
Dalam lanskap seni rupa kelas dunia, label harga bisa melambung amat tinggi. Adapun lima belas lukisan ini adalah puncak dari segalanya. Dari mahakarya era Renaisans hingga lukisan abstrak abad ke-20, masing-masing telah memecahkan rekor lelang, mencatat penjualan pribadi yang mencengangkan, dan memicu diskusi luas di seluruh penjuru dunia seni.
Nilai fantastis yang melekat pada karya-karya berikut, mulai dari 140 juta hingga rekor tak tertandingi sebesar 450 juta dolar AS, tentu bukan semata-mata soal mutu artistik. Harga-harga tersebut juga mencerminkan kekuatan pasar, warisan budaya, kelangkaan, hingga pertarungan status simbol antarbangsa. Di balik setiap sapuan kuas, tersembunyi pula kisah tentang keindahan, prestise, dan nilai Seni yang luar biasa.
Inilah daftar 15 lukisan termahal yang pernah terjual di dunia sebagai simbol keagungan seni yang melampaui batas waktu dan logika pasar.
1. Salvator Mundi – Leonardo da Vinci (450,3 juta dolar Amerika atau sekitar 7 triliun rupiah)

Lukisan ini mencetak sejarah pada tahun 2017 ketika terjual di balai lelang Christie’s New York dengan harga fantastis sebesar 450,3 juta dolar Amerika. Hal ini kemudian menjadikannya lukisan termahal sepanjang masa yang pernah terjual. Karya ini menggambarkan Kristus yang memegang bola kristal sebagai simbol alam semesta dan sempat hilang selama berabad-abad sebelum dipastikan sebagai karya asli Leonardo Da Vinci. Hanya sekitar 20 lukisan karya Da Vinci yang diketahui masih ada sehingga menjadikan Salvator Mundi sebagai sebuah penemuan penting dalam dunia seni.
Proses autentikasinya melibatkan para ahli dari Louvre dan lembaga ternama lainnya. Lukisan ini dibeli oleh Pangeran Mahkota Arab Saudi dan hingga kini lokasi penyimpanannya masih menjadi misteri. Beberapa orang menyebutkan, Lukisan Ini disimpan di Jenewa atau bahkan di atas kapal pesiar mewah. Selain harganya, lukisan ini pun terus menjadi perdebatan mengenai keaslian, nilai seni, dan simbol kekuasaan budaya yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, lukisan ini adalah contoh sempurna mengenai bagaimana sebuah karya seni bisa melampaui nilai estetikanya.
2. Interchange – Willem de Kooning (300 juta dolar Amerika atau sekitar 4.8 triliun rupiah)

Mahakarya dari gerakan Ekspresionisme Abstrak ini terjual secara pribadi kepada miliarder Kenneth Griffin pada tahun 2015 dengan nilai sekitar US$300 juta. Lukisan ini menandai transisi gaya de Kooning dari figur perempuan ke bentuk lanskap. "Interchange" menggambarkan letupan warna dan gerakan yang merepresentasikan semangat seni pasca-Perang Dunia II di New York. Sapuannya dinamis dan tebal sehingga menciptakan energi visual yang menjadi ciri khas de Kooning. Harga yang fantastis pun menandakan posisi penting karya ini dalam sejarah seni Amerika. Kini, lukisan ini dipamerkan di Art Institute of Chicago sebagai bagian dari pinjaman koleksi Griffin kepada publik. Keberadaannya di institusi publik menegaskan bahwa seni bernilai tinggi tidak selalu terkunci di balik dinding kolektor pribadi.
3. The Card Players – Paul Cézanne (250 juta dolar Amerika atau sekitar 4 triliun rupiah)

Momen sunyi nan bermakna dalam lukisan "The Card Players" karya Cézanne berhasil memikat keluarga kerajaan Qatar yang membelinya dalam kesepakatan pribadi senilai US$250 juta sekitar tahun 2011 silam. Lukisan ini adalah bagian dari seri lima karya dan menggambarkan dua pria yang sedang bermain kartu dengan ekspresi penuh konsentrasi. Gaya sapuan kuas bloky khas Cézanne dan penggunaan warna yang halus menciptakan suasana tenang dan struktural. Penjualan ini tidak hanya memecahkan rekor harga tetapi juga memperkuat posisi Qatar sebagai patron seni baru di dunia. Lukisan ini kini menjadi koleksi nasional Qatar dan ditampilkan di museum mereka. Karya ini menunjukkan bahwa kesederhanaan tema bisa menyimpan kekuatan artistik dan nilai ekonomi yang luar biasa. Ini adalah bukti bahwa Cézanne merupakan pelopor penting dalam peralihan seni klasik ke modern.
4. Nafea Faa Ipoipo? – Paul Gauguin (210 juta dolar Amerika atau sekitar 3.4 triliun rupiah)

