Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Victor “Masterchef” Agustino: Menemukan Kesempatan Kedua Usai Memperbaiki Diri

Cerita suka duka dan perjalanannya meraih peluang dalam ajang kompetisi memasak di televisi.

Victor “Masterchef” Agustino: Menemukan Kesempatan Kedua Usai Memperbaiki Diri

Pagi hari di pertengahan Juni lalu Bazaar akhirnya berkenalan secara langsung dengan Victor Agustino, salah seorang kontestan di ajang kompetisi memasak Masterchef Indonesia season 9. Perjuangan Victor mampu membawanya melaju sampai ke top 4.

Meski akhirnya tereliminasi sebelum mencapai persaingan puncak, keberadaan Victor membawa keriuhan di jagat dunia maya berkat talenta memasak dan wajah rupawan. Pria asal Semarang yang mahir membuat masakan Malaysia ini menyapa dengan ramah dan tersenyum, kemudian bercerita tentang pengalamannya mengikuti kompetisi memasak yang ditayangkan di salah satu televisi Indonesia. 

Simak ceritanya di bawah ini.  

Apa momen yang paling berkesan saat mengikuti Masterchef Indonesia season 9?

Bisa dibilang di awal episode, dari audisi on-air, terus episode pertama, itu seperti my peak moment.

Karena bisa dibilang saya menonjol, karena saya kelihatan paling percaya diri dan lain-lain. Terus episode-episode terakhir juga waktu saya hampir dieliminasi dan tereliminasi. Menurut saya itu adalah my last battle yang paling keren. Karena waktu itu saya melawan Cheryl (Gunawan) dan saya harus membuat main course dan dessert dalam 60 menit, which is really challenging, dan menurut saya itu adalah suatu kekalahan yang apa ya... Saya melakukan yang terbaik walaupun kalah. It was a really good moment.

Apa yang Anda buat saat itu?

Waktu itu saya membuat ayam lengkuas memakai urap dan polenta bumbu kuning dan sambal hijau. Untuk dessert saya membuat lemon cake, lemon meringue short, and lemon cream, sama lemon jelly.

KEMEJA DAN SWEATER, BALENCIAGA

Sebelumnya Anda sempat bercerita kepada Dave Hendrik dalam sesi Brunch With Dave Hendrik, mengenai masakan yang Anda buat saat kompetisi. Bahwa Anda belum pernah membuat masakan-masakan yang Anda tampilkan di Masterchef Indonesia…

Betul, dan makanan yang dibuat waktu saya tereliminasi itu pun belum pernah. Hampir semuanya saya belum pernah buat sebelumnya, karena saya merasa harus menantang diri. Dan kalau misalnya saya membuat sesuatu yang biasa atau sesuatu yang saya sudah pernah buat, then what's the point of me joining this competition? Ya kan? I have to stand out, I have to do my best

Dalam karantina syuting Masterchef Indonesia, banyak orang yang tidak tahu tentang seperti apa kegiatan sehari-hari Anda. Di antara proses syuting, sebenarnya apa saja yang dilakukan para kontestan?

Kita kan manusia biasa, tentu saja kita menonton TV dan lain-lain. Dan pada saat itu (syuting) kita tidak boleh sering ketemu satu sama lain karena waktu itu Covid masih tinggi angkanya (sekitar periode akhir 2021 ke awal tahun 2022). Jadi kita tidak punya pilihan, kita harus sering di kamar dan maksimum kita berkumpul di aula atau tempat lain. We share thoughts, bagi resep dan lain-lain. Contohnya saya pernah lah main dengan cowok-cowok yang lain, main game, main kartu, tapi most of the time saya lihat resep, belajar dari buku. Saya membawa banyak buku masakan. Di situlah saya belajar sesuatu yang belum pernah saya buat sebelumnya. Kita dikarantina di hotel dekat lokasi syuting, terkadang pun kalau ada waktu luang kita bisa berolahraga seperti berenang atau nge-gym, tapi itu pun sesuai protokol.

Berarti tidak ada jalan-jalan?

Hmm… (tersenyum), enggak bisa hahaha.

Berapa lama berlangsungnya karantina dari awal sewaktu join sampai terakhir kali?

Sekitar 4 sampai 5 bulan, itu kalau saya yang sampai top 4. Kalau yang juara mungkin sampai 5 bulan, lumayan lama. Dan benar-benar giving hard time juga, ya. Lama-lama bisa stres.

JAKET, GUCCI

Dulu Anda mengambil kuliah jurusan Culinary Arts di Berjaya University College. Apakah dari kecil Anda memang tertarik dengan dunia memasak?

Sebetulnya saya tidak tertarik memasak dari kecil. Saya tertarik karena saya tidak suka pelajaran seperti matematika, IPA, IPS, jadi saya merasa mungkin ada sesuatu yang bisa dilakukan selain belajar, walaupun memasak juga belajar, tapi belajarnya berbeda, sesuatu yang saya suka. Jadi dulu saya pernah belajar memasak iseng-iseng doang di dapur rumah untuk orang tua. Waktu saya berikan, ternyata mereka suka. Dan reaksi orang yang suka masakan saya itu yang membuat saya mempunyai passion ini. I want more of that. I want people to be smiling, happy, after they taste my food. Itu yang saya suka. Dan turns out saya kuliah memasak, makin memperdalam lagi, kemudian saya kerja di luar. Saya merasa passion saya bisa dijadikan karier juga. Saya kuliah mulai dari 2016 sampai lulus tahun 2018, setelah itu ke Amerika.

