tapi jika Anda mau melakukan lebih dari itu, hal tersebut sangat mengesankan dan orang-orang akan memperhatikannya. Itulah cara Anda bisa maju dalam hidup."

Benar. Namun, syukurlah bagi saya, Anda juga bisa cukup tidak kompeten sehingga menyebabkan bentrokan jadwal dengan Elizabeth II dan tetap menulis untuk majalah yang sama hampir 10 tahun kemudian.

The Devil Wears Prada: A New Musical akan dipertunjukkan di Teater Royal, Plymouth hingga 17 Agustus dan akan berpindah ke Dominion Teater di London pada 24 Oktober, dengan pemesanan hingga 31 Mei 2025.

BACA JUGA:

Berapa Persen Jati Diri Anda yang Harus "Dibawa" Ke Kantor?

Semua yang Anda Perlu Tahu Tentang Sekuel The Devil Wears Prada

(Penulis: Teresa Fitzherbert; Artikel ini disadur dari: BAZAAR UK; Alih bahasa: Vanesa Novelia; Foto: Courtesy of BAZAAR UK)