Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Emma Raducanu Tidak Bertanggung Jawab atas 'Rusaknya' Momen Terakhir Karier Andy Murray

Juara tenis muda berusia 21 tahun ini lagi-lagi menerima kritik yang tidak adil setelah memutuskan mundur dari pertandingan ganda campuran melawan legenda Wimbledon.

Emma Raducanu Tidak Bertanggung Jawab atas 'Rusaknya' Momen Terakhir Karier Andy Murray
Courtesy of BAZAAR UK

Wimbledon sedang berlangsung dengan meriah, tetapi tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, ketegangan yang mendebarkan terjadi di luar lapangan tenis.

Musim 2024 menjadi momen perpisahan bagi Andy Murray, sang juara tiga kali Grand Slam ini, kini memutuskan untuk pensiun setelah mengalami cedera punggung. Meski tidak bermain di nomor tunggal putra, ia tereliminasi dari turnamen ganda putra bersama saudaranya, Jamie, dan dijadwalkan bermain di pertandingan ganda campuran dengan bintang muda yang sedang naik daun, Emma Radunacu. Namun, kekhawatiran cedera yang dialami Emma membuatnya memilih untuk mundur dari pertandingan ganda mereka (yang dijadwalkan sehari sebelum pertandingan tunggal putri), keputusan ini pun menandai akhir karier Andy di SW19.

Kritikan terhadap Emma yang baru berusia 21 tahun datang dengan cepat, dengan banyak penggemar yang menyalahkannya atas akhir mendadak dari karier Andy. Ketika perbincangan di media sosial semakin memanas, Emma merasa harus membela dirinya dari serangan para pengkritik.

Berbicara di sebuah konferensi pers, Emma menekankan bahwa ia "harus mengutamakan dirinya sendiri" dengan fokus pada pertandingan tunggal putri. "Saya tidak ingin mengambil kesempatan terakhirnya," katanya. "Tapi pada akhirnya, saya pikir banyak pemain dalam situasi serupa akan melakukan hal yang sama, mengutamakan kondisi tubuh mereka.”

"Saya tidak berpikir saya akan melakukannya dengan cara lain. Dalam olahraga ini, terutama sebagai seorang individu, Anda harus membuat keputusan sendiri dan memprioritaskan diri sendiri."

Sungguh disayangkan, Emma merasa perlu angkat bicara. Atlet di tingkat ini sudah menghadapi tekanan luar biasa untuk tampil maksimal — hal terakhir yang mereka butuhkan adalah membela diri dari serangan anonim yang mudah muncul di era media sosial ini.

Meskipun usianya masih muda, Emma sudah menghadapi banyak kritik sepanjang kariernya. Setelah kemenangannya yang memecahkan rekor di US Open 2021 pada usia 18 tahun, dan berbagai sponsor menggiurkan yang mengikutinya, para kritikus mencela Emma sebagai “jutawan sekali sukses” karena tidak langsung dan terus-menerus mengulangi tingkat kesuksesan tersebut.

Ia sebelumnya juga menghadapi kritik pada tahun 2021 karena menarik diri dari Wimbledon setelah merasa tekanannya "terlalu berat" (Piers Morgan, yang dikenal sebagai pendukung hak-hak perempuan, mengirim tweet tajam yang menyuruh bintang olahraga itu untuk "menguatkan diri"). Sementara itu, Emma kemudian diremehkan pada awal tahun lalu ketika ia menarik diri dari pertandingan Selandia Baru setelah pergelangan kakinya terkilir, dengan orang-orang mencemoohkan gambar sang pemain itu yang menangis.

Anehnya, tidak ada yang begitu keras mengkritik Carlos Alcaraz ketika dia menunjukkan emosi setelah cedera serupa awal tahun ini. Sekarang, Emma dikecam karena berusaha menghindari cedera sepenuhnya. Ini bukan hanya kesalahan ganda, tetapi juga standar ganda yang berlebihan.

Courtesy of BAZAAR UK

Tak heran jika Emma memilih bermain dengan hati-hati, mengingat riwayat cederanya. Bagi mereka yang meragukan keluhan Emma tentang pergelangan tangannya yang kaku, perlu diingat bahwa dia terpaksa absen dari Wimbledon tahun lalu karena harus menjalani operasi pada kedua pergelangan tangannya.

Pada dasarnya, meskipun terdengar tidak sesuai dengan karakter orang Inggris dan ironisnya tidak sportif, tenis adalah tentang memenangkan pertandingan. Sebagai atlet elit yang berada di puncak kariernya, Emma berhak memprioritaskan kariernya sendiri; ia lebih dari sekadar pelengkap dalam momen terakhir Andy. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah kita akan membicarakan hal yang sama jika Andy mundur dari pertandingan ganda untuk fokus pada pertandingan tunggal di puncak kariernya. Kita cenderung hanya mengkritik ambisi dalam olahraga ketika itu ditunjukkan oleh seorang wanita.

Courtesy of BAZAAR UK

Andy merasa sangat sedih bahwa pertandingan terakhirnya di tanah airnya telah berakhir, namun ia tidak mungkin akan mempersoalkan keputusan Emma. Pria berusia 37 tahun ini selalu menjadi pendukung perempuan dalam tenis sepanjang kariernya. Pada tahun 2017, ia terkenal karena mengoreksi seorang jurnalis di Wimbledon yang mengatakan bahwa Sam Querrey adalah "pemain AS pertama yang mencapai semifinal besar sejak 2009" — Andy menyela dengan mengatakan "pemain pria".

Sikapnya ini sangat diapresiasi oleh rekan-rekannya, termasuk Serena Williams yang bermain ganda campuran bersamanya pada tahun 2019. Serena menggambarkan pengalamannya bermain bersama Andy sebagai salah satu momen terpenting dalam hidupnya, dan mengatakan bahwa Andy selalu memiliki tempat istimewa di hatinya karena selalu membela perempuan.

Courtesy of BAZAAR UK

Meskipun tersingkir dari ganda putra, Andy tetap mendapat perpisahan Wimbledon di Centre Court; ia terlihat sangat emosional setelah menonton montase video kariernya. Itu adalah akhir yang pantas untuk karier yang gemilang dan dirayakan secara luas. Sementara itu, Emma baru saja memulai karirnya dan sepenuhnya berfokus untuk meraih kemenangan. Orang-orang yang mengecam keputusannya harus merenungkan alasan mengapa mereka begitu keras dalam penilaiannya.

BACA JUGA:
Andy Andy dan Emma Emma Bermain Ganda Campuran di Wimbledon

(Penulis: Kimberley Bond; Artikel ini disadur dari: BAZAAR UK; Alih bahasa: Vanesa Novelia; Foto: Courtesy of BAZAAR UK)