Modest Wear: Perkembangannya di Mata Dunia dan Indonesia

Meski busana modest kerap melekat pada kultur dan religi tertentu, kini ia mengusung nilai kebebasan, sekaligus mengambil lahan baru di tren mode.



GERBANG MODE

Jika memutar waktu kembali pada beberapa dekade lalu, sulit rasanya menemukan elemen fashion di antara di busana modest. Sebab pada era itu, ia lebih difungsikan untuk mengurangi eksposur kulit atas nama agama dan budaya tertentu. Apalagi eksistensi modest wear di masa itu memang terbatas di kalangan generasi baby boomers ke atas yang sering kali identik dengan kata konservatif.

Seiring waktu bergulir, tak lepas dari peran teknologi serta regenerasi manusia, era keterbukaan informasi melalui internet pun tiba dengan kelahiran generasi baru yang dikategorikan ke dalam Generasi Milenial. Perubahan di tren modest wear nyatanya tak lepas dari andil perempuan-perempuan muda yang ingin tetap mempertahankan nilai-nilai budaya dan religinya, sembari memperluas opsi berbusana dalam koridor fashion.

Maka tak heran jika kini, modest wear digadang sebagai salah satu tren terdepan di dunia fashion, beranjak dari pasar yang niche hingga didaulat menduduki bangku mainstream di ranah mode. Khususnya dalam beberapa tahun terakhir ini, perkembangan industri fashion modest seolah meroket, tak terbatas pada deretan angka penjualan saja, awareness-nya juga turut ditampilkan dan disahkan oleh pelaku media. Di samping untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat untuk busana modest, isu inclusivity juga turut menyeruak. Banyak label fashion, dari rumah mode hingga street wear brand yang mewadahi desain modest yang tentunya tetap memperoleh sentuhan karakter dari label yang bersangkutan.

Dunia mode kini tak lagi menganaktirikan kaum marginal, apalagi jika kebutuhan kaum marginal tersebut berubah 180 derajat menjadi kebutuhan massal. Fakta angka penjualan memang menggiurkan, lantas tak sedikit pelaku mode yang ‘pandai’ melihat kesempatan ini. Perlu saya singgung kembali, jika di tahun 2014, DKNY merilis koleksi Ramadan yang cocok dikenakan untuk gaya santun atau modest. Lalu di 2015, H&M berkolaborasi perdana dengan model berhijab, Mariah Idrissi. Strategi yang dilakukan H&M ini sejalan dengan keinginan mereka untuk merangkul diversitas dan isu inclusivity. Seperti yang diberitakan melalui Independent, Pernilla Wohlfahrt, Managing Director H&M, mengungkapkan, “Saat ini H&M hadir di 69 market, dan kami ingin menjadi beragam serta inklusif di semua pasar tempat kami hadir. Kami ingin menawarkan sesuatu bagi semua orang.”

Kemudian, isu inclusivity dan modest style juga turut dipajang oleh majalah fashion. Jika Anda ingat, di tahun 2018 majalah Vogue Inggris menampilkan wajah model berhijab, Halima Aden, dan sebelumnya ia sudah berjalan di atas panggung pekan mode untuk beberapa label fashion seperti Max Mara dan Yeezy. Hal ini menunjukkan bergemanya isu inclusivity dan modest style bahkan di dunia fashion itu sendiri.

GERAKAN SOSIAL

Namun ketika sesuatu yang awalnya tidak inklusif, kini menjadi produk yang naik daun. Maka modest wear pun dikategorikan mainstream. Pemakaian istilah modest tidak lagi terpaku pada kelompok tertentu. Setiap orang kini 'berlomba' mengenakan gaya santun ini. Hal ini tak lepas dari berbagai gerakan sosial yang turut memengaruhi perubahan di masyarakat. Berbagai isu gender, gerakan feminis, hingga gerakan fenomenal #MeToo membuahkan hasil pada kesadaran atas hak penuh kepemilikan tubuh perempuan.