Terinspirasi oleh budaya Tahiti, lukisan "Nafea Faa Ipoipo?" karya Paul Gauguin mencerminkan ketertarikan sang seniman terhadap eksotisme dan keaslian masyarakat pulau. Karya ini dibeli oleh kolektor dari Qatar pada tahun 2015 dengan nilai sekitar US$210 juta yang menjadikannya salah satu karya pasca-Impresionis termahal sepanjang masa. Dalam lukisan tersebut, dua wanita Tahiti (satu mengenakan pakaian tradisional dan satu lainnya berpakaian Barat) berhasil menggambarkan ketegangan antara budaya asli dan pengaruh kolonial pada masa itu. Dengan palet warna berani dan bentuk yang disederhanakan, karya ini membawa pengaruh besar terhadap seni modern. Lukisan ini sempat menjadi bagian dari koleksi keluarga Staechelin sebelum berpindah tangan. Kini, Lukisan Ini pun menjadi simbol akuisisi seni strategis oleh negara-negara kaya demi memperkuat citra budaya mereka. Meskipun pendekatan Gauguin masih menjadi bahan diskusi kritis, nilai historis dan artistiknya tetap tak terbantahkan.
5. Number 17A – Jackson Pollock (200 juta dolar Amerika atau sekitar 3.2 triliun rupiah)

Karya ekspresionisme abstrak yang penuh energi ini dibeli secara pribadi oleh Kenneth Griffin seharga sekitar US$200 juta pada tahun 2015. Lukisan ini menjadi representasi sempurna dari teknik “drip painting” ala Pollock, di mana cat diteteskan dan disemburkan ke atas kanvas secara spontan. Dibuat pada tahun 1948, "Number 17A" menjadi lambang dari perubahan arah seni modern pasca-Perang Dunia II yang menempatkan Amerika Serikat sebagai pusat baru seni global. Tekniknya yang kacau namun penuh intuisi memberikan kesan gerak dan emosi yang kuat. Penjualan lukisan ini juga menegaskan status Pollock sebagai salah satu seniman paling berpengaruh di abad ke-20. Lukisan yang kini dipamerkan di Art Institute of Chicago sebagai bagian dari koleksi Griffin ini pun masih terus menginspirasi seniman dan pengamat seni dengan estetika liar dan tak terduga.
6. The Standard-Bearer – Rembrandt (198 juta dolar Amerika atau sekitar 3 triliun rupiah )

Salah satu potret diri paling penting karya Rembrandt ini dibeli oleh pemerintah Belanda pada tahun 2022 seharga €175 juta atau sekitar US$198 juta. Dilukis pada tahun 1636, lukisan ini menampilkan sang seniman dalam pose gagah sebagai pembawa standar militer yang menggambarkan semangat kebangsaan dan identitas selama zaman keemasan Belanda. Karya ini sebelumnya berada dalam koleksi keluarga Rothschild selama beberapa dekade sebelum akhirnya kembali ke tanah kelahirannya. Akuisisi ini dianggap sebagai pencapaian nasional dan didukung oleh sumbangan publik serta institusi kebudayaan. Teknik chiaroscuro khas Rembrandt yaitu permainan antara cahaya dan bayangan, terlihat begitu menonjol dan dramatis dalam lukisan ini. Kini, The Standard-Bearer menjadi salah satu karya unggulan di Rijksmuseum di Amsterdam karena ia tidak hanya menyimbolkan kekuatan seni potret, tetapi juga menjadi bentuk pelestarian warisan sejarah yang menyatukan bangsa.
7. No. 6 "Violet, Green and Red" – Mark Rothko (186 juta dolar Amerika atau sekitar 3 triliun rupiah)

Lukisan karya Rothko ini menampilkan blok warna violet, hijau, dan merah yang tampak sederhana namun penuh makna dan kekuatan emosi. Terjual secara pribadi pada tahun 2014 kepada miliarder asal Rusia Dmitry Rybolovlev, harga lukisan ini bahkan mencapai angka sekitar US$186 juta. Rothko dikenal sebagai pelopor aliran Color Field Painting, di mana warna digunakan sebagai bahasa untuk mengekspresikan spiritualitas dan kedalaman psikologis. "No. 6" adalah contoh kuat dari pendekatan itu sebab palet warnanya menciptakan resonansi emosional yang sulit dijelaskan secara verbal. Penjualannya memicu kontroversi karena terlibat dalam sengketa hukum yang dikenal sebagai "The Bouvier Affair". Meskipun begitu, nilai artistik dan filosofis lukisan ini tetap diakui oleh kritikus dan kolektor. Rothko pun berhasil menciptakan atmosfer meditatif hanya dengan permainan warna yang mendalam dan penuh intensitas.
8. "Pendant Portraits of Maerten Soolmans and Oopjen Coppit" – Rembrandt (180 juta dolar Amerika atau sekitar 3 triliun rupiah)

