Memang mungkin tidak semua orang seberuntung mereka yang mewarisi uang dan kekayaan dari orang tua mereka. Di mata para perintis, hidup sang pewaris tampak jauh lebih mudah dan berwarna. Andaikan kita mau sedikit lebih membuka mata hati, uang bukanlah satu-satunya hal yang bisa diwariskan. Nama baik, budi pekerti, adat istiadat, pola pikir, ilmu pengetahuan, semangat juang, juga kemampuan berpikir luas dan terbuka. Mungkinkah banyak dari kita yang mewariskan hal tersebut tapi tidak merasa kaya?
Di podcast Diary Dave bersama CEO NJS Gold, Ibu Naomi Julia Soegianto, mengaku jujur bahwa ia menganggap dirinya sebagai seorang perintis. Berbeda dari anggapan orang bila menilik latar belakang keluarganya, anak dari salah satu pionir wholesaler emas terbesar di Indonesia, cap pewaris dengan mudah tersemat di dadanya. Ibu Naomi dengan lantang ungkapkan bahwa usaha yang ia miliki sekarang ini adalah hasil kerja keras peluh dan keringatnya sendiri, bukan warisan orang tua semata.
Kegigihan untuk mengubah jalur hidup yang mengantarkannya pada pemahaman bahwa dengan kerja keras tidak ada yang tidak mungkin. Berbekal nama baik sang ayah, Ibu Naomi mulai merintis usahanya dari dasar. Nama baik dan semangat kerja adalah dua hal yang diakuinya diwariskan dari sang ayah. Tak heran bagi Ibu Naomi, salah satu misi hidupnya adalah untuk selalu mengingatkan perempuan agar tak terlalu menggantungkan kehidupan pada lelaki. Lelaki adalah kepala keluarga, rasa hormat tetap harus dijaga. Namun perempuan tetap harus kuat dan mampu mandiri. Seperti didikan sang ayah padanya.
Kegigihan Ibu Naomi untuk dapat menyejajarkan dan membuktikan kemampuan diri dalam dunia lelaki adalah satu dari banyak contoh inspirasi pemimpin perempuan yang ceritanya banyak mengiringi derap langkah semangat perempuan modern negeri kita kini. Kemampuan serta keberanian perempuan tersebut yang telah mendobrak anggapan lawas yang mengecilkan peran perempuan dalam kehidupan di masanya juga adalah warisan yang banyak diterima dan dinikmati oleh perempuan perintis sekarang. Bayangkan, bila sosok pemimpin perempuan seperti Naomi pada titik tersulit perjuangannya dalam membuktikan diri itu memutuskan untuk menyerah pada keadaan, mungkin tak sebanyak sekarang hadirnya karya kesetaraan perempuan. Ternyata, banyak yang diwariskan yang lewat dari pengakuan.
Sutradara sekaligus pemeran utama film YOLO di Netflix, Jia Ling, menerima banyak pujian untuk keseriusannya dalam mengubah penampilannya demi menggambarkan kegigihan karakter perempuan yang ia perankan. Jia Ling menaikkan berat badannya 100 kilogram lalu menurunkannya kembali hingga 55 kilogram. Film ini adalah karya remake dari film indie Jepang, 100 Yen Love karya Masaharu Take 2014 silam. Film ini menggambarkan perjuangan perempuan tokoh utamanya dalam memegang kembali kendali hidupnya.
Le Ying, sang tokoh utama, digambarkan selalu menjadi objek sepanjang hidupnya. Hidup sebagai perempuan yang selalu berkorban untuk kebahagiaan dan kepentingan teman dan anggota keluarga yang lain. Hingga akhirnya ia berkenalan dengan olahraga tinju. Dalam kegigihannya membuktikan diri di atas ring tinjulah, Le Ying menyadari siapa sebenarnya yang paling pegang kendali dalam hidupnya selama ini. Film komedi dengan pesan hidup yang dijamin hadirkan air mata di belakang tawa mereka yang menyaksikannya. Mereka yang gigih akan bertahan untuk menang.
Bijaksanalah menggunakan apa yang diwariskan dari generasi sebelum kita. Teruskan apa yang dirasa bermanfaat. Jaga apa yang diterima agar juga dapat diteruskan bagi mereka setelah kita. Ada alasan mengapa kekayaan batin tak tertulis dalam surat waris, agar keberadaannya tak akan pernah diperebutkan. Jalan hidup yang terbentang di hadapan kita saat kita merintis kebahagiaan dan kesuksesan kini, adalah warisan dari mereka yang telah membukakan jalan sebelum kita. Hargai warisan itu dengan kegigihan, tidak ada sukses yang mudah. Pelajaran yang saya petik bulan ini dari pengusaha emas dan atlet tinju yang belum memiliki emas.
Foto: courtesy of Mohamed Nohassi on Unsplash, YouTube Harper's Bazaar Indonesia