Milan Fashion Week musim gugur 2020 tak kalah menghadirkan banyak kejutan untuk kita semua dengan berbagai macam momen yang memorable.
Seperti rumah mode Gucci yang menjadikan bagian backstage menjadi entrance para tamu sekaligus latar belakang pergelaran yang menyerupai akuarium transparan yang bergerak memutar, sukses mencuri perhatian banyak khalayak.
Lalu label Moncler yang mendapuk beberapa sosok jenius di industri mode sekaligus sebagai kolaborator yakni Simone Rocha, Craig Green, JW Anderson, Richard Quinn. Seluruhnya mengawinkan estetika mereka ke dalam garis desain Moncler yang khas akan puffy jacket-nya.
Kemajuan yang progresif juga muncul di panggung rumah mode Fendi, yang untuk pertama kalinya membolehkan curvy models untuk memeragakan koleksi mereka. Kedua model terpilih adalah Paloma Elsesser dan Jill Kortleve.
Seluruh momen-momen tersebut tentunya juga diiringi dengan berbagai koleksi rumah mdoe dunia yang akan memprediksi tren di musim gugur 2020 sekaligus menyejukkan pandangan Anda karena desain para direktur kreatif kali ini cukup variatif dan imajinatif.
Gucci
Setelah sebelumnya menimbulkan perbincangan di media sosial akibat rumah mode Gucci memilih mengirimkan undangan lewat fitur Whatsapp demi mengurangi sampah, Alessandro Michele sebagai direktur kreatif kemudian menggelar presentasi dengan setting layaknya akuarium transparan yang bergerak memutar untuk menampilkan para model.
Alessandro yang identik mengadopsi aliran seni renaissance ke dalam karya-karyanya, di musim gugur 2020 kembali mengaplikasikannya setelah sebelumnya mengusung konsep throwback ke karya-karya Tom Ford saat masih memimpin Gucci. Inspirasi yang datang dari busana anak perempuan, suster, biarawati, seragam sekolah, dan banyak lagi menjadi narasi utama di koleksi ini. Desain maximalist yang diekspresikan dengan cara layering, tiered silhouette, mantel fur, peter pan collar hingga renda mendominasi imaji musim gugur tahun 2020 menurut Gucci.
Alberta Ferreti
Aliran desain yang lebih mengusung efisiensi kini didalami oleh desainer Alberta Ferreti. Ia pun kemudian menyajikannya dengan kombinasi siluet tailoring yang feminin.
Meski feminin, aura tangguh tetap terpancarkan lewat palet warna hitam, kemeja transparan yang dihiasi oleh ruffles berukuran makro, celana dengan aksen fringe yang kemudian dipasangkan dengan ikat pinggang emas. Serta permainan bahan kulit yang dibentuk menjadi setelan mantel dan baggy pants yang edgy merubah image sang desainer yang selama ini kerap menyajikan ansambel playful.
Jil Sander
Kata subtle mewakili koleksi Jil Sander musim gugur 2020 di bawah arahan Lucie dan Luke Meier untuk kemudian diterjemahkan menjadi busana mewah dan feminin dengan detail apik.
Fungsional dan efisiensi menjadi prioritas koleksi, berbagai metode tumpuk diaplikasikan dengan busana bersiluet loose, tailored coat, turtle neck, cape, hingga vest yang seluruhnya tak lekang waktu dan dapat dikatakan sebagai koleksi non seasonal dikarenakan wujudnya yang subtil, modern, dan wearable.
Max Mara
Bagaimana ceritanya jika busana ke kantor digabungkan dengan busana bervakansi yang romantis? Hal itu disampaikan dengan baik oleh direktur kreatif Max Mara, Ian Griffiths.
Kombinasi antara busana profesional seperti blazer, jas, kemeja, blus, mantel, seluruhnya ia modifikasi dengan tambahan flare yang romantis di bagian lengan. Lengan dengan aksen ruffles merepresentasikan keinginan sang direktur kreatif untuk mengurangi aura kaku di busana bekerja seperti biasanya. Didominasi dengan palet warna membumi dan styling monokrom, koleksi ini adalah meredefinisi busana bekerja konservatif dengan unsur yang lebih rileks.
Prada
Untuk musim gugur 2020, Miuccia Prada menghadirkan konsep feminin namun dengan representasi yang kuat sebagai wanita. Siluet tailoring seperti boxy blazer dengan lapels berukuran besar seluruhnya didominasi oleh warna abu-abu.
