Hanya beberapa minggu yang lalu ketika Philip Lim dan Prabal Gurung menghiasi Met Gala dengan sebuah kru berpenampilan culturally-diverse starsyang mengenakan kreasi electric dari Prabal.
Baca juga : Tampilan Sleek Raline Shah Menghadiri Fashion Show Prabal Gurung Spring 2022
Kedua perancang busana tersebut sangat dikagumi di dalam industri fashion, mempercantik penampilan dari banyak artis Hollywood seperti Gigi Hadid dan Miley Cyrus, hingga Michelle Yeoh dan Wakil Presiden Kamala Harris, tetapi, Philip berkata "Itu bukan representasi yang benar. Kami adalah yang beruntung--dapat diterima dan dapat kami lalui dalam gelembung yang sangat kecil--tetapi hal itu tidak membuat suatu perubahan. Itu merupakan sebuah pengecualian dari peraturannya--dan kami sebenarnya ingin untuk menjadi peraturannya."
Teman lama sekaligus penemu dari House of Slay--sesuatu yang lucu, serial dari komik web yang ringan menampilkan keduanya sebagai pahlawan super dalam berperang melawan "God of Darkness" atau rasisme--dan bekerja sama dengan AAPI Victory Fund untuk meluncurkan sebuah merek #OurVote, yang merupakan sebuah proyek kerja sama dengan tujuan untuk melakukan upaya aktivasi terhadap pemilih agar lebih ekstensif, dan beberapa merchandise yang dirancang oleh mereka seperti kaus, switer lengan panjang, dan sebuah tote bag dengan tulisan "We vote as one nation indivisible; our voice, our power, our vote. The United States of America in Voting we Trust." Pesan tersebut terinspirasi dari "The Pledge of Allegiance," yang diterjemahkan ke dalam setiap bahasa dari AAPI sebagai bagian dari upaya pasangan ini dalam menuju inklusi tanpa batas bagi orang Asia-Amerika ke dalam politik Amerika Serikat.
"Revolusi terpecah belah, dan perubahan nyata membutuhkan kerja yang konstan dan konsisten," Prabal memberi tahu BAZAAR. Dalam banyak hal dari yang kita harapkan akan menjadi suatu masa di mana tercipta dunia politik yang harmonis setelah pemerintahan terakhir Amerika Serikat, kita menemukan diri kita dipaksa untuk memperhitungkan potensi akhir dari Roe v. Wade, kejahatan kebencian bermotif rasial yang sedang berlangsung, dan kurangnya perwakilan yang masih ada di industri kreatif dalam klaimnya untuk mendukung "keragaman" dan "inklusivitas," tambahnya.
Beberapa bulan lagi menuju pemilihan yang akan dilaksanakan pada pertengahan tahun 2022, keadaan dari politik Amerika Serikat tetap berada di dalam fase ketidakpastian yang mutlak, dan kelompok etnis yang tumbuh paling cepat di negara itu, orang Asia-Amerika, sebagain besar tetap diabaikan, atau "dianggap tidak signifikan," ucap Philip.
"Sangat penting untuk mengetahui bahwa kita adalah seorang protagonis, kita baru - baru ini berbicara bahwa kita adalah pembuat budaya, pemimpin, pencetus pemikiran, pengubah permainan, dan ketika kita bersatu, seluruh diaspora bersatu, kita mengubah demokrasi," tambah Philip.
Merek dari "#OurVote" akan diresmikan pada AAPI Victory Rally dan AAPI Next Generation Recption pada tanggal 20 Mei mendatang, bertepatan pada peringatan dari undang-undang mengenai kejahatan kebencian yang disahkan menjadi suatu undang-undang oleh Presiden Joe Biden. Para tamu yang hadir meliputi pemimpin Asia-Amerika yang terkemuka di seluruh negara, seperti Harris (yang sering menggunakan rancangan Prabal Gurung), Walikota Boston Michelle Wu, Walikota Cincinnati Aftab Pureval, Perwakilan Andy Kim, dan Senator Tammy Duckworth, di antara banyak yang lainnya. Japanese Breakfast juga akan tampil, dan penyanyi utama, seorang musisi Korea-Amerika Michelle Zauner, akan menjadi pembicara tamu di resepsi.
"Itu akan menjadi malamyang sangat indah, dan tidak ada yang pernah seperti ini, bahkan tertutup, untuk komunitas kami," Fund President dari AAPI Victory dan CEO Brad Jenkins memberi tahu BAZAAR. "Komunitas kami tidak pernah terpusat dengan cara ini. Dan sejujurnya, kami mampu untuk melakukan ini karena kami bekerja sama dengan Prabal dan Philip, karena kami tidak bisa hanya berkhotbah kepada tim paduan suara. Kami harus menjangkau pemilih dari kelompok Asia-Amerika di komunitas ini, yang menyukai semua orang ini. Dan kami harus membangun tingkat dari semangat, membangun tingkat dari kegembiraan, karena kami telah melalui begitu banyak trauma beberapa tahun terakhir ini, sehingga malam itu benar - benar akan menjadi perayaan yang menggembirakan bagi orang Asia-Amerika."
