Sekian lama berkeliling dunia sebagai marinir dan berkerja sebagai sekretaris dari seorang stockbroker, Paul Gauguin tak enggan merubah jalur karirnya menjadi pencinta dan pencipta karya seni.
Nafea Faa Ipoipo (When Will You Marry?), 1892
Gauguin dikenal dengan karyanya di tahun 1892 yang bertajuk Nafea Faa Ipoipo (When Will You Marry?), yang konon diakui sebagai lukisan termahal di dunia yang terjual di harga USD $300.
Perjalanan yang ia lalui mulai dari Breton Coast di Perancis, Panama, Martinique dari Kepulauan Karibia hingga Tahiti menjadikannya seseorang yang mempunyai pengetahuan luas, pola pikir yang terbuka untuk mencoba segala material dari kayu, wax, bas-reliefs hingga keramik yang juga menjadi mahakarya.
Mahana no Atua (Day of the God), 1894
Di ekshibisi yang diberi judul Gauguin: Artist as Alchemist ini, Gloria Groom, sang kurator, menyusun 240 karyanya secara berkesinambungan dan terbagi dalam dua seleksi.
Portrait of Tehamana, 1891/93
Dibuka dengan ambiance yang seperti sedang berpetualang, seperti hidup sang seniman sendiri, dan juga pengelompokan benda yang dapat dilihat dari semua sisi. Ruangan ini memperlihatkan sisi candid dari proses berkarya Gauguin, seperti kualitas percobaan, trial and error, hingga perubahan dari dua ke tiga dimensi. Sedangkan seleksi berikutnya dirangkai menjadi lebih straightforward yang bisa dilihat dari lukisan hingga waktunya ketika berada di Polinesia.
Vase in the Form of Leda and the Swan, 1887–88
Perjalanan hidup sang seniman asal Perancis ini menjadikan dirinya salah satu inspirasi dari pelukis ternama yakni Pablo Picasso, Henri Matisse, Georges Braque, dan juga Vincent van Gogh, tak hanya itu ia juga menjadi pionir aliran Fauvism, Cubism, dan Orphism.
Pameran yang akan berlangsung sampai 10 September 2017 di The Art Institute of Chicago ini adalah ekshibisi terbesar yang menampilkan segala karya Paul Gauguin, dan akan lanjut dipamerkan di Grand Palais, Paris yang berkerja sama dengan Musee d'Orsay.
(Foto: Courtesy of The Art Institute of Chicago)