Muncul pemikiran bahwa: tampil sensual dan seksi tidak semata-mata untuk memuaskan mata lawan jenis, namun sepenuhnya untuk memuaskan diri sendiri. Maka definisi seksi pun bergeser dari memamerkan kulit, hingga menutupinya. Modest wear menjadi ekspresi kebebasan perempuan melalui caranya menentukan gaya busananya sendiri. Seperti yang kita ketahui, dunia yang kita tinggali nyatanya didominasi oleh kultur patriarki yang melihat tubuh perempuan sebagai objek. Disadari atau tidak, kita membutuhkan semacam ‘proteksi’ dari masyarakat yang nampak ganas dan menakutkan. Dan busana modest rupanya memberi perasaan aman (dan nyaman).

Koleksi Ria Miranda dengan warna pastel untuk pencinta bergaya feminin

NAPAS UNIVERSAL

Bagaimana Anda memahami modest fashion? Apakah berbusana longgar dengan seluruh badan tertutup? Apakah mengenakan busana tidak transparan dan menutupi bagian dada? Jika berbicara tentang definisi, spektrumnya sangatlah luas. Namun yang pasti, kini modest style tak lagi melekat pada satu kultur atau kepercayaan tertentu, atau setidaknya Anda tak perlu lagi mengotak-ngotakkannya. Seperti yang diungkapkan seorang perancang busana asal Saudi Arabia, Mashael Al Rajhi, melalui buku Contemporary Muslim Fashions, “Saat ini, jika kita mencari pandangan yang lebih global tentang fashion, Anda harus memiliki representasi dari semua belahan (bumi). Beginilah cara kita bergerak maju, desain tidak boleh dibatasi atau dikotak-kotakkan ke dalam pola pikir yang membatasi, (budaya) Timur dan Barat perlu membaur sekarang untuk menyatukan hal-hal indah. Fashion harus sadar sosial, kita memiliki kemampuan untuk memengaruhi pola pikir, dan itu adalah bentuk ekspresi dan kebebasan. Hal ini memungkinkan kita membentuk identitas dan memberi orang-orang kesempatan untuk mencapai potensinya.”

Maka kini, para penikmat mode dan dunia memperoleh opsi yang lebih luas dalam berbusana. Industri fashion pun merangkul lebih banyak perancang busana modest. Bahkan, sudah banyak festival fashion dan pekan mode yang mengusung tema modest, misalnya Amsterdam Modest Fashion Week, Miami Modest Fashion Week, hingga Torino Fashion Week yang memiliki visi mempertemukan dua dunia berbeda, serta mengakhiri penderitaan dan kesalahpahaman akibat perbedaan tersebut.

Koleksi Itang Yunasz menghadirkan elemen etnik bergaya bohemian

INDONESIA DAN MODESTY

Bergaungnya busana modest, mulai terasa kuat sekitar 10 tahun terakhir. Jika kita raba kembali, kemunculannya hadir setelah masa reformasi. Karena di periode pemerintahan sebelumnya, sesuatu yang identik dengan agama atau kultur tertentu dikontrol, dengan tujuan mengedepankan identitas Indonesia secara nasional. Kemunculan busana modest yang mendapat respons positif dari pasar, didukung oleh fakta bahwa mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam.

Diversitas karakter busana modest pun lahir dari banyaknya perancang busana modest di Indonesia. Salah satu yang populer hingga membawa nama Indonesia ke panggung fashion di New York adalah Dian Pelangi. Ia dikenal dengan desainnya yang ramai sebab mengusung teknik tie-dye yang mampu menarik perhatian dan mengelevasi busana modest. Kepiawaiannya dengan tekstil tak lepas dari latar bisnis orang tuanya di bidang garmen.

Lalu, ada Itang Yunasz, yang memadukan elemen tradisi dan modernitas secara harmonis, sehingga terselip gaya yang progresif. Untuk ekspresi yang lebih kalem dan feminin, diwakili oleh Ria Miranda yang konsisten mempresentasikan warna-warna pastel sehingga memiliki penggemar setianya. Untuk tekstil lokal, NurZahra bermain dengan indigo menggunakan teknik pewarnaan alami, hingga sukses melahirkan motif-motif kontemporer.

