Ruci Art Space kembali membuka pintu pertamanya kepada publik di tahun 2021 dengan pameran kolaborasi dengan Mizuma Art Gallery.
Selama pandemi menyerang di tahun 2020, Ruci Art Space bertekad untuk terus menutup pintu dan beralih ke ruang virtual seperti yang dilakukan semua orang. Tapi sekarang sepertinya mereka telah mempersiapkan lingkungan yang aman untuk kembali menyediakan ruang pameran seniman-seniman dan masyarakat demi tercapai dialog yang sempat tersendat selama keterbatasan di tahun 2020.
Dengan tetap menjaga protokol kesehatan dan seluruh persiapan yang sudah dilakukan, Ruci Art Space mengajak kita semua untuk pameran tunggal pertama di 2021 dengan berkolaborasi dengan Mizuma Art Gallery mempersembahkan pameran tunggal pertama Iwan Effendi di Ibukota bertajuk Daydreaming Face. Pameran tunggal ini telah berlangsung sejak tanggal 8 Oktober 2021 dan akan berakhir pada 14 November 2021.
Menurut Iwan, bentuk paling murni dari gambar adalah garis. Ialah yang pertama kali mempertemukan dunia ide dengan kenyataan, yang menjadikan imajinasi menjadi sesuatu yang berwujud. Pertemuan itulah yang coba diterjemahkan Iwan lewat tema pamerannya Wajah Melamun. Dalam proses kreatifnya, ia memercayai pementasan boneka sebagai media untuk menyampaikan banyak hal dan peristiwa sekaligus mempertemukan karya-karyanya secara langsung kepada audiens dalam satu pandangan. Boneka-boneka kosong ekspresi inilah yang lantas ia perkenalkan sebagai wajah-wajah melamun. Ketika lampu panggung dinyalakan, penonton menghentikan segala kepentingan untuk menyaksikan fenomena boneka tanpa ekspresi dimainkan, dan sesungguhnya saat itu sebuah keterlibatan dan kepercayaan terbangun.
Eksplorasi garis berlanjut kepada eksperimen Iwan menganimasikan proyeksi gerak dan sensasi garis tersebut. Seperti halnya dalam teater boneka, keberadaan pemain akan berusaha dihapus untuk fokus kepada kehidupan bonekanya. Proses menghapus ini juga menjadi makna tersendiri dalam melihat boneka. Dalam animasi gambarnya, Iwan lantas mendapati bahwa menghapus pun menjadi bagian dari ekspresi tak terduga lainnya. Wajah Melamun pada akhirnya menjadi muslihat artisitik dirinya untuk mengarsipkan riwayat gerak garis, awal dari segala ada.
Selain itu, melihat proses berkaya sang seniman dimana gerak garis menjadi alat untuk menghadirkan ekspresi, di mana gerak garis tersebut kerap kali dihapus, meninggalkan jejak, serta menjadi bagian dari sebuah karya, semakin memperdalam kepercayaan bahwa proses adalah sebuah titik mula luar biasa yang mampu memberikan permaknaan baru dalam karya itu sendiri.
Baca juga:
Museum MACAN Bicarakan Tentang NFT Art, Apakah Hal Tersebut Menjadi Salah Satu Programnya?
Pameran Seni Rupa Bertajuk Mukti Negeriku! di Museum Tumurun
Ide Citra Sasmita Tentang Aktivitas Anak Terkait Art: Buat Ruang Seni Anak Virtual
Konsistensi ArtJog dalam Mendukung Seniman Muda Indonesia di Tahun 2021
(Penulis: Gracia Sharon, Foto: Courtesy of Ruci Art Space)