Louis Vuitton hadirkan koleksi terbarunya, LV Art Silk Squares, yang menampilkan rangkaian scarf sutra hasil kolaborasi dengan lima seniman kontemporer ternama. Koleksi ini tak hanya merefleksikan kemewahan dan keahlian dari Louis Vuitton, tapi juga menampilkan karya seni yang dihasilkan oleh para seniman berbakat, seperti eBoy, Icinori, Lorenzo Mattotti, Nicolas de Crecy, dan Thomas Ott, menciptakan sebuah perpaduan sempurna antara fashion dan seni.
BACA JUGA: Louis Vuitton Mempersembahkan Visual Terbaru dari Travel Book Indonesia
Dibuat dengan keahlian luar biasa oleh para pengrajin sutra di Como, Italia, scarf ini memadukan tradisi dengan teknologi modern. Proses produksi yang teliti dan penggunaan teknik warna berlapis-lapis menciptakan hasil akhir yang menakjubkan, sementara teknik roulottage yang digunakan untuk menjahit tepinya menambah sentuhan eksklusif. Setiap karya seni di LV Art Silk Squares tidak hanya menjadi aksesori fashion, tetapi juga perwujudan seni yang hidup, memberi penghormatan pada komitmen Louis Vuitton terhadap seni dan keterampilan.
Berikut wawancara dengan para seniman di balik koleksi ini yang telah Bazaar rangkum untuk Anda.
eBoy
Seni Futuristik dalam Koleksi Silk Square
Bisa ceritakan sedikit tentang latar belakang kalian?
Kami adalah tiga orang yang bertemu di Berlin pada tahun 90-an. Kami memiliki kecintaan yang mendalam terhadap seni dan teknologi. Saya (Kai) tumbuh di Venezuela dan Guatemala, sedangkan Steffen dan Svend besar di Berlin Timur. Saat ini kami berbasis di Los Angeles dan Berlin.
Apa tema yang sering muncul dalam karya kalian dan apa yang ingin kalian ungkapkan melalui karya tersebut?
Kami sangat terinspirasi oleh warna, sci-fi, realisme magis, surealisme, Dada, punk, dan futurisme. Kami mengeksplorasi teknologi serta kreativitas tanpa batas dari realitas dalam setiap karya kami.
Bisa ceritakan tentang karya khusus yang menjadi dasar Louis Vuitton Silk Square kalian? Apakah ada perbedaan dalam cara kerja mengingat sutra adalah kanvas akhir?
Kami mempertimbangkan keunikan dari scarf sutra ini, yang merupakan objek hibrida antara pakaian dan karya seni. Ketika dipakai, hanya sebagian desain yang terlihat dan orientasinya tidak dapat diprediksi. Untuk motifnya, kami menciptakan desain grafis yang kuat dan percaya diri dari kejauhan, namun tetap menarik untuk diperhatikan dari dekat. Struktur labirin kami pilih sebagai desain yang ideal.
Bagaimana pengalaman kalian bekerja dengan tim Louis Vuitton untuk merealisasikan ide-ide kalian?
Kami sangat menyukai tim yang dipimpin oleh Marie dan Nolwyn! Prosesnya melibatkan banyak diskusi mengenai motif, warna, dan detail lainnya. Dedikasi dan profesionalisme tim Louis Vuitton sangat tinggi, dan kami sangat menghargai keseriusan mereka dalam proses ini.
Scarf sutra ini adalah aksesori yang bisa dikenakan, jadi kolaborasi ini membawa karya kalian ke ranah publik. Bagaimana perasaan kalian tentang karya ini yang akan memiliki kehidupan sendiri di luar kendali kalian?
Kami sangat menantikan bagaimana orang-orang akan mengenakan scarf ini. Kami berharap desain ini dapat menginspirasi kreativitas dan keindahan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Apakah kalian menganggap proyek ini sebagai seni atau mode?
Ini adalah kombinasi dari seni dan mode. Scarf ini unik karena dapat dinikmati sebagai karya seni yang bisa dipajang atau dikenakan sebagai bagian dari gaya pribadi seseorang.
Icinori
Penggabungan Sejarah dan Modernitas
Bisa ceritakan sedikit tentang latar belakang kalian?
Kami bertemu di sekolah seni dan segera membentuk sebuah duo untuk menciptakan gambar-gambar eksperimental, cerita, dan buku. Dengan latar belakang yang sangat beragam, Jepang, Prancis, Spanyol, karya kami merupakan hasil dialog antara berbagai dunia yang berbeda. Kami telah banyak bereksperimen dengan berbagai teknik dan media, dari lukisan hingga cetakan.
Apa tema berulang yang muncul dalam karya seni kalian? Apa yang ingin kalian ungkapkan melalui karya tersebut?
Setiap proyek memiliki jalurnya sendiri, dan dalam kasus ini, kami mengangkat tema yang penuh sejarah dan makna. Kami percaya pada keajaiban dari kerja keras dan pada keseimbangan antara elemen yang terstruktur dengan unsur-unsur yang lebih bebas dan bersifat permainan.
