Penulis Kate Gill bercerita, ada satu masa ketika menginjak usia 30-an Anda merasa menjadi satu-satunya wanita yang masih single di lingkungan sekitar Anda. Sementara, saat berada di usia-20 an Anda lebih fokus untuk membangun karier dan mengembangkan diri di dunia pekerjaan. Banyak pria yang datang dan pergi kala itu. Hubungan pun terjalin sebelum kemudian kandas.
Di sisi lain sebagai kawan, kita melihat satu sama lain jatuh cinta dan melalui perpisahan. Perlahan sesuatu berubah ketika hubungan percintaan teman Anda semakin serius dan akhirnya mereka menikah. Seiring bertambahnya waktu, lingkaran pertemanan Anda mulai menerima kehadiran anak-anak kecil dan para lajang pun semakin berkurang. Di saat ini lah kehidupan Anda berubah selamanya.
Kendati demikian, Anda bisa saja menganggap bahwa segalanya masih tetap sama. Hubungan pertemanan tetap Anda jaga dengan berusaha untuk mengajak sahabat berjumpa. Mulanya masing-masing dapat menyesuaikan diri, namun perlahan Anda akan menyadari bahwa Anda kini menjalani hidup yang tak lagi sama. Setiap orang telah memiliki prioritasnya sendiri dan ini merupakan kenyataan pahit yang mau tak mau harus diakui.
Hubungan persahabatan yang terjalin di antara wanita sangatlah kuat. Bersama sahabat, Anda telah melalui banyak hal dan sulit rasanya untuk menyadari bahwa seseorang yang sudah sangat dekat dengan Anda kini tidak memandang Anda sebagai preferensi utamanya. Berbeda dengan hubungan percintaan yang memiliki batasan jelas, mengetahui kapan Anda harus memperjuangkan dan menyerah dalam persahabatan tidaklah mudah.
"Hidup bukanlah soal kompetisi. Rintangan yang tak terduga akan selalu datang tak peduli apakah Anda masih lajang atau telah menikah."
Situasi yang sulit seperti ini jarang diungkapkan sebab banyak orang masih menganggapnya sebagai hal yang tabu. Ada perasaan malu dan bersalah yang menyelimuti kedua belah pihak. Perasaan canggung muncul sebab Anda tidak berada di tingkat kehidupan yang sama dengan rekan Anda, terutama bila memiliki pasangan dianggap sebagai sesuatu yang istimewa. Sehingga jika belum bisa memiliki pendamping hidup, Anda akan merasa sebagai pribadi yang gagal. Dan anehnya, hal semacam ini memiliki dampak dua kali lebih berat bagi para wanita.
Sebagai wanita single, saya telah berkali-kali menghadiri pesta pernikahan, pertunangan, pesta lajang, baby showers, upacara pembaptisan, hingga ulang tahun anak-anak. Akan tetapi, perayaan hari Valentine‘s yang saya harapkan hingga sekarang masih belum terwujud. Saya pun merasa gugup ketika harus berkumpul bersama keluarga di hari raya. Tak ada pula hari Single Person yang sepadan dan penghargaan khusus yang diberikan pada Anda yang telah berjuang sendirian hingga saat ini.
Beberapa sahabat akan mengungkapkan rasa simpatinya, sementara ada orang lain merasa iri dengan kehidupan bebas yang Anda miliki. Perlu diingat bahwa hidup sebagai wanita single memiliki sisi baik dan buruk, sama seperti kehidupan dalam percintaan. Hubungan persahabatan akan bertahan dengan baik bila satu sama lain saling mendengarkan, menerima, dan menghargai Anda dalam kondisi apapun.
Satu hal lagi yang tak boleh dilupakan bahwa tidak semua orang menjadi lajang karena nasib mereka kurang beruntung. Saya lebih memilih untuk hidup sendiri, merasa bahagia untuk melakukan aktivitas sendirian dan merasa lebih nyaman dengan diri saya dibandingkan harus menghabiskan waktu bersama orang yang salah. Demikian terjadi sebab saya menganggap bahwa hubungan yang tidak dipenuhi rasa cinta dan kebahagiaan nyatanya lebih buruk dari rasa kesepian.
Hidup lajang memang memiliki tantangan tersendiri, namun sebenarnya masih ada banyak hal yang bisa Anda lakukan selagi belum ada yang membatasi. Ketika teman-teman sibuk mengurus pasangan dan anak-anak mereka, saya masih bisa melakukan apapun dan berteman dengan siapa saja yang saya suka. Saya sendiri tak ingin terlibat dalam kehidupan penuh drama, terjebak dalam mood swing, atau terlalu sering ditanya tentang apa yang sedang saya lakukan.
Kita di sini untuk menikmati hidup. Oleh karena itu, Anda harus mencoba berbagai petualangan sebanyak yang Anda bisa. Umumnya dunia akan semakin sempit ketika manusia sudah menjalin asmara, sehingga mengapa tidak berusaha untuk memuaskan hati dengan pengalaman terbaik selagi Anda masih memiliki kesempatan itu?
Meskipun saya masih sering bertemu dengan sahabat yang sudah menikah, saya masih cukup berusaha untuk membangun pertemanan yang baru. Beberapa dari mereka sudah berusia paruh baya sementara yang lain masih berusia muda. Saya senang berbincang-bincang dengan orang yang mengerti saya dan memiliki ketertarikan yang sama. Juga orang-orang yang akan bertanya tentang karir, kehidupan, impian, dan ambisi yang saya miliki (bukan sekadar pertanyaan tentang pria dan kapan saya akan menikah).
Saya kerap bepergian sendiri, mengunjungi pameran, acara, dan dialog. Saya membaca buku, mengikuti kursus, menonton film yang menarik minat saya, dan berbincang hingga larut malam bersama orang yang baru saya temui. Saya pergi ke Portugal untuk pesta malam tahun baru, berdansa hingga tengah malam di Kuba, dan melakukan pekerjaan impian di Cape Town. Saya yakin bahwa semua hal tersebut bisa dilakukan bila saya belum berkencan. Saya sering makan sendirian, bukan berarti terpaksa namun karena saya menikmatinya. Dengan demikian, saya bisa benar-benar fokus untuk menyantap hidangan yang tersaji, merasakannya, dan mengapresiasinya. Saya juga senang pergi untuk menyaksikan film di bioskop sendirian. Semua ini adalah hal yang menyenangkan bagi saya.
Sulit rasanya untuk tidak membandingkan kehidupan kita dengan orang lain, namun hidup bukanlah sebuah kompetisi. Rintangan akan selalu ada, tak peduli apakah Anda masih lajang atau sudah menikah. Menghargai setiap kondisi Anda hingga saat ini sangatlah penting sebab banyak hal tak terduga yang bisa terjadi. Sekarang mungkin Anda berada pada masa lajang namun suatu ketika Anda akan bertemu dengan sang pasangan impian. Atau Anda kini memiliki pasangan dan bisa saja berstatus single ketika Natal tiba. Tidak ada jaminan yang pasti dalam hidup Anda. Hidup diibaratkan sebagai sebuah petualangan, bukan paket hadiah liburan yang bisa sama-sama dinikmati banyak orang.
(Penulis: Kate Gill; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih bahasa: Erlissa Florencia; Foto: Courtesy of Bazaar UK)
- Tag:
- pernikahan