
Dunia terus berubah. Begitu pula generasi yang lahir di dalamnya. Setelah Generasi Alpha, kini hadir Generasi Beta yang lahir mulai tahun 2025 hingga 2039 mendatang. Anak-anak ini akan tumbuh di tengah kemajuan teknologi yang makin pesat, perubahan iklim yang kian nyata, serta norma sosial yang terus berkembang. Oleh karenanya, memahami Generasi Beta bukan hanya penting bagi orang tua, tapi juga bagi para pendidik dan pelaku bisnis yang ingin tetap relevan di masa depan.
Generasi Beta: Siapakah Mereka?

Generasi Beta adalah generasi pertama yang akan hidup sepenuhnya di era kecerdasan buatan (AI), otomatisasi, dan konektivitas digital tingkat tinggi. Berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya yang harus belajar beradaptasi dengan teknologi, anak-anak Generasi Beta akan menganggap kecerdasan buatan sebagai bagian alami dari kehidupan mereka. Menurut riset dari McCrindle Research, Generasi Beta akan tumbuh dalam dunia yang serba digital, di mana teknologi menyentuh hampir setiap aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga hubungan sosial sehari-hari.
Era AI dan Digitalisasi Tanpa Batas

Jika sekarang Anda masih terbiasa dengan search engine dan smartphone, Generasi Beta akan hidup di dunia yang jauh lebih canggih. Rumah pintar, mobil tanpa pengemudi, dan pembelajaran berbasis AI akan menjadi hal yang biasa bagi mereka. Bahkan, World Economic Forum memprediksi bahwa 65% pekerjaan di tahun 2040 adalah profesi yang saat ini belum ada. Artinya, mereka akan menghadapi dunia kerja yang benar-benar berbeda dan lebih fleksibel dibanding generasi sebelumnya. Bisakah Anda membayangkannya?
Kesadaran Ekologis yang Lebih Tinggi

Perubahan iklim adalah isu besar yang akan membentuk pola pikir Generasi Beta. Seiring dengan semakin maraknya energi terbarukan dan gaya hidup ramah lingkungan, generasi ini akan tumbuh dengan kesadaran ekologis yang lebih tinggi dibanding pendahulunya. Laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP) memperkirakan bahwa pada tahun 2050, kebutuhan energi dunia akan meningkat sebesar 50% sehingga tekanan untuk beralih ke energi bersih akan semakin besar. Bagi bisnis dan industri, ini menjadi sinyal bahwa keberlanjutan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan yang bersifat mutlak.
Pendidikan Berbasis Teknologi

Sekolah di masa depan tidak akan sama lagi. Augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) akan menjadi alat utama dalam dunia pendidikan menggantikan metode pembelajaran tradisional. Studi dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis teknologi dapat meningkatkan retensi informasi hingga 75%, jauh lebih efektif dibanding metode konvensional. Dengan teknologi seperti ini, Generasi Beta tidak lagi hanya belajar dari buku, tetapi juga dari simulasi dan pengalaman imersif.
Hidup di Dunia yang Sangat Terkoneksi

Jaringan 6G, Internet of Things (IoT), dan dunia digital yang makin kompleks, akan menjadikan Generasi Beta jadi generasi yang paling terhubung sepanjang sejarah. Mereka akan memiliki akses ke informasi dalam hitungan detik dan bisa berkomunikasi dengan siapa pun, kapan pun, di mana pun. Namun, ada tantangan besar yang harus dihadapi, yaitu keamanan siber. Cybersecurity Ventures memperkirakan bahwa kejahatan siber akan merugikan dunia hingga USD 10,5 triliun per tahun pada 2025. Oleh karena itu, literasi digital dan kesadaran tentang keamanan data akan menjadi keterampilan wajib bagi mereka untuk dipelajari sedini mungkin.
Norma Sosial yang Berubah

Generasi Beta akan tumbuh dalam lingkungan yang lebih inklusif dan beragam. Nilai-nilai kesetaraan, keberagaman budaya, serta hak individu akan semakin kuat dalam masyarakat. Studi dari Pew Research Center mengungkapkan bahwa 74% generasi muda saat ini mendukung kebijakan yang lebih inklusif dalam dunia kerja dan pendidikan. Artinya, di masa depan, perusahaan dan institusi yang tidak mengadopsi inklusivitas akan kesulitan bertahan.
Bagaimana Kita Bisa Bersiap?

Bagi orang tua, penting untuk menyeimbangkan peran teknologi dalam kehidupan anak-anak mereka di samping juga memastikan bahwa mereka tetap memiliki pengalaman sosial di dunia nyata. Pendidikan juga perlu beradaptasi dengan tren digital dengan menggabungkan teknologi tanpa mengesampingkan keterampilan sosial dan emosional. Di sisi lain, dunia bisnis harus berinvestasi dalam inovasi berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih fleksibel serta ramah teknologi.
So, sudah siap hidup beriringan dengan mereka?