Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Kenali Karakteristik Kopi dengan Teknik "Cupping". Apakah itu?

Cupping bukan hanya soal kendali mutu, tetapi juga tentang rasa ingin tahu.

Kenali Karakteristik Kopi dengan Teknik
Courtesy of Tchibo

Di dunia speciality coffee, menikmati kopi bukan sekadar menyeruput minuman di pagi hari. Ini adalah sebuah ritual. Oleh karenanya, praktik yang dikenal sebagai coffee cupping ini merupakan seni sekaligus ilmu yang mengajak para penikmat dan profesional untuk merasakan kopi dengan kepekaan dan apresiasi yang lebih mendalam. Lebih dari sekadar waktu istirahat, cupping adalah perjalanan sensorik menuju asal-usul biji kopi, karakter rasa, dan cerita di balik tiap tegukan.

Apa Itu Coffee Cupping?

Courtesy of Shiren Coffee

Coffee cupping adalah metode utama yang digunakan oleh petani, roaster, dan barista untuk menilai aroma, rasa, keasaman, kekentalan (body), serta aftertaste dari kopi. Proses ini persis seperti wine tasting-nya dunia kopi karena lengkap dengan ritual, teknik menyeruput yang khas, hingga sistem penilaian akhir.

Meski terlihat teknis, cupping adalah pengalaman yang sangat personal. Ia membantu mengidentifikasi kualitas unik tiap biji kopi, mendeteksi cacat rasa, dan memilih profil sangrai terbaik bagi tiap individu. Untuk penikmat kopi harian, cupping menjadi pintu masuk untuk mengenal lebih dalam keragaman kopi dunia dan melatih indra perasa agar lebih peka terhadap nuansa rasa yang sering terlewat.

Ritual di Meja Cupping

Courtesy of PPP Coffee

Sesi cupping biasanya dimulai dengan menggiling kopi segar sebanyak 8,25 gram dan meletakkannya dalam mangkuk kecil yang identik. Alih-alih menggunakan mesin, air panas langsung dituangkan ke atas bubuk kopi. Setelah empat menit, lapisan kopi yang terbentuk di permukaan (crust) dipecah menggunakan sendok khusus. Inilah momen awal penilaian aroma.

Tahapan selanjutnya adalah mencicip. Menggunakan sendok cupping, para peserta menyeruput kopi dengan teknik khusus. Bunyi seruputan yang nyaring bukanlah hal yang tabu atau jorok di dunia ini. Sebab hal tersebut justru membantu mengalirkan kopi bersama udara ke seluruh permukaan lidah, sehingga semua elemen rasa bisa dirasakan dengan maksimal.

Penilaian dilakukan berdasarkan aroma, rasa utama, aftertaste, keasaman, body, keseimbangan, dan tingkat kemanisan alaminyang keluar dari tiap seruputan. Kopi berkualitas tinggi biasanya memiliki notes seperti “jeruk”, “bunga”, atau “karamel”, sementara kopi dengan mutu rendah bisa digambarkan sebagai “datar” atau “astringen”.

Mengapa Cupping itu Penting?

Courtesy of Pexels/Mali Maeder

Cupping bukan sekadar hobi eksklusif, melainkan proses vital dalam rantai pasok kopi. Petani menggunakannya untuk mengevaluasi hasil panen, importir melakukannya untuk memilih kopi yang layak dibeli, dan roaster melewati prosesnya demi menentukan profil sangrai terbaik. Barista pun memanfaatkannya untuk mengenali cita rasa yang akan mereka sajikan kepada pelanggan.

Bagi konsumen, cupping adalah cara untuk lebih menghargai apa yang ada di cangkir. Anda akan belajar bahwa kopi dari Ethiopia cenderung ringan dengan aroma floral seperti teh, sementara kopi dari Sumatra lebih pekat, bersahaja, dan berempah. Cupping pun mendekatkan kita pada sumber kopi, petani, tanah, dan cerita yang menyertainya.

Tren Global yang Semakin Terbuka

Courtesy of Otten Coffee

Kini, semakin banyak kedai kopi dan roaster yang mengadakan sesi cupping terbuka untuk umum. Tujuannya adalah edukasi, membangun komunitas, dan menyebarkan kecintaan terhadap speciality coffee. Di kota-kota seperti Melbourne, Portland, hingga Tokyo, kelas cupping malah menjadi agenda rutin bagi para penikmat kopi yang ingin memperluas kosa kata rasa mereka.

Di Indonesia , sebagai negara penghasil kopi yang kaya, tren cupping juga semakin menjamur. Roaster-roaster lokal dari Aceh hingga Toraja mengadakan sesi cupping sebagai ajang mengenalkan ragam karakter kopi Nusantara, mulai dari aroma fruity Bali Kintamani hingga rasa pekat dari kopi Jawa.

Coba di Rumah

Courtesy of Architectural Digest

Anda tidak perlu laboratorium atau sertifikat barista untuk mencoba cupping sendiri di rumah. Cukup siapkan biji kopi segar, alat giling, beberapa mangkuk kecil, air panas (sekitar 93°C), dan terakhir adalah sendok. Konsistensi adalah kunci! Gunakan takaran dan teknik yang seragam.

Coba bandingkan dua atau tiga jenis kopi dari daerah berbeda. Hirup aroma bubuk kopi kering, pecahkan crust, lalu seruput dan bandingkan. Apakah Anda merasakan aroma sitrus? Cokelat? Atau kacang? Seiring waktu, indera perasa Anda akan semakin terasah dan setiap cangkir akan terasa lebih bermakna.

So, cupping bukan hanya soal kendali mutu, tetapi juga tentang rasa ingin tahu, keterhubungan, dan jeda dari kesibukan. Dalam dunia yang serba cepat, cupping mengajak kita untuk melambat, mencicipi dengan penuh kesadaran dan kembali menemukan keajaiban dari minuman yang mungkin kita anggap biasa saja. Apa Anda sering, pernah, atau tertarik untuk melakukannya?