Ada Pergeseran Pada Makna Seksi

Dari gaun bandage Anora, hingga penampilan tur Sabrina Carpenter, budaya pop tiba-tiba menjadi jauh lebih berani. Kenapa?

Foto: Courtesy of BAZAAR US


Beberapa saat lalu, film yang ramai dibicarakan semua orang adalah Anora. Kisah tentang pekerja seks di Brooklyn yang dengan percaya diri mengenakan gaun bandage Hervé Léger. Media yang paling banyak mendapatkan waktu bersama Wakil Presiden dan kandidat presiden saat ini, Kamala Harris, bukanlah outlet berita tradisional, melainkan podcast Call Her Daddy, yang dipandu Alex Cooper. Podcast ini awalnya didirikan untuk perempuan membahas seks secara blak-blakan.

BACA JUGA: H&M Merilis Ulang Kolaborasi Desainer Terbaiknya

Charli XCX baru saja mengakhiri Brat Summer dan memulai era Brat Fall dengan tampilan khas “day after”: rambut berantakan, makeup luntur, celana pendek mungil, dan atasan sobek. Di sisi lain, penyanyi Short n Sweetberbakat, Sabrina Carpenter, sedang tur mengenakan handuk yang ia lepas untuk memperlihatkan bodysuit berhiaskan kristal dari Victoria’s Secret, lalu menyanyikan lagu seperti "Bed Chem" dengan lirik menggoda: "How you pick me up / pull 'em down, turn me 'round / Oh, it just makes sense / How you talk so sweet when you're doin' bad things." Oh iya, ngomong-ngomong soal Victoria's Secret, mereka juga baru saja membawa kembali fashion show ikonis mereka, lengkap dengan sayap, pose menggoda, dan lingerie untuk pertama kalinya dalam lima tahun. Jadi, apakah "seksi" sedang kembali berjaya?

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Sebenarnya, seksi tidak pernah benar-benar hilang. Tetapi kini rasanya seksi jadi sesuatu yang lebih relevan, atau malah kembali menjadi tren. Padahal, kita sedang hidup di masa yang jauh dari seksi, dengan pemilu krusial yang semakin dekat, di mana hak reproduksi menjadi taruhan besar.

Penjelasan paling masuk akal adalah bahwa nuansa seksi ini muncul sebagai respons atas atmosfer apocalyptic yang mendominasi. Di pekan mode terbaru, para model tampil dengan celana one-legged, busana penuh potongan, gaun tulle transparan, sabuk yang dijadikan atasan, hingga tutu yang memperlihatkan banyak kulit. Tidak ada nuansa suram atau dystopia seperti pada tahun 2016, ketika kita melihat kaos bertuliskan "We Should All Be Feminists," jas celana, dan peragaan busana bertema The Handmaid's Tale. Dari mode hingga musik, layar besar maupun kecil, tren saat ini seakan mencerminkan harapan untuk masa depan yang lebih ceria—bukan realitas yang kita jalani sekarang.

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Foto: Courtesy of BAZAAR US

Ada juga penurunan rasa malu di kalangan masyarakat. Di era keterhubungan tanpa batas ini, kita semua terus membagikan kehidupan pribadi di internet melalui berbagai platform, hingga menampilkan sedikit kulit tidak lagi terasa kontroversial. Orang-orang dengan mudah mengungkapkan semuanya kepada jutaan orang asing secara online, membuat serial video 52 bagian tentang pernikahan yang penuh deception atau mengumumkan aborsi dengan santai sambil merekam dirinya di tur Charli XCX. Kita sudah sangat terbuka dan rentan, sehingga memperlihatkan perut atau paha kini terasa biasa saja. Bagaimana mungkin hal itu dianggap provokatif jika dibandingkan dengan semua hal yang langsung dibagikan ke TikTok alih-alih disimpan sebagai rahasia?

Jadi, iya, ada pergeseran yang jelas menuju nuansa yang lebih seksi—setidaknya dalam bentuk yang ringan, menyenangkan, dan tanpa beban. Bukan berarti fashion show Victoria’s Secret akan membawa keajaiban seperti dulu atau gaun bandage Hervé Léger akan laris terjual. Namun, ada rasa humor dan keceriaan di balik tren ini, sesuatu yang mungkin bisa menyatukan kita dalam tawa kecil yang pedas. Seperti kata Sabrina Carpenter, "Come right on me / I mean camaraderie."

BACA JUGA:

Pesona Glamor Bintang Sex and the City di New York

Kylie Jenner Tampak Ceria dalam Gaun Bodycon Lateks Bertekstur

(Penulis: Tara Gonzalez; Artikel ini disadur dari: BAZAAR US; Alih bahasa: Anya Azalia; Foto: Courtesy of BAZAAR US)