Membuka musim baru di dunia fashion, bulan September menjadi waktu tepat untuk meluncurkan koleksi bertema Fall/Winter bagi label fashion kenamaan dunia.
Ciputra World Surabaya (CWS) sebagai ikon lifestyle di Surabaya, kembali menghelat Ciputra World Fashion Week (CWFW) untuk keenam kalinya. Ajang fashion eksklusif pertama di Surabaya itu menampilkan karya desainer ternama Asia Tenggara termasuk Indonesia, tidak ketinggalan juga deretan brand internasional.
Berlangsung di Oval, Linear dan Void Atrium lantai dasar,Gallivant menjadi tema besar dari CWFW 2018. Sebuah kata yang menginspirasi para desainer muda Tanah Air untuk terus melakukan eksplorasi fashion ke berbagai penjuru dunia demi menemukan keunikan budaya tanpa batas.
Runway CWFW 2018 dibuka dengan parade karya-karya desainer mancanegara yang tergabung dalam Asean Fashion Designer Showcase (AFDS) di Oval Atrium. AFDS adalah sebuah Non-Governmental Organisation yang mewadahi para desainer muda beraspirasi tinggi, model, dan juga partner dengan komitmen mengusung misi sukarela. Tujuan utama organisasi ini adalah mempertunjukkan keragaman talenta muda dan desainer dari Asia Tenggara pada mata dunia.
Para pencinta mode pun disuguhi koleksi-koleksi cantik dari Min Thu Ryein (Myanmar), Pitnapat Yotinratanachai (Thailand), Ha Linh Thu (Vietnam), Jian Lasala (Filipina), Natacha Van (Kamboja), Melvin Shah (Malaysia), Hayden Ng (Singapura), dan Lenny Agustin (Indonesia) yang kemudian diakhiri dengan pergelaran hasil karya mahasiswa Universitas Ciputra.
Ada pula kolaborasi spesial antara LT Pro Professional Make-Up yang telah menjadi official make-up partner CWS sejak 2013 lalu, dengan desainer tersohor tanah air, Denny Wirawan.
Dengan bermateri kain-kain tradisional asli dari dari Indonesia seperti tenun, songket, ikat, dan yang pasti tidak ketinggalan, batik, Denny Wirawan menyuguhkan 30 set koleksi lini siap pakai yang dibagi menjadi dua sequence bertajuk ‘Ningrat’ dan ‘Sekar Murni'.
Wanita Indonesia yang penuh keanggunan dan hikayat budipekerti ketimuran menginspirasi sequence Ningrat yang didominasi warna gelap, hadir dalam sederet busana malam mewah dengan motif flora dan fauna seperti burung merak dan kupu-kupu yang cantik.
Sedangkan sequence Sekar Murni merupakan remake dari design adibusana dan pola karya Denny yang terdahulu namun ditampilkan dalam detail dan nuansa warna Putih yang kekinian berbalut Bordir Kudus sebagai benang merah koleksi ini.
Koleksi Denny Wirawan yang sarat makna ini semakin diperkuat dengan riasan dari tim LT Pro Professional Make-Up yang glamor dan elegan, memadukan warna-warna cerah yang sangat terlihat pada riasan mata dan bibir.
Riasan mata dengan garis tegas pada bagian sudut ditonjolkan untuk memberikan kesan dramatis, dipadukan dengan warna bibir bernuansa merah mawar untuk mengilustrasikan pribadi wanita Indonesia yang tidak hanya tangguh dan kuat, tetapi juga anggun dan cantik.
Kemudian acara penutupan CWFW 2018 menghadirkan deretan nama desainer yang sudah tidak asing lagi bagi para pencinta mode, antara lain Djoko Sasongko, artis Verlita Evelyn dan juga para mahasiswa berprestasi dari LaSalle College Surabaya.
Djoko Sasongko mengangkat tema Aristocrat yang terinspirasi dari para putri bangsawan yang menjaga dan melestarikan kebaya sebagai budaya tanah air. Koleksi kebaya modern ini berbahan brokat, tulle, serta duchess dengan nuansa warna silver, krem, cokelat, dan maroon. Juga dilengkapi aksen bordir motif floral bertabur payet dan Swarovski, yang menjadikan kebaya makin terlihat glamor. Rok bermotif batik juga dipadukan dengan maksud menambah kesan etnik pada kebaya-kebaya tersebut.
Verlita Evelyn pada kesempatan ini menampilkan koleksinya yang bertajuk “Kembo”, kata yang diambil dari bahasa Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mengandung arti “keren abis”. Dengan memanfaatkan keindahan kain tenun khas NTT, Verlita menghadirkan koleksi dengan siluet simpel yang dilengkapi detail cantik, serta dipadukan aksesoris dari UBS dan sepatu dari brand Langkah.
La Riviera by Priyo Oktaviano membawa kita ke menjelajahi sejarah dengan kembali ke era French Riviera tahun 60-an untuk koleksi resort 2018-nya. Siluet yang dihadirkan terinspirasi dari vintage beachwear pada musim panastahun 1960 di La Cote D'Azur. Koleksi ini bermaterialkan bahan-bahan alami seperti linen, katun, ada juga tulle, organza, dan teknik bordiran pita tiga dimensi untuk membuat kelopak bunga realistis, bertujuan menampilkan detail yang sangat delicate.
Priyo menghadirkan colour scheme yang terinspirasi dari watercolour photo Jepang di masa lalu dengan warna-warna dominan seperti sable, beige, sand, dan ash.
Foto: Courtesy of @pjcommercials