Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Pelukis Indonesia dengan Down Syndome, Diego Luister Berel, Menjuarai Seni Rupa Artfusion di Pameran The Holy Art Gallery London

Total ada lima karya pelukis asal Indonesia itu lolos kurasi di galeri independen Inggris tersebut

Pelukis Indonesia dengan Down Syndome, Diego Luister Berel, Menjuarai Seni Rupa Artfusion di Pameran The Holy Art Gallery London

Di awal Maret lalu, The Holy Art Gallery mengumumkan pelukis Indonesia yakni Diego Luister Berel sebagai juara pertama untuk pameran virtual bertema Artfusion. Lewat akun Instagramnya di @theholy.art, galeri independen yang berbasis di London tersebut menampilkan salah satu lukisan Diego yang berjudul Balinese Penjor. Diego menerjemahkan tiupan angin yang menerpa penjor di sebuah banjar di Bali lewat media kanvas dan cat akrilik. Permainan warna-warni lembut dan ekspresi seni pria berusia 22 tahun tersebut menjadi nilai plus dari para kurator untuk mengangkat namanya menjadi sang pemenang dan berhak untuk mengadakan pemeran tunggal di sana baik secara offline maupun virtual.


Namun Balinese Penjor bukanlah satu-satunya karya Diego yang ditampilkan. Ada empat karya Diego lainnya yang lolos kurasi dan turut dipamerkan di The Holy Art Gallery bersama ratusan pelukis di seluruh dunia pada 27 Februari 2022 hingga 5 Maret lalu. Keempat lukisan lain yang menjadi bagian dari ekshibisinya adalah Twilight of the Cliffs, Somewhere in Venice, The Wrath of Gods of Winds, dan Mount Semeru Lava.

Lukisan Mount Semeru Lava
Lukisan Mount Semeru Lava

Kepiawaian Diego dalam berkarya ini membuktikan bahwa dirinya merupakan seseorang dengan talenta yang istimewa. Di balik kondisi gangguan perkembangan (down syndrome) yang ia miliki, Diego terus mengasah bakat seni yang sudah mengalir di darahnya dengan banyak mengikuti pameran lukisan baik di Jakarta maupun kota-kota besar lainnya. Kemampuannya tersebut menurun dari ayahnya dan kecintaannya pada melukis telah muncul sejak ia masih belajar di sekolah berkebutuhan khusus di Jakarta Selatan.

Selain pencapaian di The Holy Art Gallery, sebelumnya karya Diego yang berjudul Under the Sea pernah dilelang oleh Sotheby's Jakarta dan dikuratori Christie's pada acara amal Peduli Anak Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan pada 2016 lalu. Hasil dari lelang itu disalurkan untuk membantu beberapa sekolah dasar di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Beberapa lukisan lainnya pun telah berhasil sampai ke Malaysia, Singapura, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, dan kota-kota lainnya di Indonesia.

Lukisan Diego kebanyakan didominasi menggunakan cat akrilik, namun ia terus mencoba berkreasi dengan cara lainnya. Salah satunya adalah lukisan Rising Sun yang menggunakan cat minyak. Hasil seninya baru-baru ini juga menggambarkan kehidupan manusia dengan estetika penuh warna dan permainan warna dengan pisau palet inilah yang menjadi ciri khas karya Diego. Ia pun tidak berhenti untuk mengeksploarsi dunia seni rupa kontemporer dan visual art yang mengusung tema budaya, alam, lingkungan sosial dan bahkan tak sedikit yang dinilai out of the box. Selain di atas kanvas, Diego juga mencoba untuk melukis di beberapa media lainnya seperti kaus, gitar elektrik, koper, tote bag, tumbler, cushion, vas porselen, lampshade, dan lainnya.

Diego merupakan bukti nyata bahwa setiap orang, apapun latar belakang dan keterbatasan yang dimilikinya, sebenarnya memiliki talenta istimewa yang apabila terus diasah dan mendapat dukungan akan memberikan cerita membanggakan yang tak kalah sempurna. Bertepatan dengan World Down Syndrome Day yang diperingati dunia setiap 21 Maret, mari kita terus meningkatkan kesadaran dan advokasi inclusivity di masyarakat untuk merangkul mereka yang berkebutuhan khusus.


Foto courtesy of Instagram @theholy.art, diegoberel.com