Couturier Iris van Herpen kembali mendobrak batasan penjelajahannya lebih dalam di bidang arsitektur. Keterlibatannya dalam disiplin arsitektur bukan hal yang baru, tetapi kolaborasi kali ini melibatkannya secara langsung pada eksplorasi kreasi dan realisasinya.
Naturalis adalah institute national biodiversity (Pusat keragaman hayati nasional) di Leiden, Belanda. Museum, depot penyimpanan koleksi museum dan pusat penelitian Naturalis ini direnovasi untuk mengantisipasi minat pengunjung yang melebihi kapasitasnya.
Setelah dua tahun, hasil kolaborasi arsitek Michiel Riedijk dari Neutelings Riedijk Architects dan Iris van Herpen akhirnya dapat kembali dinikmati oleh masyarakat luas. Pengunjung dapat menelusuri kehidupan zaman es, kembali ke era seperti film Jurassic Park lengkap dengan kerangka dinosaurus, triceratops dan Trix (the famous Tyrannosaurus rex berumur 66 juta tahun).
Atrium setinggi 40 meter bermotif struktur sarang lebah dan batu alam merah bata dari Iran yang berkilau lembut pilihan arsitek Michiel Riedijk ditata bagaikan jalur jalan tapak di pegunungan. Panel beton putih bermotif bentuk organis lembut karya Iris van Herpen tersulam keluar dan masuk pada bangunan untuk membawa kita menelusuri perjalanan evolusi alam.
Berikut perbincangan Harper's Bazaar dengan desainer Iris van Herpen
Harper's Bazaar (HB): Biasanya Anda bekerja menggunakan bahan ringan lembut menerawang ketika menciptakan rancangan gaun. Bagaimana rasanya dan apa tantangan merancang dengan materi padat, masif dan berat seperti beton?
Iris van Herpen (IvH): Kepekaan bahan-bahan dan teknik Haute Couture sangat berbeda dengan arsitektur. Oleh karena itu, saya harus merubah titik tolak untuk menemukan skala atau kalibrasi baru, teknik yang tepat, material, kelembutan yang tepat dan ketiga-dimensian.
Saya memulai rancangan couture saya dengan bahan. Untuk Naturalis saya beranjak dari struktur, ketiga dimensian dan lapisan-lapisannya. Eksplorasi teknik yang saya mulai diikuti oleh materialnya. Prosesnya lebih lama dari yang saya bayangkan sebelumnya. Saya belajar banyak tentang prosesnya, daya tahan (durability) dan kompleksitas produksi dalam disiplin arsitektur.
HB: Ini adalah kolaborasi pertama Anda dengan disiplin arsitektur. Arsitek Michiel Riedijk mengatakan bahwa proses kreasi elemen ini memakan waktu tiga tahun. Bisa Anda ceritakan mengapa memakan waktu sekian lama? Dari segi apa prosesnya berbeda dengan apa yang biasa Anda lakukan?
IvH: Paduan jumlah detailing yang sangat banyak, skala yang sangat besar serta ketiga dimensian dari beton belum pernah dilakukan sebelumnya. Jadi ini merupakan suatu proses pengembangan yang lama. Setiap panel berbobot 2000 kilogram, jadi cetakannya kerap pecah pada ketiga dimensian atau relief yang tinggi. Tetapi saya sangat menginginkan struktur ini berkembang ke dalam dan ke luar gedung serta tetap setia pada keberanian organiknya.
Pada awalnya para kontraktor tidak begitu yakin mereka bisa mewujudkannya tetapi arsitek-arsitek sangat mendukung pendobrakan batasan dengan meneruskan uji coba hingga mencapai kesempurnaan. Kami berkolaborasi dengan suatu perusahaan yang merealisasikan semua stuktur ini dalam skala yang sesungguhnya pada virtual reality. Pada virtual reality saya dapat berjalan-jalan di sekitar tekstur dan melihatnya dengan sorotan sinar matahari dan bayangan yang sebenarnya. Ini sangat membantu proses penciptaan saya karena saya bisa mengendalikan jumlah detailing yang lebih banyak.
HB: Apakah Anda puas dengan hasilnya?
IvH: Ya! Sebenarnya saya bertujuan untuk tidak terlalu keluar dari batasan proses pembuatan couture saya melainkan mempertahankan sambil memilahnya.
Dalam prosesnya, saya memikirkan betapa indahnya patung marmer karya Gian Lorenzo Bernini yang menggambarkan dengan indah dan halusnya kelembuatan sutra serta wiru dalam materi padat batu. Sentuhan dan rasa draperi beton yang terlihat selembut balutan sutra mengelilingi interior dan eksterior gedung terasa memberikan kehidupan pada pengalaman di museum.
HB: Selain desain, seberapa jauh Anda terlibat dalam pemilihan materi? Saya merasa bahwa pemilihan bahan bukanlah hal yang mudah, misalnya sebagaimana diuraikan antisipasi warna beton yang asalnya berwarna abu-abu. Apakah ada pilihan materi lain selama realisasi proses desain? Bisa Anda ceritakan? Juga dijabarkan kalau gerusan marmer dicampurkan ke dalam adonan beton. Mengapa? Apa tujuannya?
IvH: Absolutely! Saya bebas untuk memikirkan desain dalam beragam material. Sebenarnya saya memulai prosesnya dengan gelas atau kaca, tetapi penggunaan bahan tersebut menghilangkan kedalaman bayangan sedangkan yang saya inginkan adalah evolusi proyeksi sinar matahari sepanjang hari yang melukis bayangan yang ikut berubah sepanjang hari.
Saya memilih hand-sanded marble concrete karena arsitek merancang struktur biomimic cantik yang merupakan penunjang jendela kaca dari bahan tersebut. Saya ingin desain saya merambat keluar masuk dari facade ini dan bersatu dengan desain yang sudah ada. Untuk itu saya memilih hand-sanded marble concrete. Beton marmer sangat indah dalam kesederhanaannya dan terlihat identik dengan batu yang saya pilih sebagai inspirasi.
HB: Saya melihat gerakan, ombak, fosil, waktu, misteri dan kelembutan kain dalam desain Anda pada facade museum. Mungkin saya salah, hanya interpretasi sederhana seorang awam. Apa yang ingin Anda proyeksikan melalui desain Anda ini? Dalam hal apa itu bermakna bagi Anda?
IvH: Saya sangat gembira mendengar Anda mengenali inspirasi dan filosofi di belakang karya saya dengan begitu baik. Inspirasi saya ambil dari koleksi historis museum Naturalis seperti fosil dan batu yang tererosi. Dengan ini saya coba menangkap kenangan alam masa lalu yang sangat berharga. Koleksi museum Naturalis yang begitu luar biasa dan kebebasan tak terbatas bentuk beku yang saya temukan pada arsip merupakan inspirasi penjelajahan perpindahan waktu dalam alam yang tak henti berevolusi. Detil erosi pada batu-batu yang terus dipahat ulang oleh air yang mengalir selama berabad-abad dan keabadian misteri keindahan fosil-fosil menggerakkan saya untuk menciptakannya dengan batu. Jalinan pola biomorphic tiga dimensi yang tersulam keluar masuk gedung Naturalis terlihat bagaikan arkeologi seuntai gaun.
Berikut beberapa foto keindahan museum yang bisa Anda nikmati sebelum mengunjunginya.
(Foto: ScagliolaBrakkee / ©️ Neutelings Riedijk Architects