Semua orang pasti memiliki api semangat dalam dirinya untuk melakukan hal yang mereka cintai. Tidak terkecuali para insan kreatif tanah air ini, sekalipun dalam masa sulit sebab pandemi Covid-19, mereka tetap membuktikan bahwa tidak ada hal yang mampu menghalangi keinginannya untuk berkarya. Tentunya, semua akan lebih ringan bila dilakukan bersama-sama. Oleh sebab itu, kolaborasi menjadi kunci untuk tetap bertahan di masa kini.
Kolaborasi ini melibatkan Robby Permana Manas, CEO DUA Collective yang bergerak di industri pencahayaan, Rinaldy A. Yunardi, desainer aksesori yang mendunia, serta Era Soekamto, desainer fashion dan batik yang berbakat. Sekilas, mungkin terkesan sangat sulit untuk menarik garis singgung yang bisa menghubungkan ketiga insan kreatif dengan genre yang bisa dibilang sangat berbeda ini. Namun, tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia ini, khususnya dalam kancah kesenian. Ketiga sosok ini kemudian melahirkan instalasi seni pencahayaan.
Cahaya merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita, ialah sumber kehidupan yang menerangi dan memudahkan segala aktivitas manusia. Namun, selama ini industri lighting selalu berada di bawah naungan sektor arsitektur, interior dan juga elektronik. Padahal sebenarnya, industri pencahayaan ini membutuhkan keahlian khusus dan juga potensi yang sangat besar. Melalui koleksi ini, para seniman ini berharap agar bisa mendapat perhatian lebih dari pemerintah dengan menetapkannya sebagai spektrum baru di sektor ekonomi kreatif.
“Industri pencahayaan di Indonesia berkembang sangat pesat dan perlu terus didorong tumbuh kembangnya menggunakan kreativitas anak bangsa yang luar biasa bagus dan pembuatan semaksimal mungkin dibuat di dalam Negeri. Maka dari itu dibutuhkan kolaborasi bersama berbagai spektrum kreatif untuk mendapatkan hasil yang berbeda beda dan juga mendorong UKM khususnya handicraft lokal untuk diakui kualitasnya di mata dunia,” tutur Robby Permana Mannas CEO DUA Lighting Collective.
Selain itu, instalasi seni pencahayaan ini juga menyimpan nilai budaya yang kental. Bertajuk Dewa Nawa Sanga, koleksi ini terinspirasi dari kearifan Surya Majapahit. Melalui Dewa Nawa Sanga, Era Soekamto ingin menyampaikan keindahan budaya Indonesia yang sangat banyak dan kompleks dengan cara yang lebih mudah untuk dipahami oleh para audiens.
"Nusantara wisdom bukan sesuatu yang ringan, perlu pendalaman jiwa karena kekuatannya bukan hanya logika, tapi rasa, melalui karya ini, kita ingin menyampaikan sesuatu yang ethereal dan kompleks secara agar mudah dipahami dan dinikmati tanpa menghilangkan rasanya.” jelas Era.
Sesungguhnya, karya seni ini telah dibawa ke panggung La Maison & Objet di Paris pada Oktober, 2019 silam dan pengenalannya di tanah air tertunda sebab pandemi. Namun, hal ini tidak serta-merta menyurutkan semangat untuk berkarya. Ketiganya juga sempat membeberkan bahwa kolaborasi ini akan membuka lebih banyak lagi peluang karya seni ke depannya untuk menyampaikan budaya Indonesia melalui karya seni yang berpijar.
“Rasanya tidak akan berhenti di sini. Ini juga menjadi PR bagi kita karena masih banyak pulau, bahasa dan kebudayaan yang perlu digali lagi. Dengan lighting ini, kita kan berkarya, meskipun karya adalah benda mati, kita menghidupkannya dengan lampu yang menyimpan cerita dan hasilnya adalah sebuah paket lengkap, art lighting yang tidak hanya bisa menyinari, namun juga punya kisah dan juga keindahan.” Ucap Rinaldy.
Baca juga :
Mengulik Koleksi Teh Gaia yang Berasal Dari Perkebunan Teh Terbaik Seluruh Indonesia
Museum MACAN Bicarakan Tentang NFT Art, Apakah Hal Tersebut Menjadi Salah Satu Programnya?
(Penulis : Jeslin L. Tang, Courtesy of DUA Lighting)