Langkah Pertama untuk Lebih Mencintai Bumi: Mulai dari Lemari Pakaian Anda

Memulai kebiasaan yang lebih ramah lingkungan dalam berpakaian.



Sejak tahun 2019, gaya hidup ramah lingkungan atau sustainable lifestyle telah dimulai dengan mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai dan juga produk berbahan plastik. Dengan kampanye penggunaan tas belanja dan sedotan berbahan dasar kertas maupun stainless steel menjadi langkah-langkah sederhana yang disebar luaskan kepada masyarakat.

Mulai dari tas belanja hingga botol minum sendiri, kampanye pengurangan sampah plastik lebih luas dikumandangkan dari berbagai komunitas guna menerapkan gaya hidup yang ramah bagi Bumi. Sustainable lifestyle dapat dimulai dari langkah sederhana dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan baru ke dalam hidup sehari-hari.

“Sebenarnya saya benar-bener baru terdorong untuk lebih aware tentang gaya hidup ramah lingkungan itu justru saat awal kuliah, melalui orang-orang yang mendokumentasikan keadaan lingkungan kita sekarang, soalnya melalui visual itu saya merasa marah karena kita merusak lingkungan dan marah juga karena sayaenggak bisa melakukan apa-apa,” ungkap Mutiara Bertha, seorang mahasiswi yang mulai menerapkan kebiasaan-kebiasaan ramah lingkungan dalam kesehariannya.

Kebiasaan ramah lingkungan yang Mutiara terapkan tidak hanya menggunakan botol minum sendiri ketika membeli minuman, tetapi juga menggunakan kapas reusable dalam perawatan wajahnya serta menggunakan kembali botol-botol kemasan produk wajah atau tubuh menjadi tempat penyimpanan alat tulis maupun pot tanaman.

“Saya berpikir kalau mau bikin gebrakan besar, saya ini bukan siapa-siapa tetapi daripada sayatidak melakukan sesuatu, at least sayamelakukannya ke diri sendiri,” ungkap Mutiara.

Namun, aktivis dan pendiri komunitas Bye Bye Plastic Bags, Melati Wijsen telah membangun kehidupan yang berdampingan dengan alam sejak kecil. “Tumbuh besar di Bali, saya selalu dididik untuk menerapkan kebiasaan yang dapat melindungi lingkungan dalam jangka panjang, dari kebiasaan-kebiasaan sederhana seperti mematikan lampu jika tidak digunakan, tidak menggunakan air terlalu banyak ketika menggosok gigi, atau mandi dengan air dingin.”

Melati pun secara konsisten membentuk kebiasaan baru yang ramah lingkunga seperti menjalani pola makan vegetarian, berkebun, dan juga tengah mempelajari tentang sustainable fashion. Selama masa karantina di rumah, Melati mengungkapkan bahwa ia mulai mendalami dampak produksi tekstil terhadap lingkungan serta kelompok pekerja.

Seperti Melati, ketika masyarakat mulai mengenal gaya hidup yang lebih sustain melalui kemasan yang mereka gunakan, kini banyak komunitas yang mulai menilik gaya hidup yang ramah lingkungan dalam berbusana atau yang dikenal dengan sustainable fashion. Gerakan ini menekankan pentingnya sebuah brand pakaian untuk memproduksi dengan mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan ramah bagi lingkungan, termasuk dalam proses pembuangan limbah sisa produksi. Sedangkan, bagi konsumen untuk lebih bijak dalam mengonsumsi pakaian maupun aksesori yang mereka akan gunakan.

Dengan proses produksi yang menghasilkan produk dengan jumlah lebih sedikit, alhasil ada pemikiran jika menggunakan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan untuk membangun gaya hidup sustainable membutuhkan biaya yang besar. Melati pun mengungkapkan bagaimana edukasi dan keinginan setiap individu untuk mulai sadar akan pentingnya hidup berdampingan dengan lingkungan alam, sebagai langkah awal untuk memecahkan berbagai masalah lingkungan, termasuk plastik dan tekstil.

“Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana orang-orang berani keluar dari pola hidup nyaman mereka dan para pemimpin industri untuk mengimplementasikan perubahan yang lebih ramah bagi lingkungan baik dari proses produksi yang lebih perlahan maupun material yang lebih ramah lingkungan,” ungkap Melati. Namun, bagaimana Anda dapat mengimplementasikan fashion berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari?

Berikut beberapa cara sederhana yang dapat Anda aplikasikan untuk bangun kebiasaan berpakaian yang lebih ramah lingkungan.

1. Mengurangi kebiasaan berbelanja

Produksi fast-fashion dengan harga yang lebih terjangkau disediakan untuk memenuhi keinginan konsumen sehingga mengurangi kebiasaan Anda berbelanja dapat menjadi faktor pendorong untuk industri mode yang lebih ramah lingkungan. Cara paling sederhana adalah dengan membeli pakaian yang Anda butuhkan, bukan inginkan. Dengan demikian, Anda juga tidak akan membuang terlalu banyak pakaian yang tidak lagi Anda inginkana atau butuhkan.

2. Memaksimalkan pakaian yang Anda miliki

Dengan berbagai macam pakaian yang ada di dalam lemari, Anda dapat memulai kebiasaan berpakaian yang ramah lingkungan dengan mempadukan pakaian yang Anda miliki, ditambah sentuhan gaya baru untuk menunjang keseharian. Mulai dari memotong kaus putih Anda seperti crop top atau menjahit kain perca pada celana jeans, penampilan Anda akan tampak lebih trendy dengan koleksi pribadi Anda. Selain itu, Anda juga menghemat pengeluaran dan menambah kreativitas Anda.

3. Menyumbangkan pakaian bekas layak pakai

Jika Anda ingin mengurangi jumlah celana jeans atau tidak lagi ingin memakai gaun bermotif bunga, tetapi tetap layak dipakai, coba masukkan ke dalam kardus atau kantung besar kemudian sumbangkan kepada mereka yang membutuhkan.

4. Menjual kembali pakaian Anda

Pakaian yang tidak ingin Anda pakai lagi juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan. Kumpulkan pakaian-pakaian yang tidak lagi terpakai, siapkan ‘studio foto’ di rumah, buat akun media sosial atau pasarkan di berbagai e-commerce. Dengan demikian, pakaian Anda akan memiliki pengguna baru, di saat yang sama Anda juga mengambil langkah baru untuk gaya hidup ramah lingkungan.

(Penulis: Vanessa Masli; Foto: Courtesy of Michael Pondaag, Björn Forenius©123RF.com)