Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Fenomena Rust-Out di Tempat Kerja yang Membuat Karyawannya Merasa Datar

Kenalkan “sepupu” burn-out yang bosan dan putus asa.

Fenomena Rust-Out di Tempat Kerja yang Membuat Karyawannya Merasa Datar
Courtesy of Bazaar UK

Sebagian besar dari kita akrab dengan konsep burnout, terutama mereka yang bekerja di industri yang fast-paced atau high-pressure.

Namun, menurut para ahli, fenomena tempat kerja yang kurang dikenal kini telah muncul: rust-out, yaitu sepupu burnout yang bosan dan putus asa. 

BACA LAGI: Apa yang Harus Dilakukan Jika Tidak Lagi Menikmati Pekerjaan Anda?

Menurut pelatih wirausaha Eddie Whittingham, rust-out biasanya disebabkan oleh "bergerak terlalu lambat" atau "diam terlalu lama".

Sedangkan burnout disebabkan oleh "berusaha sekuat tenaga untuk mencapai sebuah tujuan".

Keduanya dapat memiliki nilai di tempat kerja, tetapi keadaan yang berkelanjutan dan ekstrem dapat menyebabkan masalah.

Apa itu rust-out?

Ciri-ciri rust-out sudah terlalu familiar: merasa tidak terinspirasi dan tidak semangat, akibat kurangnya stimulasi dan koneksi.

Ini mungkin terwujud dalam kurangnya dorongan untuk menangani proyek dengan energi yang sama, kekesalan dengan rekan kerja, atau hanya merasa bahwa hari-hari Anda telah menjadi terlalu monoton.

Kami tidak berharap Anda selalu menikmati pekerjaan Anda, dan telah terbukti bahwa keseimbangan kehidupan kerja yang kuat dapat melindungi Anda dari kelelahan.

Tetapi apakah kita begitu fokus untuk tidak kehabisan tenaga sehingga malah membiarkan diri terbuka terhadap kesamaan dan kebosanan?

Emily Button-Lynham, yang menjadi pelatih karier setelah dirinya sendiri mengalami masa rust-out, menegaskan bahwa hal itu terjadi “ketika pekerjaan yang dilakukan seseorang tidak membangkitkan semangat dan tidak mengembangkan keterampilan atau kemampuan mereka.

Individu tersebut akhirnya merasa lesu, apatis, dan bosan,” jelasnya. “Meskipun ini dianggap sebagai fenomena pekerjaan, dampak negatif pada sisa hidup seseorang bisa sangat besar dan dapat membuat mereka merasa terjebak dan tidak bahagia.”

Menurut Emily, wanita berkinerja tinggi termasuk yang paling mungkin mengalami rust-out dan gendernya mungkin memiliki peran.

Mengapa rust-out lebih mungkin memengaruhi wanita?

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa wanita merasa mereka harus bekerja lebih keras untuk kemajuan karier yang sama dengan rekan pria mereka.

Menurut Emily, rasa ketidakadilan inilah yang mungkin mendorong begitu banyak wanita mengalami rust-out.

“Studi panjang tentang wanita di tempat kerja di 2022 oleh McKinsey menunjukkan ada 'anak tangga yang patah' di langkah pertama tangga karier ketika wanita menjadi manajer,” jelasnya.

“Untuk setiap 100 laki-laki yang dipromosikan hanya ada 86 perempuan. Wanita dapat mengalami perasaan rust-out ketika mereka bekerja keras, jika tidak lebih keras, daripada pria, tetapi tidak diakui atau diberi kesempatan yang layak mereka dapatkan. Ini bahkan lebih mencolok untuk wanita kulit berwarna di mana hanya 5 persen eksekutif C-suite adalah wanita kulit berwarna dan untuk karyawan transgender di mana rekan cisgender berpenghasilan 32 persen lebih tinggi.

Eddie menjelaskan bahwa para wirausahawan juga berisiko lebih tinggi mengalami rust-out, karena memberi tekanan yang tinggi pada diri mereka sendiri.

Rust-out lebih sering terjadi pada pengusaha daripada yang dipikirkan orang-orang,” ungkapnya.

“Sering kali sebagai hasil dari memulai dengan niat baik untuk menciptakan bisnis yang hebat, tetapi kemudian rasa tidak enak muncul dan mereka menyadari bahwa semua yang mereka lakukan adalah menciptakan pekerjaan untuk diri mereka sendiri, daripada membangun bisnis di mana mereka dibebaskan dari pekerjaan monoton sehari-hari.”

