Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Mengenang Perjalanan Kehidupan Mendiang Ratu Elizabeth II

Apresiasi untuk Ratu yang paling lama berkuasa dalam sejarah Inggris.

Mengenang Perjalanan Kehidupan Mendiang Ratu Elizabeth II
(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar UK)

Hari ini menjadi hari duka terbesar bagi, tidak hanya Inggris, tetapi dunia dengan berpulangnya sang Ratu Elizabeth II, penguasa paling lama memerintah dalam sejarah Inggris. Sebuah pernyataan yang dirilis dari Istana Buckingham mengonfirmasi bahwa "ia meninggal dengan damai di Balmoral sore ini".

Baca juga: Yang Akan Terjadi Setelah Ratu Elizabeth Meninggal Dunia, Apa Saja?

Putranya, yang sekarang adalah Raja Charles III, berbagi penghormatan yang tulus kepada ibunya.

"Kematian Ibunda tercinta, Yang Mulia Ratu, adalah momen kesedihan terbesar bagi saya dan seluruh anggota keluarga saya," ujarnya. "Kami sangat berduka atas meninggalnya Penguasa yang disayangi dan Ibu yang sangat dicintai. Saya tahu kepergiannya akan sangat dirasakan di seluruh negeri, alam, dan juga Persemakmuran, serta oleh banyak orang di seluruh dunia."

"Selama masa berkabung  ini, saya dan keluarga merasa  didukung oleh kenyataan tentang rasa hormat dan kasih sayang yang mendalam untuk Ratu."

Selama tujuh dekade yang luar biasa bertakhta, Ratu secara konsisten membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang kuat di panggung dunia karena ia adalah sosok yang penting bagi Pemerintah Inggris walaupun berada di belakang layar.

Sebagai sumber inspirasi yang luar biasa, ia bersumpah dalam pidato pada ulang tahunnya yang ke-21 tahun untuk mengabdikan hidupnya untuk melayani rakyatnya dan ini adalah janji yang ia pegang dengan teguh, meskipun tidak pernah berharap untuk menjadi seorang Ratu.

Queen Elizabeth
(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar UK)

Anak pertama dari Albert George Windsor dan Elizabeth Bowes-Lyon, ia lahir di London pada tahun 1926, dan dibesarkan di sana bersama adik perempuannya, Margaret. Ketika pamannya, Raja Edward VIII, membuat keputusan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk turun takhta pada tahun 1936 setelah menikahi sosialita Amerika Wallis Simpson, ayahnya menjadi Raja George VI. Setelah kematiannya yang terlalu dini pada tahun 1952, sang Putri dipanggil untuk naik takhta ketika ia baru berusia 25 tahun.

Dimahkotai pada tahun 1953 di Westminster Abbey, mengenakan gaun Norman Hartnell yang dihiasi kristal dan mutiara, ia menyatakan: “Saya yakin bahwa ini, penobatan saya, bukanlah simbol kekuatan dan kemegahan yang hilang, tetapi sebuah deklarasi harapan kami untuk masa depan, dan untuk tahun-tahun saya mendatang, dengan Rahmat Tuhan, saya diberikan tanggung jawab untuk memerintah dan melayani Anda sebagai Ratu Anda.”

Queen Elizabeth
(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar UK)

Banyak pihak telah mencatat bahwa Putri Elizabeth muda memiliki bakat alami sebagai seorang pemimpin yang kuat dan cakap. Winston Churchill mengatakan bahwa pada usia dua tahun, ia memancarkan "aura otoritas dan sisi reflektif yang menakjubkan sebagai seorang anak", seperti yang didokumentasikan dalam Churchill: Walking with Destiny dan pengasuh serta guru masa kecilnya, Marion Crawford menulis dalam memoarnya tahun 1950 bertajuk The Little Princesses bahwa Elizabeth muda memancarkan "ketertiban dan sikap tanggung jawab".

Elizabeth bertemu Pangeran Philip dari Yunani dan Denmark pada tahun 1939, dan meskipun ia baru berusia 13 tahun saat itu, ia mengatakan saat itulah ia jatuh cinta, dan pasangan itu mulai bertukar surat. Delapan tahun kemudian, mereka menikah di Westminster Abbey dalam sebuah upacara elegan di mana pengantin wanita mengenakan gaun rancangan Norman Hartnell lainnya yang dibeli dengan kupon jatah perang sebagai bagian dari tindakan ketat pascaperang Inggris. Desainnya terinspirasi oleh lukisan Botticelli Primavera, yang menandakan kelahiran kembali dan pertumbuhan setelah Perang Dunia II, di mana sang Putri menjabat sebagai anggota Auxiliary Territorial Service (cabang wanita Angkatan Darat Inggris).