Kemudian, fringe skirt juga menjadi kata kunci di koleksi Prada kali ini yang mana hadir dalam format rok, aksen yang menghiasi sebuah blus, hingga pada aksesori scarf yang akan mengikuti jejak sang pemakai. Kemudian, pernyataan yang menarik perhatian datang dari sederet koleksi ikat pinggang yang memiliki logo Prada di atasnya dengan palet warna hitam yang tegas dan clean.
Fendi
Mengusung prinsip yang mengedepankan perasaan liberating, Fendi untuk pertama kalinya mengajak model plus size untuk berjalan di atas runway-nya dan mengenakan busana Fendi yang menyuarakan aura kebebasan.
Dengan mengombinasikan unsur seksual dan formal, koleksi ini merepresentasikan kebebasan wanita yang tak dapat dengan bebas mengenakan apapun yang mereka inginkan. Rok A line, oversized blazer dress, plunge neck line, hingga blazer yang dijahitkan dengan korset di bagian pinggang menerjemahkan mobilisasi wanita saat bekerja hingga saat keluar di malam hari.
Moschino
Lagi-lagi French Revolution didapuk sebagai inspirasi untuk sebuah koleksi mode. Moschino yang dikepalai oleh Jeremy Scott menggaungkan narasi "let them eat cake" khas Marie Antoinette dengan busana-busana yang didesain layaknya tampilan kue tart.
Dengan sentuhan ala tahun '80-an, Jeremy seakan melakukan kilas balik ke dunia glamorama khas Marie Antoinette dengan modifikasi denim yang modern. Meski koleksi ini adalah koleksi ready to wear, konsep wearable menjadi hal terakhir yang terpikirkan olehnya. Atasan bustier, setelan denim dengan celana pendek berhiaskan bordir khas Prancis, gaun ala Marie Antoinette dari material kulit, semua diupayakannya dengan penuh imajinasi dan kejutan. Membuat koleksi ini layaknya penampilan teater yang membawa para pencinta mode ke dunia lain versi Moschino.
Marni
Bagaimana jadinya jika Alice in Wonderland dibuat dengan menggunakan kostum dari Marni? Untuk musim gugur 2020, Marni memilih dongeng tersebut sebagai inspirasi untuk kemudian diwujudkan dalam bentuk koleksi artistik dan modern layaknya desain khas label asal Italia ini.
Bordir dan motif ala era Victoria menyelimuti mantel musim gugur, kemudian bahan kulit metalik, satin, hingga vinyl diinjeksikan demi mewakilkan efek dunia seni kontemporer yang ingin dihadirkan oleh Marni. Alih-alih menggunakan heels, para model kemudian berjalan dengan sepasang wrestlers shoes yang kontras. Patchwork, percampuran warna membumi dan warna terang, serta riasan model yang dilapisi oleh cat metalik memberikan efek psychedelic tiada dua di koleksi ini.
Versace
Busana maskulin dengan bagian bahu yang tegas tampaknya menjadi key words untuk banyak koleksi desainer di Milan Fashion Week. Rumah mode Versace yang memilih untuk menampilkan koleksi menswear dan womenswear sekaligus, mengusung konsep wanita tangguh yang berpakaian dengan gaya maskulin yang tentunya tak takut untuk menonjolkan sisi feminin mereka.
Koleksi yang dapat dikatakan sebagai koleksi gender fluid ini, juga banyak didominasi dengan potongan busana activewear dan puffed jacket dengan aksen quilted. Estetika khas Versace yang kuat di aspek print juga hadir dalam format jaket pria, cut out neck dress, kemeja satin pria yang seluruhnya diwarnai dengan rentang warna ungu, merah muda fuchsia, dan hijau kontras layaknya warna di musim panas.
Bottega Venetta
Philosophy Di Lorenzo Serafini
Visi yang ingin dicapai label Philosophy Di Lorenzo Serafini untuk menciptakan busana tak lekang waktu kali ini diwujudkannya dalam bentuk koleksi yang menyerupai busan vintage.
Potret wanita elegan dan klasik dipancarkan koleksi musim gugur 2020 mereka, motif floral yang manis, bahan satin yang tak hanya mewah namun juga feminin dan banyak digunakan di busana vintage, dan jumpsuit ala tahun '70-an yang mengingatkan akan kejayaan musik disko dipilih oleh Lorenzo Serafini. Dengan craftmanship yang memerhatikan hingga detail terkecil, Lorenzo ingin wanita mencintai koleksi ini sepanjang masa dan dapat mengenakannya dalam jangka waktu yang sangat panjang.
(Foto: Courtesy of @gucci, @albertaferreti, @jilsander, @maxmara, @prada, @fendi, @moschino, @marni, @versace, @bottegavenetta, & @philosophyofficial; Layout: Tevia Andriani)