Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Perkembangan Dunia Virtual yang Semakin Sempurnakan Sesi Berbelanja Online 

Teknologi makin pintar, tapi selera tetap milik Anda.

Perkembangan Dunia Virtual yang Semakin Sempurnakan Sesi Berbelanja Online 
Layout: Mohammad Somad, Foto: Courtesy of Dok Bazaar

Perkembangan fitur Artificial Intelligence (AI) dalam e-commerce terus meningkat demi menghadirkan kemudahan dalam pengalaman belanja online. Namun, apakah kita sebagai Gen Z sudah berada di frekuensi yang sama?

BACA JUGA: Era Baru Dunia Fashion yang Bersatu Padu dengan Ranah Digital

Foto: Courtesy of Dok Bazaar

Saat berusia 14 tahun, saya pertama kali menonton film Clueless. Saya yakin banyak pelaku industri mode, baik yang seumuran maupun yang lebih tua dari saya, pasti pernah menonton film ini. Sosok Cher Horowitz, tokoh utama dalam film tersebut, menjadi karakter ikonis, terutama ketika ia memilih pakaian lewat layar komputer sebelum berangkat sekolah. Ia mencocokkan atasan dan bawahan secara digital, sebuah imajinasi yang begitu seru pada saat itu. Saya pun membayangkan betapa menyenangkannya jika teknologi seperti itu benar-benar ada di masa depan.

Kini di tahun 2025, momen tersebut benar-benar hadir, meskipun dalam versi yang berbeda. Google baru-baru ini meluncurkan fitur belanja berbasis AI yang memungkinkan pengguna mencoba pakaian secara virtual sebelum membeli. Dengan mengunggah foto diri, sistem AI dapat memperkirakan bagaimana pakaian akan terlihat saat dikenakan, menyesuaikan bentuk tubuh, dan berbagai siluet yang tersedia. Teknologi ini menjadi langkah besar dalam menjembatani kenyamanan belanja daring dan pengalaman visual yang lebih nyata.

Tidak hanya Google, Amazon juga menghadirkan inovasi serupa melalui fitur AI di Amazon Fashion. Kini, Anda tak perlu lagi repot membaca size chart karena AI dapat menyarankan ukuran sesuai bentuk tubuh dan preferensi pribadi. Seperti algoritma di media sosial yang menyesuaikan konten dengan minat Anda, fitur ini mempersonalisasi pengalaman belanja sesuai gaya dan kebiasaan pengguna. Bahkan, sistem ini dapat merekam perilaku belanja, seperti preferensi ukuran yang berubah dari waktu ke waktu atau rekomendasi otomatis untuk ukuran anak di bulan berikutnya. Sangat efisien, bukan?

“Gen Z adalah generasi yang tidak hanya digitally native, tetapi juga sangat mengandalkan teknologi dalam aktivitas belanja online.” — Alice Chang, Pendiri Perfect Corp.

Di Asia, perusahaan Perfect Corp. menjadi pionir dalam teknologi kecantikan dan fashion berbasis AI dan Augmented Reality (AR). Mereka telah bekerja sama dengan ratusan merek global untuk menciptakan pengalaman digital yang lebih personal. Mulai dari virtual try-on untuk riasan, cincin, jam tangan, hingga anting, semua dapat dicoba secara virtual. Namun, teknologi ini tentu menuntut literasi digital, sesuatu yang sudah menjadi bagian dari Gen Z.

Foto: Courtesy of Dok Bazaar

Sebagai bagian dari generasi Z, saya sendiri merasa bahwa pengalaman belanja bukan hanya tentang membeli produk. Saya mempertimbangkan banyak hal seperti branding, kampanye visual, pengalaman pengguna, hingga komunitas yang dibangun oleh label tersebut. Dengan paparan yang begitu luas di dunia digital, saya mencari keunikan dan orisinalitas dari sebuah brand.

Alice Chang menambahkan, “Gen Z sangat visual, sosial, dan peduli pada nilai. Mereka menyukai pengalaman yang dipersonalisasi. Teknologi AI dan AR memberikan pengalaman seperti itu, dan ini menjadi nilai tambah besar bagi brand yang ingin mendapatkan loyalitas dari mereka.”

Foto: Courtesy of Dok Bazaar

Saya juga bertanya pada beberapa teman Gen Z tentang pendapat mereka soal penggunaan AI & AR dalam belanja online. Hendi, seorang Content Director yang gemar mengoleksi fashion statement pieces, berkata, “Sejujurnya, AI belum terlalu memengaruhi cara saya belanja. Tapi fitur virtual try-on adalah yang paling menarik. Kalau brand favorit saya mulai menerapkan teknologi ini, pasti akan menambah loyalitas saya.”

Natalia Evelyn, seorang mahasiswi dan wirausaha berusia 25 tahun, menambahkan, “AI membuat belanja online jadi lebih praktis, tapi saya masih suka menjelajah secara manual, lebih memuaskan. AI memang membantu, tapi saya tetap lebih percaya human review.

“If you are a true fashion lover, you need to feel the movement of the product and the silhouette, because to feel is to believe."

Saya pun menyadari bahwa kemajuan teknologi AI & AR akan semakin meluas dan menjadi bagian dari keseharian. Sebagai pecinta fashion, bagi saya, kegiatan berbelanja adalah pengalaman yang menyenangkan dan penuh proses. Walau efisiensi penting, pengalaman sensori saat melihat langsung, menyentuh bahan, dan mencoba potongan pakaian masih belum tergantikan oleh teknologi. Terlebih lagi, setiap tubuh memiliki karakteristik unik, itulah mengapa offline shopping masih punya tempat di hati banyak orang.

Seperti yang dikatakan Alice Chang, fitur AI dan AR memang bisa membantu mengurangi rasa ragu saat membeli, sekaligus menekan jumlah pengembalian barang. Namun, untuk saya pribadi, belum ada yang bisa menggantikan rasa puas ketika menemukan item istimewa saat menjelajah laman demi laman situs fashion favorit, dan membayangkan bagaimana padu padan produk tersebut dengan koleksi yang saya miliki.

BACA JUGA: 

Mengapa Karyawan Gen Z dan Milenial Begitu Terobsesi dengan Soft Skills di Tempat Kerja?

Halo, Generasi Beta! Siapkah Tujuh Generasi Sebelumnya Berdampingan dengan Mereka?

Baca artikel Bazaar yang berjudul “Belanja di Era Canggih” yang akan terbit di edisi cetak Harper’s Bazaar Indonesia - Juli 2025; Penulis: Astrid Bestari; Alih bahasa: Megan Isman; Foto: Courtesy of Dok Bazaar