Dua potret dari pasangan Maerten Soolmans dan Oopjen Coppit ini dibeli bersama oleh Rijksmuseum dan Louvre pada tahun 2015 demi menciptakan kolaborasi internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kedua lukisan ini dilukis pada tahun 1634 untuk merayakan pernikahan mereka dan merupakan satu-satunya karya Rembrandt dalam format sepasang potret yang berdiri utuh. Gaya busana mewah dan detail renda menunjukkan status sosial tinggi mereka saat itu.
Setelah berada dalam koleksi keluarga Rothschild selama berabad-abad, keduanya kini bergiliran dipamerkan di Belanda dan Prancis. Pembelian ini dianggap sebagai langkah diplomasi budaya yang mempererat kerja sama seni antarbenua. Karya ini menunjukkan kemampuan Rembrandt dalam memadukan realisme potret dengan keagungan dan simbolisme. Nilai sejarah dan artistiknya pun membuat dua lukisan ini menjadi salah satu akuisisi seni terbesar abad ini.
9. Les Femmes d’Alger "Version O" – Pablo Picasso (174 juta dolar Amerika atau sekitar 2.8 triliun rupiah)

Lukisan dari seri ikonik Picasso ini memecahkan rekor lelang pada tahun 2015 ketika terjual di Christie’s New York dengan harga US$174,4 juta. Les Femmes d’Alger (Version O) merupakan penghormatan kepada karya Delacroix yang dibalut dengan gaya kubisme khas Picasso. Komposisinya rumit dan penuh warna, memperlihatkan sekelompok wanita dalam ruang interior yang sensual dan simbolik. Dibuat pada tahun 1955, lukisan ini menandai masa produktif Picasso yang juga sarat dengan eksplorasi politik dan budaya. Banyak yang menilai karya ini sebagai representasi kejeniusannya dalam merespons sejarah seni dan merombaknya menjadi sesuatu yang baru dan menggugah. Lukisan ini menjadi lambang daya tahan pasar seni modern terhadap arus globalisasi. Kini, karya ini dikenal luas sebagai salah satu tonggak seni pascaperang yang tak tergantikan.
10. "Nu Couché" (Reclining Nude) – Amedeo Modigliani (170 juta dolar Amerika atau sekitar 2.7 triliun rupiah)

Lukisan telanjang karya Amedeo Modigliani ini terjual pada tahun 2015 dalam lelang di Christie’s New York kepada miliarder asal Tiongkok, Liu Yiqian. "Nu Couché" menggambarkan sosok perempuan telanjang dalam pose berbaring yang elegan dan tenang dengan garis tubuh yang memanjang dan ekspresi penuh percaya diri. Dibuat pada tahun 1917, karya ini sempat memicu kontroversi ketika pertama kali dipamerkan di Paris karena dinilai terlalu erotis. Gaya khas Modigliani yang menggabungkan elemen klasik dengan modern menciptakan daya tarik yang tak lekang oleh waktu. Palet warnanya yang lembut namun berani menonjolkan sensualitas tanpa vulgaritas. Setelah pembeliannya, lukisan ini dipamerkan di Long Museum, Shanghai yang kemudian menandai ekspansi kekayaan seni Barat ke Asia. Nu Couché adalah salah satu lukisan Modigliani yang paling dikenal dan dikagumi secara global.
11. "Portrait of Adele Bloch-Bauer II" – Gustav Klimt (150 juta dolar Amerika atau sekitar 2.4 triliun rupiah)

Karya Klimt yang ikonik ini terjual dalam transaksi pribadi pada tahun 2016 dengan nilai US$150 juta sehingga menjadikannya salah satu karya paling bernilai dari pelukis asal Austria tersebut. Adele Bloch-Bauer adalah satu-satunya model yang pernah dilukis dua kali oleh Klimt sehingga menjadikannya sosok penting dalam dunia seni Wina awal abad ke-20. Potret kedua ini menampilkan gaya yang lebih sederhana dibandingkan versi pertamanya yang penuh elemen emas, namun tetap menonjolkan warna-warna ekspresif dan detail yang memesona, lukisan ini sebelumnya merupakan bagian dari harta yang disita Nazi sebelum dikembalikan ke ahli waris sahnya dan akhirnya dijual ke kolektor pribadi. Selain keindahan visualnya, lukisan ini juga menyimpan kisah sejarah dan keadilan reparatif yang mendalam. Klimt berhasil memadukan elemen dekoratif dengan psikologi karakter yang kuat. Potret ini kini dianggap sebagai simbol dari kekuatan, tragedi, dan keindahan yang abadi.
12. "Three Studies of Lucian Freud" – Francis Bacon (142,4 juta dolar Amerika atau sekitar 2.3 triliun rupiah)