Sebelumnya Anda pernah mengikuti season 8 Masterchef Indonesia, meskipun waktu itu tidak berhasil untuk lanjut ke babak berikutnya. Apa yang mendorong Anda untuk kembali lagi di season selanjutnya?

You know what? Sebenarnya saya hampir tidak daftar di season 9. Karena menurut saya waktu itu saya gagal di season 8 dan saya pikir saya hanya mau bekerja di luar negeri seperti di Amerika. Karena menurut saya itu lebih menjanjikan daripada saya ikut season 9 lagi lalu tidak keterima lagi. Tapi dalam hati saya merasa, if I don’t try this one again for the last time, I will regret it. So, I just give my best shot, iseng-iseng bikin video audisi, saya kirim lalu keterima. Saya datang lagi on-air, dan saat itu karena saya sudah pernah gagal sebelumnya, saya melihat kesalahan saya apa saja, I overcome that. Terus saya juga memperbaiki apa yang saya bisa perbaiki dan saya keterima. Kebetulan saya dapat 3 yes ketika orang-orang tidak bisa mendapatkannya. It's God's plan.

KEMEJA DAN LUARAN, TANAH LE SAÉ

Di media sosial saat ini banyak yang menyoroti tentang hubungan Anda dengan Alden, ada yang menyebutnya bromance hingga sahabat. Di luar dari hal itu, yang Bazaar lebih ingin tahu, di saat Anda mengikuti kompetisi yang mengharuskan Anda sebagai individu harus bersaing secara perorangan satu sama lain, apa rasanya mempunyai orang atau teman yang cocok dan senasib dengan Anda? Mungkin tidak hanya berlaku dengan Alden, Palitho juga.

Karena ini kompetisi, tapi at some point kita menjalani kompetisi ini berbarengan, dan kita dikarantina sehingga jadi bonding, dekat dan mengobrol. Dan saya merasa harus bisa membedakan di mana kamu berkompetisi atau bekerja, dengan pertemanan. Semua ada batasnya, bisa dipisahkan teman-teman, kerja-kerja. Jadi waktu saya melihat Alden tereliminasi di top 11, I know it's sad because my best friend, my Bro harus pergi.

Tapi dari sisi yang lain saya merasa this is competition, there is nothing we can do. Maybe after or outside the competition, we can still be close and everything. Saat ini saya dan Alden banyak sekali mempunyai kerjaan bareng, seperti nge-vlog bareng, membuat konten. Terakhir waktu saya ke Singapura bersama Alden, saya menikmati traveling, apalagi traveling for food. Karena memang banyak yang suka melihat saya dan Alden berbarengan, Viden (Gabungan nama Victor dan Alden, julukan untuk mereka berdua), so we'll try our best to make it work

KEMEJA DAN CELANA, GUCCI

Saat ini penggunaan social media sedang marak-maraknya. Apakah Anda merasa terkadang perlu membatasi diri saat browsing di dalamnya?

Mungkin lebih ke social battery, karena saya bukan orang yang pinter banget bersosialisasi, tapi kalau saya bertemu dengan orang I will try my best to socialize. Jadi misalnya saya ada acara, saya berusaha entertain as much as I can. Tapi setelah saya pulang, I feel drained. Nah kalau saya sudah lelah seperti itu, kemudian melihat social media, dan komen di dalamnya. Kalau misalnya komentarnya healthy, mungkin bisa nge-recharge saya, tapi kalau misalnya it's a bad comment, kemudian saya perhatikan, itu bisa drain me even more. Jadi lebih baik saya enggak ngeliatin hate comments. Mungkin sekilas-sekilas. Saya mengambilnya sebagai pembelajaran. Mungkin kalau ada kata-kata yang saya bisa terima, saya jadikan perbaikan diri, kenapa tidak? Tapi yang buruk, ya biarin aja.

 

Project apa yang akan kita lihat dari Anda dalam waktu dekat ini?

Sekarang saya belum mulai membuat banyak konten memasak di media sosial, tapi ke depannya saya ingin lebih banyak melakukannya, terutama di Instagram dan TikTok, karena saya ingin menunjukkan sisi cooking skill saya. Tapi saya tidak terburu-buru, lebih go with the flow karena sekarang walaupun banyak yang mengundang ke acara ini itu, lebih baik saya selesaikan dulu. Nanti ketika sudah mulai slow, saya akan bikin konten-konten.

 

Klik dan tonton episode Brunch with Dave Hendrik bersama Victor Agustino di bawah ini!

Portofolio ini:
Fotografer: Andra Ramadhan
Editor Fashion: Yudith Kindangen
Makeup & hair: Claudya Christiani Purba
Interview dan teks: Ardhana Utama
Wardrobe: Gucci, Balenciaga, Tanah Le Saé, ANW
Lokasi: Le Burger & Alila SCBD