Film yang ditulis Greta Gerwig bersama Noah Baumbach menceritakan Barbie, boneka plastik yang paling terkenal di dunia.
BACA JUGA: Sejarah Barbie yang Sebenarnya
Dirilis pada tanggal 19 Juli yang lalu film ini mendapat pujian dan juga kritik. CNN menulis Barbie menyampaikan pesan feminist dressed up dalam semua aksesori yang tepat.” Rolling Stone berpendapat bahwa film ini merupakan iklan panjang legacy brand corporate dan kecaman patriarki berbingkai “pretty-in-pink”. Yang jelas film ini merayakan, menyindir, sekaligus mendekonstruksi boneka plastik ini.
Ajakan menonton film Barbie, mengenakan kostum dengan sentuhan pink membentuk ekspektasi film go-girl yang superficial. Ternyata film yang cukup entertaining ini jalur ceritanya mengangkat topik serius yang menyentil ringan esensi dan nilai-nilai wanita kontemporer.
Pada awalnya terlihat anak-anak perempuan kecil bermain dengan boneka-boneka bayi di pantai.
Referensi yang menoleh pada fakta bahwa sejak masa kanak-kanak, anak perempuan telah dipersiapkan menjadi ibu rumah tangga yang berperan domestik konvensional. Peran yang kadang dianggap sebagai jebakan neraka yang dipaksakan pada wanita.
Lalu terlihat dalam slow motion, anak-anak ini menghancurkan boneka-boneka bayi dengan sekuat tenaga. Terasa sebagai simbolisme pembebasan dari peran konvensional itu.
Boneka Barbie yang dilansir pada tahun 1959 dirayakan sebagai sumber kesenangan masa kecil dan pada saat bersamaan ditegur sebagi instrumen norma gender yang toxic dan juga panutan konsumerisme wanita. Yang jelas ia merangkum perubahan dan pergeseran citra anak perempuan dan wanita seiring dengan jalannya waktu.
Mothers stand still so their daughters can see how far they’ve come.
“Stereotypical Barbie” (Margot Robbie) tinggal bersama para Barbie lainnya di Barbie Land, yaitu komunitas tempat tinggal bernuansa pastel dan pink mirip dunia mainan plastik. Di sini semua Barbie saling mendukung, solider, dan mencintai sesamanya. Mereka bisa menjadi apa saja, dokter, pengacara, presiden, pemenang Nobel Prize, atau ilmuwan.
Masalah diawali dengan pemikirkan “Stereotypical Barbie” tentang kematian, selulit yang disusul dengan kaki Barbie yang menjadi rata (kaki Barbie berlekuk bentuk tumit untuk mengenakan sepatu bertumit tinggi).
“Weird Barbie” (Kate McKinnon) yaitu Barbie yang terlalu banyak dimainkan dengan abusive mengatakan bahwa telah terjadi celah antara Barbie Land dan dunia nyata. Ia menyarankan sandal Birkenstock dan kunjungan ke “dunia nyata”.
Bersama Ken, Barbie pun mengunjungi dunia nyata dan tiba di Los Angeles. Di sinilah ia menemukan seksisme sedangkan Ken menemukan patriarki tempat kaum pria berkuasa.
Beberapa kritikus menganggap film jenaka sarat musik ini sebagai film sexist anti pria ketika semua Ken digambarkan melalui lensa negatif. Tetapi jangan lupa, saat Ken menemukan patriarki, perlakuannya terhadap wanita menoleh pada realitas citra wanita pada tahun ’50-an. Sosok wanita saat itu berfungsi utama menyenangkan dan melayani kaum adam. Saat ini saja masih sering terlihat wanita mengumbar sisi feminin, mengambil posisi mengalah dan merendah, mengelus ego kaum adam.
Bukan berarti wanita harus menantang otoritas pria, hanya mengusung filosofi sederhana yaitu kesejajaran yang mengedepankan rasa hormat dalam cinta kasih yang mengokohkan hubungan yang lebih seimbang dan bertahan.
Kritikus lain menganggap film ini sebagai iklan Mattel sepanjang 2 jam. Bagi saya, film ini menegaskan bahwa anak wanita generasi mendatang memiliki pilihan yang lebih baik untuk dirinya. Whether it is empowering atau sexist, film ini mempertanyakan apa yang Barbie wakilkan. Sejauh manakah pergeseran yang telah terjadi dalam setengah abad ini?
BACA JUGA:
Chanel Persembahkan 5 Look Ikonis untuk Film Barbie
Dua Lipa Pamer Foto Selfie Bersama Para Pemain Barbie
Penulis: Liny Agustini; Foto: Courtesy of Warner Bros. Pictures