Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Semua Hal yang Perlu Anda Pahami tentang Ghosting: Pengertian, Penyebab, hingga Cara Menanggapinya

Pelajari hal-hal berikut agar terhindar dari kerugian yang lebih besar!

Semua Hal yang Perlu Anda Pahami tentang Ghosting: Pengertian, Penyebab, hingga Cara Menanggapinya
Fotografer: Nicoline Patricia Malina - NPM Photography untuk Harper's Bazaar Indonesia

Dalam era digital dan teknologi ini, ghosting kerap terjadi, khususnya dalam hubungan percintaan. Namun, apa yang dimaksud dengan istilah tersebut? Secara singkatnya, ghosting adalah kondisi di mana seseorang secara diam-diam menghindari dan memutus kontak dengan orang lain untuk mengakhiri hubungan yang dimiliki.
 
Istilah tersebut acap dijadikan sebagai pilihan atau strategi untuk mengakhiri hubungan, membuatnya erat dengan konotasi buruk. Walaupun begitu, dalam beberapa situasi khusus, ghosting memang perlu dilakukan. 
 
Kondisi pandemi saat ini pun memungkinkan berbagai pihak lebih mudah untuk melakukan ghosting jika ingin menjauh dan meninggalkan sebuah hubungan, mengingat komunikasi jarak jauh menjadi lebih dominan. Oleh karena itu, penting untuk Anda mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan ghosting, mulai dari pengertian, penyebab, hingga cara menanggapinya. Jangan sampai Anda menjadi korban dari strategi tersebut dan dirugikan karenanya. 
 
Berikut adalah serba-serbi ghosting yang perlu Anda ketahui dan pahami.


 
Apa yang dimaksud dengan ghosting?

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ghosting adalah tindakan di mana seseorang secara sepihak mengakhiri hubungan romantis yang dimiliki dengan menghindari kontak, baik secara online maupun offline, dengan pasangan atau pihak yang bersangkutan.

Istilah tersebut telah menjadi salah satu strategi untuk mengakhiri hubungan. Berdasarkan sebuah penelitian, hal yang membedakan ghosting dari strategi putus lainnya adalah kurangnya penjelasan secara eksplisit atau pernyataan yang mengindikasikan bahwa seseorang ingin mengakhiri hubungannya. 


Strategi yang satu ini pun termasuk ke dalam perpisahan secara tidak langsung, di mana salah satu pihak tidak secara langsung menyatakan keinginannya untuk putus dan memilih untuk ‘menggantung’ pasangannya dengan memutus komunikasi. Karena keambiguan yang tercipta, pihak yang menjadi korban ghosting tidak dapat segera menyadari apa yang telah terjadi dan mereka dibiarkan menafsirkan sendiri apa arti dari ketiadaan komunikasi tersebut.

Beberapa contoh umum dari strategi tersebut adalah tidak membalas pesan dari pasangan, mem-block kontak pasangan, tidak menepati janji-janji temu, dan lain-lain. 


 
Mengapa ghosting dapat terjadi?

Penelitian yang dilakukan oleh Western University menunjukkan bahwa ghosting memiliki kaitan yang erat dengan perangkat teknologi dan internet, seperti media sosial, online dating, dan komunikasi lainnya yang menggunakan perantara teknologi. Melalui berbagai perantara tersebut, komunikasi dapat lebih mudah untuk dihindari dan diputus. Dengan begitu, menjadi lebih mudah bagi seseorang untuk bersembunyi di baliknya.
 
Selain teknologi, psikis dan kepribadian sang pelaku juga dapat menjadi salah satu faktornya. Berikut adalah beberapa alasan seseorang melakukan ghosting dalam mengakhiri sebuah hubungan.

-  Menghindari ketidaknyamanan

Dengan melakukan ghosting, seseorang tidak perlu merasakan ketidaknyamanan saat dirinya mengakhiri hubungan secara langsung dengan pasangan. Biasanya, perasaan tersebut dirasakan oleh orang-orang yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. Mereka terlalu takut untuk menghadapi reaksi sang pasangan akan keinginannya untuk putus. Oleh karena itu, mereka cenderung memilih untuk pergi secara diam-diam, membiarkan sang pasangan berada dalam ambiguitas. 

-  Menganggap hubungannya kasual atau tidak serius

Tidak semua orang menganggap hubungan percintaan sebagai hal serius. Beberapa pihak menjalani hubungan romantis hanya untuk bersenang-senang. Hal tersebut dapat menjadi penyebab seseorang memilih untuk ghosting. Mereka tidak merasa hubungannya sangat berarti sehingga memilih untuk pergi tanpa ada penjelasan untuk sang pasangan. Mereka tidak merasa bahwa hal tersebut salah karena sejak awal mereka tidak merasa hubungan tersebut berarti. 

