Makna Perjuangan Hidup di Bulan Kemerdekaan

Dave Hendrik mencurahkan perasaannya tentang perjuangan sehari-hari yang membentuk kekuatan anak bangsa.

Foto: Courtesy of BAZAAR Indonesia


Walau bangsa ini telah delapan puluh tahun merayakan kemerdekaan, kehidupan warganya masih terus diwarnai perjuangan. Barangkali memang benar adanya, kita mewarisi darah para pejuang. Bukan lagi di medan perang, melainkan dalam upaya tanpa henti untuk mewujudkan hidup yang layak dan kemenangan yang pantas dirayakan. Dulu, saat duduk di bangku sekolah, kisah tentang para pahlawan terasa jauh dari nyata. Saya hanya memahami bahwa mereka berjuang agar kita bisa hidup lebih baik, tanpa benar-benar tahu makna yang sesungguhnya. Namun kini, sebagai orang dewasa, saya perlahan menyadari: hidup memang tidak pernah lepas dari perjuangan.

Anak-anak berjuang untuk pendidikan, mengunyah setiap pelajaran dengan harapan meraih prestasi gemilang. Target masuk perguruan tinggi negeri menjadikan jam belajar tambahan seakan menu wajib sehari-hari. Sementara kuliah di luar negeri atau di universitas swasta sering kali bukan pilihan, karena keterbatasan biaya dan tuntutan tanggung jawab yang menyertainya. Bahkan untuk sekadar menentukan fakultas, saya masih berjuang menakar masa depan yang samar.

BACA JUGA:Memaknai Gegap Gemipta Perayaan Seperempat Abad Harper's Bazaar Indonesia

“Tidak ada pohon perjuangan yang berbuah kesia-siaan”— Lenang Manggala

Dunia kerja pun tidak kalah berat. Tidak semua orang berkesempatan memilih bidang sesuai keinginan. Banyak yang akhirnya menerima apa yang tersedia di depan mata. Kemewahan untuk memilih telah lama hilang. Maka setiap hari menjadi pertarungan untuk membuktikan diri kepada mereka yang memberi upah, bahwa pekerjaan ini memiliki arti. Walau bukan pilihan utama, tenaga tetap dicurahkan sepenuhnya. Pertempuran sesungguhnya bahkan dimulai sejak pintu rumah ditutup setiap pagi: berkejaran dengan waktu, menembus jarak, berharap tiba lebih cepat dari hari sebelumnya.

Namun perjuangan hidup tidak berhenti pada pendidikan dan pekerjaan. Ada medan juang lain yang lebih sunyi, yakni saat kita melihat pencapaian orang lain. Ada yang sudah mampu membeli kendaraan listrik, berlibur ke luar negeri, atau berdiri di pelaminan dengan senyum penuh bahagia. Sementara saya masih berkutat dengan asap knalpot dan hitungan tanggal tua. Di tengah perbedaan itu, hati saya tetap berusaha teguh, walau sering kali kecil hati tak terhindarkan.

Tas bermerek, pakaian baru, makan siang di restoran ternama, bagi sebagian orang adalah simbol keberhasilan. Tas jinjingan kawan saya sebulan sekali berganti. Sebagaimana bulan baru tak pernah berulang, pakaiannya pun selalu brand new. “Makan di mana lagi ya siang ini?” selorohnya saat jarum panjang menyentuh angka dua belas. Tak mudah bagi saya untuk tak kecil hati. Tanggal tua, pertanyaan saya adalah, “Masih bisa makan apa hari ini?” Jariku terlatih merogoh suguhan promo bukan karena frugal tetapi karena isi dompet yang ugal-ugalan. Tas dan pakaian bukan lagi pilihan untuk ekspresi diri, itu hanya wadah untuk membawa perkakas perang. Namun bagi saya, tas hanya sekadar wadah untuk membawa perlengkapan kerja, dan pakaian hanyalah pelindung tubuh. Tertawa lepas adalah satu-satunya bentuk ekspresi diri yang paling jujur, meski sering dianggap berlebihan. Namun bagi saya, itulah senjata untuk tetap waras. Sebab, menjaga kesehatan jiwa adalah perjuangan tersendiri.

Hidup sering kali terasa tidak adil. Mereka yang mampu terlihat semakin gagah, sementara saya merasa semakin kecil. Kesehatan menjadi kemewahan, berteman pun bisa menjadi tantangan. Bahkan rumah tangga, yang kerap dipandang sebagai puncak kebahagiaan, pada akhirnya pun adalah perjuangan.

Hidup adalah serangkaian pertarungan, hanya mereka yang punya darah pejuang yang mampu menjalaninya.

Berjuang adalah cara kita merayakan hidup. Tidak ada kemenangan yang pantas dirayakan tanpa peluh dan rasa getir. Hidup adalah rangkaian pertarungan, dan hanya mereka yang memiliki jiwa pejuang yang mampu menjalaninya. Nasib pemenang ditentukan oleh keputusan-keputusan kecil setiap hari. Kita semua adalah pejuang. Kegigihan inilah yang menjadi jaminan kemerdekaan yang kita rayakan. Apa pun bentuk perjuangan Anda, pastikan kemenangannya sepadan. Karena keberanian, kesetiaan, kehormatan, dan kerja keras adalah sikap seorang pejuang.

Kemerdekaan bangsa, perjuangan warganya. Untuk kemenangan masa depan, perjuangan hari ini. Selamat berjuang semuanya!

BACA JUGA:

Merayakan 80 Tahun Kemerdekaan RI Lewat Portrait of Nusantara

Bukan Warisan Materi, Kegigihan Adalah Bekal Terpenting Menjadi Seorang Perintis

Baca artikel Bazaar yang berjudul "Darah Pejuang Nasib Pemenang" yang akan terbut di edisi cetak Harper’s Bazaar Indonesia - Agustus 2025; Penulis: Dave Hendrik; Alih bahasa: Emily Naima; Foto: Courtesy of Dok Bazaar