Di lingkungan sosial media dewasa ini, nampaknya isi semua unggahan linimasa sosial media Anda adalah sebuahselfie yang terdiri dalam berbagai wujud. Entah foto kecantikan, foto dengan teman terdekat, penampilan hari ini, atau foto berpelesir yang menimbulkan rasa iri, unggahan selfie benar-benar terdapat dimana-mana.
Kim Kardashian yang telah mengambil beribu selfie dalam hidupnya bahkan telah mengabadikan hasil bidikannya dalam sebuah buku bertajuk Selfish, kerap dinarasikan juga sebagai buku “seni” penuh selfie favoritnya.
Namun, meskipun mudah untuk menyebut selfie sebagai sebuah tanda kenarsisan, motivasi sesungguhnya di balik obsesi kultur modern terhadap potret diri berformat digital ini merupakan sesuatu yang jauh lebih kompleks.
Tertarik akan fenomena ini, para peneliti di Brigham Young University pun melakukan observasi terhadap faktor-faktor berbeda yang mendorong publik untuk mengabadikan foto mereka sendiri.
Apakah itu sebuah tindakan egotisme, sebuah pernyataan, suatu cara untuk berhubungan dengan sekitar, atau sesuatu yang lain?
46 partisipan lantas diminta untuk menilai sejumlah pernyataan mengenai alasan dibalik pengambilan selfie berdasarkan keserasian dengan tingkah laku masing-masing individu.
Respon-respon ini kemudian dievaluasi lebih lanjut oleh para peneliti dan hasilnya, sesuai cetakan di jurnal Visual Communication Quarterly, mengidentifikasi adanya tiga pola dasar di balik dorongan untuk membidik serta mengunggah selfie yaitu komunikator, autobiografer, dan humas pribadi.
Komunikator
Komunikator mengunggah selfie mereka sebagai cara untuk berhubungan dengan sekitar serta membangun percakapan dengan para pengikut di akun sosial mereka. “Komunikasi dua arah merupakan hal yang terpenting bagi mereka”, ucap penulis Maureen Elinzano.
Ajang pemilihan presiden yang berlangsung di Amerika Serikat belakangan ini merupakan kesempatan emas bagi tipe ini. Hasil penelitian pun mengutip contoh dari mereka yang mengunggah foto dengan stiker “I Voted” atau “Saya Sudah Memilih” dengan tujuan untuk memancing percakapan politik atau memotivasi orang lain untuk memilih.
Leonardo DiCaprio juga dianggap sebagai seorang Komunikator kendati isi akun Instagramnya yang hampir seluruhnya didekasikan untuk sebab lingkungan.
WAKE UP MONSTER 18+ go out and #vote #mygirl #imwithher #my #vote #govote
A photo posted by xoxo, Joanne (@ladygaga) on Nov 8, 2016
As the forest of the #Indonesian #LeuserEcosystem continues to be cleared to meet demand for Palm Oil, the critically endangered Sumatran #orangutan is being pushed to the brink of extinction. Here, at the Sumatran Conservation Programme's Orangutan Quarantine Center, rescued orangutans are rehabilitated so they can be released back into the wild. If we don't stop this rampant destruction, the Leuser Ecosystem and the Sumatran Orangutans that call it home could be lost forever. Click the link in bio to support this important work. #IndonesiaA photo posted by Leonardo DiCaprio (@leonardodicaprio) on Mar 31, 2016
Autobiografer
Mereka yang masuk dalam kategori ini menggunakan selfie sebagai cara untuk mendokumentasikan hidup sebagai jurnal dari momen dan memori.
Hasil dari penelitian tersebut mendeskripsikan Autobiografer sebagai orang yang mengunggah foto untuk dilihat oleh ranah publik semata tanpa mencari umpan balik serta komunikasi dua arah yang dicari oleh tipe Komunikator.
Astronaut NASA Scott Kelly yang acap kali mengunggah sejumlah selfie dalam perjalanannya di luar angkasa dan blogger populer Chiara Ferragni yang secara rutin mengunggah foto aktivitas harian, tampilan, makanan, dan hobi travelingnya merupakan contoh konkrit dari tipe ini.
#SpaceWalkSelfie Back on the grid! Great first spacewalk yesterday. Now on to the next one next week. #YearInSpace #spacewalk #EVA #spacestation #iss #space #nasa
C
Chiara and the thousand bags: story of my life #TheBlondeSaladNeverStops
A photo posted by Chiara Ferragni (@chiaraferragni) on Dec 19, 2016
Humas Pribadi
Disamping kepercayaan yang dianut banyak orang bahwa selfie merupakan sebuah gejala dari sebuah ego terikat, penyebaran selfie sebagai wadah promosi diri sendiri yang dilakukan oleh tipe humas pribadi sesungguhnya merupakan porsi terkecil dari tiga grup ini.
“Humas Pribadi adalah tipe orang yang gemar mendokumentasikan keseluruhan hidup mereka”, tutur penulis Harper Anderson. “Dan dalam mendokumentasikan hidup, mereka berharap untuk dapat mempresentasikan diri dan cerita mereka dalam notasi positif”, lanjutnya.
Seperti halnya selebriti yang populer dalam ranah sosial media layaknya Taylor Swift, para model seperti Gigi dan Bella Hadid, dan tentunya klan Kardashian.
Selfish in Mexico
A photo posted by Kim Kardashian West (@kimkardashian) on Aug 22, 2016
A photo posted by Kylie (@kyliejenner) on Oct 20, 2016
If you need us, we'll be taking selfies with the Emmy ALL DAY.
A photo posted by Taylor Swift (@taylorswift) on Sep 12, 2015
goodnight. love and light to you all..happy to be home
A video posted by Bella Hadid (@bellahadid) on Jan 12, 2017
Jadi, mengapa memahami selfie -dan orang yang mengunggahnya- secara lebih baik merupakan sebuah hal yang penting? “Karena di masa mendatang, histori visual dari kelompok masyarakat akan terdiri atasselfie dalam jumlah besar”, tutur penulis Matt Lewis.
“Mencari tahu kenapa publik melakukan hal tersebut merupakan wujud kontribusi terhadap diskusi serta komunikasi tentang selfie dan komunikasi visual pada umumnya”, lanjutnya.
Artikel ini disadur dari Harper's Bazaar US
(Alih bahasa: Arinta Wirasto. Foto: Courtesy of Instagram, Getty Images)