
Ada dua hal yang kini bisa dianggap pasti di dunia perfilman. Pertama, Emerald Fennell selalu tertarik mengeksplorasi kisah cinta yang kacau dan penuh luka. Kedua, Jacob Elordi tak pernah menolak kesempatan untuk tampil sedikit glamor. Kolaborasi keduanya dalam proyek adaptasi Wuthering Heights menjadi bukti nyata, dan kejutan pun bermunculan sejak foto-foto dari produksi ini mulai tersebar di dunia maya.

Dalam potret-potret tersebut, Jacob Elordi tampil sebagai Heathcliff, karakter ikonis dari novel klasik karya Emily Brontë. Namun alih-alih tampil sesuai ekspektasi publik dengan gaya gothic yang konvensional, Elordi hadir dalam versi yang jauh lebih tak terduga. Dengan cambang tebal yang dramatis dan senyum menyudut yang mengintipkan selubung gigi emas di taring kanan, Heathcliff kini tampil dengan sentuhan glamor yang memikat sekaligus memicu perdebatan.
Transformasi visual ini tentu bukan tanpa alasan. Emerald Fennell, yang sebelumnya dikenal lewat film kontroversial The Danish Girl dan Saltburn, tampaknya kembali menghadirkan reinterpretasi yang berani dan personal terhadap kisah klasik sastra Inggris ini. Meski belum dirilis secara resmi, reaksi awal terhadap adaptasi ini tergolong campur aduk. Banyak yang mempertanyakan keputusannya memilih Jacob Elordi sebagai Heathcliff, mengingat dalam versi asli Brontë, karakter ini digambarkan sebagai pria berkulit gelap yang kerap terpinggirkan secara sosial.

Namun, pilihan Emerald Fennell justru terasa seperti upaya untuk mengaburkan batas antara masa lalu dan masa kini. Lewat elemen kostum yang tidak sepenuhnya historis, seperti gigi emas dan gaun pengantin Margot Robbie sebagai Catherine Earnshaw, adaptasi ini menciptakan semacam ruang hibrida, yakni antara realita masa lalu dan estetika kekinian.
Lalu, apakah gigi emas itu masuk akal secara historis? Secara teknis, tambalan gigi emas memang sudah dikenal di awal abad ke-19, meski penggunaannya terbatas pada kalangan elite yang sangat kaya. Jika dilihat dari latar sosial Heathcliff yang penuh penderitaan dan keterasingan, akses terhadap perhiasan semacam itu mungkin terasa janggal. Namun justru di situlah letak kekuatan artistik adaptasi ini.
Jacob Elordi, dengan karismanya yang tenang dan visual yang selalu mencuri perhatian, berhasil menghidupkan sosok Heathcliff yang baru, yang dikenal sebagai pria penuh luka, tapi juga memiliki aura yang misterius. Dalam tangan Emerald Fennell, Wuthering Heights bukan lagi sekadar tragedi cinta penuh emosi, melainkan sebuah eksperimen estetika yang mengajak kita melihat ulang bagaimana romansa dan identitas dibentuk, dirusak, lalu dibangun kembali lewat bahasa visual yang segar.