Rust-out
Courtesy of Bazaar UK

Kapan rust-out bisa terjadi?

Dalam pencarian pencapaian kita yang tiada akhir, menghindari burnout adalah sebuah tanggung jawab di perjalanan tersebut.

Namun, sering kali, mencapai apa yang ingin kita lakukan bisa menjadi penyebab rust-out, membuat kita bertanya pada diri sendiri, apa selanjutnya?

Apakah saya sudah sukses?

“Saya berusia akhir dua puluhan saat merintis karier di sebuah perusahaan, di mana saya bekerja dari lulusan sarjana menjadi direktur,” ucap Emily. “Saya pikir saya akan merasakan 'kesuksesan' yang sangat besar ketika saya mencapai pencapaian direktur, terutama karena mayoritas rekan saya adalah laki-laki dan 10 hingga 15 tahun lebih tua dari saya, tetapi saya tidak merasakannya.

Saya merasa tidak bahagia dan terjebak dalam karier saya, yang telah ‘merembes’ ke semua bidang kehidupan saya, seperti hubungan romantis, teman, hobi.”

Bagi Emily, obatnya adalah mendapatkan bantuan profesional, yang menuntunnya untuk menciptakan definisi kesuksesan yang berbeda.

“Melalui bekerja dengan seorang pelatih, saya menyadari bahwa saya menjalani versi kesuksesan yang tidak selaras dengan nilai-nilai saya atau apa yang saya inginkan dalam hidup. Saya pergi dari sekolah, ke perguruan tinggi, ke universitas, untuk bekerja tanpa benar-benar memikirkan bagaimana pekerjaan seharusnya mendukung saya untuk lebih dekat dengan kehidupan yang saya inginkan.”

Dengan dukungan yang tepat, rust-out dapat menjadi sangat berguna dan mengubah hidup sebagian orang.

Tetapi tidak selalu kurangnya sesuatu yang menyebabkan rust-out, stres juga dapat menyebabkannya, seperti kelelahan.

Menurut Emily, pandemi (penyebab stres yang umum bagi banyak orang) telah menjadi katalis bagi banyak dari kita untuk keluar dari rust-out.

“Saya pikir [pandemi] memberi orang waktu untuk benar-benar memahami apa yang mereka hargai dan apa yang penting bagi mereka dalam hidup,” jelasnya.

“Kami mulai menghargai koneksi, keluarga, dan hubungan, di atas ‘menaiki tangga perusahaan’ dalam segala cara.

Dengan munculnya perusahaan yang meminta karyawan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di kantor, sekarang banyak orang lebih membatasi tentang apa yang akan dan tidak akan mereka terima.”

Rust-out
Courtesy of Bazaar UK

Bagaimana saya bisa mengatasi rust-out?

Merasa ‘tersindir’? Jangan panik.

Ada cara untuk menghadapi rust-out dan menyalurkannya dengan cara yang bermanfaat, menurut Emily.

Nyatanya, rust-out bisa menjadi kekuatan positif untuk perubahan jika Anda terbuka untuk itu.

“Mulailah dengan kesadaran diri,” sarannya.

“Luangkan waktu untuk terhubung dengan emosi dan pikiran Anda dan identifikasi pola atau tema apa pun saat hal itu paling sering muncul.

Setelah Anda memiliki lebih banyak pemahaman tentang seperti apa tampilannya bagi Anda, hal itu dapat membantu Anda mengidentifikasi apa yang perlu diubah.

Ia menambahkan: “Ini menunjukkan kepada Anda sesuatu tentang karier dan kehidupan yang membuat Anda merasa tidak nyaman.

[Rust-out] memulai perjalanan penemuan bagi saya.”

Jika Anda merasakan hal yang sama, cobalah untuk ‘membingkai ulang’ serangan rust-out Anda sebagai peluang: itu mungkin saja sebuah wake-up call yang Anda butuhkan.

BACA LAGI:

6 Rahasia Maruli Tampubolon Sukses Menjalani Semua Pekerjaannya

Benarkah Sering Menunda Pekerjaan Dapat Merusak Impian Anda?

(Penulis: Hannah Fox; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih bahasa: Bella Nazelina; Foto: Courtesy of BAZAAR UK)