Bisa ceritakan tentang karya spesifik yang menjadi dasar untuk Louis Vuitton Silk Square kalian? Apakah ada perbedaan dalam cara kalian bekerja?
Louis Vuitton memiliki sejarah yang mendalam dan mengedepankan kualitas bahan serta teknik pengemasan. Kami merasa senang karena pendekatan kami tetap dapat diterima dengan baik, dan kami diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri kami dalam proyek ini.
Bagaimana kolaborasi Anda dengan tim Louis Vuitton dalam mewujudkan ide-ide ini?
Kolaborasi ini sangat mendukung dan menyenangkan. Kami terlibat dalam banyak proses seperti uji cetak, pemilihan warna, dan desain akhir. Tim Louis Vuitton sangat antusias dan memahami kebutuhan kami dengan baik.
Scarf sutra adalah aksesori yang membawa karya kalian ke ranah publik. Bagaimana perasaan kalian tentang hal ini?
Kami telah melakukan berbagai proyek seperti buku dan poster, namun scarf adalah petualangan baru bagi kami. Ini adalah objek yang sangat bebas dan memiliki banyak fungsi, serta cara-cara baru untuk dibagikan dan dikenakan.
Apakah Anda melihat proyek ini sebagai seni atau mode? Bagaimana membedakannya?
Kami adalah seorang seniman. Kami melihat proyek ini sebagai gabungan dari seni dan mode. Kami membuat desain dengan penuh jiwa dan ketulusan, dan objek ini menjadi wadah dari semua sejarah dan teknik yang kami gunakan.
Nicolas de Crecy
Menghidupkan Kesenian Mediterania
Bisa ceritakan sedikit tentang latar belakang Anda?
Sejak tahun 1990, saya telah menerbitkan lebih dari empat puluh buku, termasuk komik, buku seni, dan novel. Selain itu, saya juga telah menggelar pameran di Prancis, Eropa, dan Jepang.
Apa yang menjadi inspirasi dari karya Louis Vuitton Silk Square Anda? Apakah ada perbedaan dalam cara kerja mengingat sutra adalah kanvas terakhirnya?
Ketika memikirkan motif bunga, saya langsung teringat pada wangi parfum yang sering diasosiasikan dengan Mediterania. Saya menggambarkan situs Les Fontaines Parfumées di Grasse dengan bunga-bunga cerah yang digunakan dalam parfum Maison, seperti mimosa dan iris Florentina, dikelilingi oleh pepohonan seperti pinus payung dan pohon ek. Saya mengintegrasikan Monogram Louis Vuitton dalam sketsa bebas yang menyerupai bunga-bunga tersebut. Latar belakang menampilkan laut Mediterania dengan cahaya jingga senja, menciptakan suasana yang khas. Secara teknis, saya tetap menggunakan garis tinta halus dan cat air, meski proses mentransfer nuansa cat air ke sutra sangat menantang.
Bagaimana pengalaman Anda bekerja dengan tim Louis Vuitton dalam mewujudkan ide-ide Anda?
Prosesnya sangat lancar dan efisien. Setelah tema ditentukan, saya diberikan kebebasan untuk menciptakan sesuai dengan arah yang diinginkan. Kemudian, saya memantau proses "translating" desain cat air ke teknik cetak sutra, yang melibatkan pemilihan dan isolasi warna untuk menciptakan hasil akhir yang sangat bercahaya, bahkan lebih dari desain aslinya.
Scarf sutra ini adalah aksesori yang bisa dikenakan, jadi kolaborasi ini membawa karya kalian ke ranah publik. Bagaimana perasaan Anda tentang karya ini yang akan memiliki kehidupan sendiri di luar kendali kalian?
Ini adalah pengalaman baru bagi saya. Saya lebih sering terlibat dalam karya seni yang dipublikasikan atau dipamerkan di galeri. Namun, saya senang bahwa karya saya bisa dinikmati dalam format yang berbeda dan lebih luas. Kualitas sutra membuat desain semakin indah dan hasil akhirnya sangat memuaskan.
Apakah Anda melihat proyek ini sebagai seni atau fashion?
Saya tidak melihat perbedaan antara seni dan fashion. Fashion selalu merupakan bentuk seni. Proyek ini membuka cakrawala baru dalam dunia seni saya, memungkinkan eksplorasi grafis dan plastis yang baru.
Lorenzo Mattotti
Perjalanan 50 Tahun Berkarya di Dunia Ilustrasi dan Fashion
Bisa cerita sedikit tentang latar belakang Anda?
Saya telah bekerja di dunia ilustrasi selama 50 tahun, meliputi berbagai bidang seperti fashion, pers, novel grafis, dan animasi. Saya memulai karier saya sebagai penulis komik, kemudian berkembang menjadi ilustrator untuk berbagai media termasuk film animasi.
Apa tema yang berulang dalam karya seni Anda?
Saya telah mengeksplorasi berbagai tema sepanjang karier saya, mulai dari hubungan manusia, kegelapan kemanusiaan, hingga fabel, dan fantasi. Saya juga dikenal karena penggunaan warna yang cerah dan gaya yang kaya dalam karya saya, dari komik hingga ilustrasi.