Pernikahan itu berjalan lebih dari tujuh dekade, sampai kematian Philip tahun lalu dan melihat pasangan itu membesarkan tiga putra - Charles, Andrew dan Edward, dan seorang putri, Anne.

Queen Elizabeth & Prince Philip
(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar UK)

Selama masa pemerintahannya, Ratu diperkirakan telah mengunjungi lebih dari 110 negara, menambah jumlah negara anggota Persemakmuran dari delapan menjadi 54, ia kemudian membantu banyak dari negara-negara itu, termasuk mayoritas yang bekas koloni Inggris di Afrika hingga mendapatkan otonomi. Pada tahun 1991, ia menjadi Ratu Inggris pertama yang berpidato di Kongres Amerika Serikat, menyerukan para politisi di kedua negara untuk mempertahankan keharmonisan antara Eropa dan Amerika. Tapi mungkin pencapaiannya yang paling bersejarah bagi Inggris adalah untuk membatalkan aturan anak sulung yang telah berjalan lebih dari 300 tahun untuk memberi anak perempuan hak yang sama.

Ia juga menjadi pelindung untuk lebih dari 600 organisasi yang mendukung berbagai tujuan termasuk konservasi satwa liar, pendidikan, hingga seni. Penelitian oleh Charities Aid Foundation juga mengonfirmasi statusnya sebagai salah satu pendukung filantropi terbesar di dunia, dengan dukungannya membantu mengumpulkan lebih dari 1,4 miliar Pound Sterling setahun secara kolektif.

Queen Elizabeth
(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar UK)

Ratu selalu terampil dalam seni komunikasi.

Dari hari-hari awal televisi, ia sangat terhubung dengan publik lewat layar, menyiarkan pesan Natalnya dan mendokumentasikan berbagai agenda dan tur kerajaan, serta berbagi foto anggota Keluarga Kerajaan untuk memperingati acara-acara khusus. Ia pun menyambut era modern dalam beberapa tahun terakhir, menjadi Ratu Inggris pertama yang bergabung ke media sosial pada tahun 2014, ia membuat cuitan tweet debutnya, yang ia tandatangani sebagai "Elizabeth R". Banyak juga yang akan mengingat penampilannya bersama James Bond dalam upacara pembukaan Olimpiade London 2012, dengan tiga anjing corgi kesayangannya, Willow, Holly dan Monty.

Queen Elizabeth
(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar UK)

Sang Ratu juga akan dikenang sebagai seorang ikon gaya dengan sering kali mencerminkan suasana dan semangat bangsa dengan pilihan busananya yang bijaksana. Ia memberi banyak inspirasi ketika mengenakan rancangan dari desainer asal Inggris dan sekitarnya dengan siluetnya yang indah dan kegemarannya akan mengenakan warna-warna cerah seperti kuning, fuchsia, ungu, bagreuse, hingga periwinkle yang katanya untuk membuatnya lebih mudah dikenali di keramaian. (Momen ikonis lainnya termasuk penggunaan syal sutra, kalung mutiara, dan tas Launer London favoritnya.) Ia juga terlihat tetap setia kepada beberapa desainer Inggris terpilih, termasuk Hardy Amies, Stewart Parvin, dan Angela Kelly yang menjabat sebagai asisten pribadinya, penata rias senior, dan orang kepercayaan dekat dari tahun 2002.

Warisan Ratu akan terasa di banyak industri kreatif, termasuk seni mengingat ia adalah ratu yang paling banyak digambarkan dalam sejarah, dengan Cecil Beaton dan Andy Warhol di antara seniman berpengaruh yang telah mengambil potretnya mulai dari sastra, musik, film, dan televisi ( Helen Mirren dan Olivia Colman hanyalah dua aktris terkemuka dari banyaknya sosok yang pernah memerankannya di layar).

Sosok inspirasional yang tidak pernah goyah dalam tugasnya kepada rakyat Inggris, ia menjaga tempat monarki di masyarakat Inggris dan mengamankan tempatnya di hati kita, memastikan bahwa ingatannya akan bertahan sepanjang zaman.

Queen Elizabeth
(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar UK)

Baca juga:

Apa Gelar Baru Anggota Keluarga Kerajaan Setelah Kematian Ratu Elizabeth II?

(Penulis: Harper's Bazaar UK; Artikel ini disadur dari Bazaar US; Alih bahasa: Janice Mae; Foto: Courtesy of BAZAAR UK)