- Depresi 

Mereka yang sedang mengalami depresi cenderung tidak ingin memberikan penjelasan komprehensif terkait alasan dirinya ingin putus. Mereka tidak sanggup untuk menjelaskan kondisinya jika ditanya oleh sang pasangan terkait keputusannya. Oleh karena itu, mereka cenderung menciptakan pembatas dengan sang pasangan dan memilih ghosting untuk mengakhiri hubungannya.


 
Apa saja dampak dari tindakan ghosting tersebut?


 
Merasakan ambiguitas dari ghosting tidaklah nyaman. Mengalami putus hubungan sudah dapat membuat seseorang stres, ditambah dengan caranya yang kerap dianggap tidak bertanggung jawab dan menyakiti perasaan korban. Para korban akan menerka-nerka dan merenungkan alasan yang membuat sang pasangan memilih untuk putus dengan cara tersebut. 
 
Berbagai penelitian pun mengungkapkan bahwa terkadang korban akan menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian tersebut, merasa bahwa dirinya tidak menarik dan menyenangkan sehingga sang pasangan memilih cara yang tidak pengertian itu. Beberapa korban pun akan merasakan kemarahan yang luar biasa karena merasa dicampakkan dan tidak dihargai. 
 
Namun, nyatanya, dampak buruk dari ghosting tidak hanya menghantui korban, tetapi juga pelakunya. Korban yang tidak terima dengan perlakuan tersebut akan mencoba untuk balas dendam dengan menyebarkan persepsi negatif. Mereka memanfaatkan media sosial untuk memberi tahu orang lain bahwa mantan pasangan mereka menggunakan ghosting untuk mengakhiri hubungannya. Akibatnya, sang pelaku berisiko dianggap kasar atau tidak memiliki rasa peduli oleh pihak yang bersimpati dengan korban. 
 
Uniknya, penelitian dari Western University mengungkapkan bahwa dalam beberapa kondisi, strategi putus ini dianggap sebagai taktik yang efektif. Beberapa pihak cenderung lebih memilih untuk di-ghosting daripada ditolak secara langsung. Selain itu, mereka yang tidak menganggap hubungannya sebagai hal serius juga tidak merasa bahwa ghosting adalah tindakan buruk, mereka menilainya sederhana dan efektif. 


 
Bagaimana cara menanggapi ghosting?


 
Tentu saja ghosting meninggalkan rasa sakit bagi sebagian besar korban. Agar tidak terlarut dalam kesedihan dan mengalami dampak negatif darinya, terdapat beberapa hal yang perlu Anda terapkan dan lakukan. Mengutip dari laman Psychology Today, berikut adalah cara menanggapi tindakan tersebut secara baik dan benar.
 
1. Jangan salahkan diri Anda
 
Perlu diingat bahwa ghosting adalah salah sang pelaku, bukan Anda, sebagai korban. Oleh karena itu, jangan kaitkan tindakan tersebut dengan kekurangan yang Anda miliki. Hal tersebut hanya akan merusak kepercayaan diri sehingga dapat merugikan diri Anda.
 
2. Terima kenyataan
 
Salah satu cara untuk melewati kesedihan tersebut adalah dengan menerima keadaan yang Anda alami. Semakin Anda mengelaknya, semakin Anda tersakiti. Jangan biarkan diri Anda berada dalam keterpurukan. Dengan menerimanya, akan lebih mudah bagi Anda untuk melupakannya dan move on
 
3. Hindari kontak
 
Mereka yang memutuskan untuk ghosting memang ingin memutuskan hubungannya dengan Anda. Jika tidak ingin terlarut dalam kesedihan, hindari kontak dengannya. Walaupun Anda ingin meminta penjelasan secara langsung darinya, hal tersebut hanya akan menyakiti Anda untuk kesekian kalinya. Oleh karena itu, lupakan keinginan tersebut dan lakukanlah berbagai macam hal untuk mengalihkan pikiran Anda terkaitnya. 
 
4. Jangan isolasi diri
 
Isolasi diri hanya membuat Anda semakin terlarut dalam kesedihan. Lakukanlah berbagai aktivitas yang dapat membuat Anda kembali semangat, seperti bersosialisasi dan hangout bersama teman. Mungkin akan lebih baik jika Anda tidak menjalani hubungan romantis dalam waktu dekat dan isi hari-hari Anda dengan hal yang meyenangkan. 

5. Cintai diri

Kembali lagi lagi ke poin pertama, jangan salahkah diri Anda. Mulai sekarang cintai diri Anda terlebih dahulu, untuk kemudian membuka diri (lagi) untuk mencintai orang lain.
 

Portofolio Foto:
Fotografer: Nicoline Patricia Malina - NPM Photography
Fashion Stylist: Michael Pondaag
Model: Isabel
Make-up: Juliette den Ouden
Retoucher: Karina Takajo
Asisten Stylist: Vero Arviana
Produksi: Lisa


(Penulis: Fatimah Mardiyah)