Koleksi Rani Hatta yang mengusung siluet clean dan mengedepankan tailoring

Sedangkan untuk gaya yang lebih modern, hadir dari tangan Rani Hatta dan IKYK (I Know You Know) yang didesain oleh Anandia Putri Harahap. Pada karya Rani, terlihat permainannya di dalam arena simpel, “Saya menciptakan baju itu berdasarkan apa yang saya ingin kenakan. Berdasarkan karakter saya sendiri, misalnya saya enggak suka baju yang terlalu ribet, yang terlalu banyak aksen. Karena saya simpel, pengen baju senyaman mungkin tapi tetap fashionable. Lalu ia mengutarakan visinya, “Saya pengen breaking the stereotype, kalau modest wear itu cuma bisa dipakai oleh wanita berhijab. Saya percaya kalau pakaian has no gender, tergantung bagaimana kita mix and match-nya. Di Rani Hatta, saya lebih ke sporty tailoring, bagaimana kita padu padannya. Misalnya jas, bisa dijadikan gaya modest, bisa juga enggak, bisa dipakai gender mana pun.” Ia percaya bahwa modest wear tak terbatas pada tunik, kaftan, atau dress panjang. “Modest wear bisa diakali. Misalnya saya bahkan juga mengenakan menswear, tergantung bagaimana kita bisa mix and match-nya. Baju apa pun selama mix and match-nya benar, bisa kita jadikan modest wear,” ungkapnya.

Koleksi IKYK senantiasa konsisten dengan permainan material dan padu padan yang playful

Anandia Putri melalui IKYK mengusung atmosfer berbeda dengan menyajikan busana dinamis. Senantiasa menampilkan inovasi dalam busana modest, IKYK telah merilis koleksi IKYK Sports untuk opsi activewear. Hal ini dikarenakan kepekaan labelnya terhadap kebutuhan pasar, “Kami selalu mencoba menghadirkan apa yang menjadi kebutuhan paling mendasar namun sering terlupakan. Dan bagaimana menjadi brand yang bisa merepresentasikan modest wear seutuhnya dalam semua aspek kehidupan sehingga pelan-pelan kami mencoba memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut yang susah ditemui di pasar umum.”

Kebutuhan akan active wear diawali oleh meningkatnya awareness masyarakat urban terhadap healthy lifestyle, yang tak lepas juga dirasakan oleh penikmat modest wear. Hal ini juga terbukti melalui respons pasar terhadap koleksi IKYK Sports, “Alhamdulillah sampai saat ini kami sudah melakukan berulang kali restock dan selesai restock sebelum bulan Ramadan. So far antusiasmenya begitu besar. Insya Allah IKYK Sports akan menjadi koleksi reguler setiap tahunnya di kalender IKYK selain musim Spring/Summer, Fall/Winter dan Raya,” tutup Anandia.

Modest fashion di Indonesia memang tak henti berkembang, tak sekadar tren yang akan timbul tenggelam, modest wear di Indonesia memiliki ruang tersendiri. Fakta bahwa mayoritas rakyatnya beragama Islam menjadi fondasi kuat bagi modest fashion untuk tetap bertahan.

Prinsip berbusana modest yang lebih fashion ini, tak lepas dari pemikiran para desainer dan konsumen, mengutip dari buku Contemporary Muslim Fashions, “Perancang busana muslim Indonesia dan konsumen memiliki sudut pandang berbeda tentang berdandan (berbusana): masuk akal jika Tuhan mencintai estetika, maka memperindah penampilan dengan berbusana bukanlah perilaku narsistik, tetapi wujud ibadah. Memperindah diri sendiri melalui penyerahan diri kepada yang Sang Pencipta dapat mendatangkan kebaikan dan kesenangan."

(Layout: Mohammad Somad; Foto: GCM Group, IKYK, Femina Group)