Upaya Prabal dan Philip untuk melakukan mobilisasi kepada 23 juta komunitas AAPI menjelang pertengahan tahun tampak menjadi suatu hal yang baru bagi mereka, tetapi sebenarnya tidak. Kedua desainer tersebut (Philip lahir di Thailand dengan keturunan Cina dan Prabal adalah orang Nepal-Amerika) telah menjadikan hal itu bagian dari merek mereka untuk membahas topik - topik yang penting dalam konteks sosial dan membela kaum minoritas. Banyak orang di industri fashion yang tidak akan melakukan hal serupa.
"Saya selalu percaya bahwa politik dan fashion harus berjalan secara beriringan, karena itu adalah bagian dari budaya. Kami tidak bisa mendandani dan menjual pakaian kepada wanita dan tidak berbicara tentang hak-hak wanita," kata Prabal. "Kami tidak dapat memesan model trans dan bergaul dengan mereka dan tidak berbicara tentang hak-hak mereka. Begitulah cara saya melihat hal tersebut, dan apa yang seharusnya dilakukan oleh kaum mayoritas untuk kita juga. Sayangnya, kecuali budaya menuntut itu, industri tidak akan bangun."
Prabal memberikan suatu catatan yang penting untuk beberapa dari kita, tentunya kepada empat orang yang melakukan percakapan ini melalui platform Zoom, hidup dalam gelembung seniman yang liberal, high fashion, dan selebriti yang terus terang. Tetapi dia juga menunjuk, "Jika Anda melihat penampilan kami semua, kami berempat," kata Prabal, dengan menunjuk Philip, Brad, dan saya, seorang Latina, "Anda akan mengetahui bagaimana rasanya diasingi. Anda akan tahu bagaimana rasanya menjadi tidak terlihat, dan juga terkadang digunakan sebagai objek untuk memeriksa kaum mayoritas ketika mereka tampil seakan mereka seorang yang inklusif."
Philip mengatakan bahwa darah campuran Asia yang ia miliki, selalu memberikannya inspirasi untuk desainnya dengan cara yang tidak harus terlihat, melainkan dirasakan ("integritas, keahlian, keindahan holistik, ketabahan, dan keinginan yang tidak terbantahkan"). Tetapi, keinginannya untuk mewakili dengan cara yang lebih baru, dan akibat dari kebencian yang ia lihat mengarah pada komunitasnya.
"Saya ingat pada awal mula saya masuk ke dunia fashion, semua orang memberi tahu Anda, "Let your clothes speak for themselves, tetapi pada hari ini, penting bagi audiens Anda untuk mengetahui apa yang Anda perjuangkan dan apa yang Anda bicarakan, dan Anda tentang," kata Philip, yang baru-baru ini meluncurukan kolaborasi dengan Panda Express untuk meningkatkan kesadaran tentang kerawanan pangan dalam komunitas AAPI, dan untuk merayakan peran dari makanan, dan keluarga dalam budaya Tiongkok. "Inilah yang saya sebut sebagai keaslian dan sudut pandang yang didorong oleh tujuan. Lewatlah sudah hari-hari bersembunyi di balik façade dari apa yang Anda lakukan sebagai pekerjaan. Sekarang tentang apa yang Anda lakukan sebagai warga negara."
Sekarang, untuk pertama kalinya, ia dan Prabal menggunakan posisi mereka di dalam dunia fashion untuk mendorong aktivasi pemilih di kalangan anak muda Asia-Amerika. "Belum pernah kami memadukan dunia fashion dan dunia politik dengan cara ini, dengan sangat sengaja," katanya. "Momen ini adalah pertama kalinya, karena di dalam industri fashion selalu, 'Hush Hush, pertahankan sudut pandang Anda, sisi politik Anda, untuk diri Anda sendiri.' Tetapi kami di sini berbicara dengan Anda untuk memperkuatnya dan berkata, 'Tidak, ini adalah momen yang sangat penting sehingga kami menggabungkan kekuatan, menjadi pahlawan super bagi diri sendiri, mengaktifkan kekuatan itu dari dalam, untuk memastikan demokrasi bagi semua orang."
Ia bersikeras bahwa sementara ia dan Prabal berbicara mewakili komunitas AAPI, mereka merasa bahwa setiap kaum minoritas di Amerika Serikat adalah bagian dari keluarga yang sama, dan kita semua saling membutuhkan untuk memastikan bahwa suara kita didengarkan, diwakili, dan dihormati dalam jangka waktu yang panjang.
"Seperti yang kita ketahui, dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini, setiap saat, kebencian dan sistem dari rasisme yang sangat tidak baik, dapat mengubah kita menjadi pribadi yang buruk dan jahat," kata Philip. "Dan kita harus memastikan bahwa kita saling berjuang. Terserah bagi kita untuk bersama-sama memastikan bahwa kita memilih, karena kita sudah bisa merasakan kegelapan yang merayap."
Baca juga :
Koleksi Protes dari Prabal Gurung
Sarah Jessica Parker Tampil Memesona dalam Balutan Gaun Tulle Merah Muda
((Penulis : Rosa Sanchez; Artikel ini disadur dari Bazaar US; Alih bahasa : Christanto Subrata; Foto : Courtesy of BAZAAR US)