Bagaimana proses menciptakan Louis Vuitton Silk Square Anda, dan apakah ada perbedaan saat bekerja dengan sutra?
Bekerja pada objek seperti syal adalah pengalaman baru bagi saya. Saya mengajukan beberapa tema dan akhirnya memilih konsep air terjun di hutan dengan bunga-bunga psychedelic di latar depan. Saya sangat menikmati bermain dengan warna-warna cerah, menciptakan suasana yang sangat visual dan penuh warna.
Bagaimana pengalaman Anda bekerja dengan tim Louis Vuitton?
Kolaborasi dengan tim Louis Vuitton sangat produktif. Kami berdiskusi tentang berbagai tema dan detail desain, serta efek warna yang tepat. Prosesnya melibatkan banyak iterasi dan penyesuaian untuk mencapai hasil akhir yang memuaskan, dan saya merasa tim sangat mendengarkan dan menghargai ide-ide saya.
Bagaimana perasaan Anda tentang karya ini yang akan memiliki kehidupan sendiri di luar kendali kalian?
Saya sudah terbiasa dengan karya saya yang tampil di ruang publik melalui poster dan pameran. Namun, ini adalah pertama kalinya saya mengerjakan koleksi syal. Saya berharap karya ini akan diterima dengan baik dan dinikmati oleh publik.
Apakah Anda melihat proyek ini sebagai seni atau fashion?
Ketika sebuah objek melampaui fungsi utilitasnya dan mampu membangkitkan imajinasi, itu bisa dianggap sebagai seni. Keterampilan kerajinan dan desain yang baik penting, dan kita akan melihat apakah objek ini mampu mempertahankan daya tariknya seiring waktu.
Thomas Ott
Seni Bunga dalam Karya Silk Square yang Berbeda
Bisa ceritakan sedikit tentang latar belakang kalian?
Saya mempelajari Desain Grafis (1984-1989) dan Film (1998-2001) di Art School Zurich (ZHdK). Ayah saya seorang guru seni, ibu seorang terapis seni, dan saudara perempuan saya seorang seniman. Novel grafis pertama saya diterbitkan pada tahun 1989 di Swiss dan hampir semua buku saya diterbitkan di berbagai belahan dunia seperti Eropa, Rusia, AS, dan Amerika Selatan. Biasanya saya menyampaikan cerita saya tanpa kata-kata, sehingga tidak memerlukan terjemahan.
Apa tema berulang yang muncul dalam karya seni Anda? Apa yang ingin Anda ungkapkan melalui karya tersebut?
Tema yang sering muncul dalam karya saya meliputi kematian (ketakutan akan kematian), perbedaan baik dan buruk, hitam dan putih, takdir, nasib buruk, belokan yang salah, jalan buntu, orang-orang kalah, dan kehampaan.
Ceritakan tentang karya khusus yang menjadi dasar Silk Square Louis Vuitton Anda. Adakah perbedaan dalam cara Anda bekerja mengingat sutra adalah kanvas akhirnya?
Saya biasa bekerja dengan papan scratchboard hitam. Dengan menggunakan pemotong atau skalpel, saya menggores permukaan kardus hitam untuk menghasilkan garis putih tipis, lapis demi lapis. Umumnya, saya bekerja pada format yang lebih kecil, jadi gambar dalam cetakan menjadi sekitar 20 persen lebih besar. Tema "Bunga" yang diberikan oleh Louis Vuitton sedikit menantang bagi saya, karena saya biasanya menghindari menggambar bunga. Namun, tantangan ini memungkinkan saya untuk meninggalkan zona nyaman saya dan mengeksplorasi tema serta kemungkinan baru.
Bagaimana pengalaman Anda bekerja dengan tim Louis Vuitton untuk mewujudkan ide-ide Anda?
Silk square ini adalah karya penting kedua saya dengan Louis Vuitton. Sebelumnya, saya juga bekerja pada proyek Travel Book (Route 66). Bekerja dengan tim Louis Vuitton selalu menyenangkan, karena mereka sangat terbuka dan memungkinkan saya untuk tetap melakukan "pekerjaan saya".
Sebagai objek yang bisa dikenakan, bagaimana perasaan Anda tentang karya Anda yang kini memiliki kehidupan sendiri di luar kendali Anda?
Saya ingin melihat orang-orang mengenakan silk square saya di jalan. Namun, karena ini adalah edisi terbatas, mungkin saya tidak akan melihatnya terlalu sering. Juga, beberapa klien Louis Vuitton memilih untuk memajang silk square ini dalam bingkai, sehingga karya tersebut juga menjadi bagian dari dekorasi dinding.
Apakah Anda melihat proyek ini sebagai seni atau fashion?
Saya rasa proyek ini adalah keduanya.
BACA JUGA:
Louis Vuitton Ajak Anda untuk Melihat Koleksi Spring-Summer 2025
Louis Vuitton Rilis Syal Motif Artsy dalam 3 Ukuran Berbeda
(Penulis: Vanesa Novelia; Foto: Courtesy of Louis Vuitton)
- Tag:
- Louis Vuitton
- Scraf
- Seniman
- Seni