Triptych ekspresionis ini memecahkan rekor dunia saat dilelang di Christie’s New York pada tahun 2013 dan terjual seharga US$142,4 juta. Tiga panel yang menggambarkan sesama seniman Lucian Freud berikut menunjukkan distorsi wajah dan tubuh dengan gaya khas Bacon yang penuh ketegangan psikologis. Kedua seniman tersebut dikenal memiliki hubungan kompleks dan kompetitif yang justru memperkaya konteks emosional karya ini. Dengan sapuan kuas yang kasar dan warna-warna pekat, lukisan ini memperlihatkan rasa sakit, eksistensialisme, dan dinamika manusia yang mendalam. Triptych ini menunjukkan kekuatan seni sebagai bentuk refleksi diri yang brutal namun jujur. Dibeli oleh Elaine Wynn, salah satu pendiri Wynn Resorts, karya ini kini menjadi bagian dari salah satu koleksi seni paling bergengsi di dunia. Three Studies of Lucian Freud adalah perwujudan dari ketegangan, persahabatan, dan hasrat dalam dunia seni modern.
13. "Le Rêve" (The Dream) – Pablo Picasso (155 juta dolar Amerika atau sekitar 2.5 triliun rupiah)

Le Rêve menggambarkan kekasih Picasso, Marie-Thérèse Walter, dengan gaya kubisme yang melengkung dan penuh gairah. Lukisan ini diciptakan pada tahun 1932 dan dianggap sebagai salah satu karya paling romantis dan sensitif dari periode produktif sang maestro. Warna-warna cerah dan garis sederhana menciptakan suasana mimpi yang intim dan personal. Lukisan ini sempat menjadi milik Steve Wynn, taipan kasino asal Las Vegas, yang secara tak sengaja merusaknya dengan siku pada tahun 2006. Setelah direstorasi, lukisan ini kemudian dijual kepada Steve Cohen dalam transaksi privat senilai US$155 juta. Karya ini mencerminkan perpaduan antara cinta, gairah, dan kejeniusan artistik. Le Rêve adalah bukti bahwa hubungan personal sang seniman dapat menghasilkan karya yang abadi dan bernilai tinggi.
14. "Woman-Ochre" – Willem de Kooning (137,5 juta dolar Amerika atau sekitar 2.2 triliun rupiah)

Meski belum dijual di lelang baru-baru ini, nilai lukisan ini diperkirakan mencapai lebih dari US$137 juta setelah berhasil ditemukan kembali. Woman-Ochre dicuri dari Museum Seni Universitas Arizona pada tahun 1985 dan menghilang selama lebih dari 30 tahun sebelum ditemukan di rumah pasangan lansia di New Mexico. Lukisan ini merupakan bagian dari seri "Woman" yang kontroversial sebab menggambarkan sosok perempuan dengan gaya agresif dan penuh tenaga. Teknik sapuan kuas yang liar serta palet warna yang kuat menjadikan karya ini simbol kekuatan perempuan dan ekspresi artistik.
Setelah proses restorasi intensif, lukisan ini dikembalikan dan kini kembali dipamerkan ke publik. Kisah pencurian dan penemuannya menjadi legenda tersendiri dalam dunia seni. Woman-Ochre kini dilihat sebagai simbol kekekalan nilai seni, meski sempat tersimpan dalam ketidaktahuan selama puluhan tahun.
15. "Garçon à la Pipe" – Pablo Picasso (104,2 juta dolar Amerika atau sekitar 1.6 triliun rupiah)

Terakhir, ada karya dari periode Rose Period Picasso yang menjadi salah satu lukisan pertama yang menembus angka US$100 juta saat dilelang pada tahun 2004. Garçon à la Pipe menggambarkan seorang anak laki-laki Parisian yang duduk dengan tenang sambil memegang pipa, dikelilingi bunga-bunga. Palet warna merah muda dan ekspresi murung pada wajah sang anak menciptakan nuansa kontras antara kepolosan dan kedewasaan. Lukisan ini dibuat pada tahun 1905, ketika Picasso baru berusia 24 tahun, namun sudah menunjukkan kematangan artistik yang luar biasa.
Banyak kritikus mempertanyakan harga fantastisnya, tetapi daya tarik sejarahnya dan sentimental yang dibawa lukisan ini tetap memikat para kolektor. Karya ini menjadi tolok ukur baru dalam pasar seni kontemporer. Garçon à la Pipe tetap menjadi salah satu simbol utama dari nilai investasi dan estetika dalam seni rupa dunia.