Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Anda Malas Olahraga? 7 Hal Ini Dapat Terjadi Pada Tubuh Anda!

Selain menambah berat badan, itu juga bisa meningkatkan risiko beberapa penyakit kronis

Anda Malas Olahraga? 7 Hal Ini Dapat Terjadi Pada Tubuh Anda!

Kebanyakan orang (mungkin termasuk Anda) setuju jika merokok atau begadang bisa memberikan efek negatif bagi tubuh. Tetapi, yang mengejutkan adalah tidak melakukan apa-apa atau tidak menggerakkan otot sama sekali, ternyata juga bisa memberikan efek negatif yang sama bagi tubuh. 

Tidak berolahraga, atau bahkan tidak melakukan aktivitas fisik, menjadi penyebab utama sebagian besar penyakit kronis, menurut sebuah penelitian tahun 2012 yang diterbitkan di jurnal The Lancet. Itulah mengapa, Anda dianjurkan untuk berolahraga setidaknya 150 menit dalam seminggu untuk intensitas sedang, dan 75 menit dalam seminggu untuk intensitas tinggi. 

Selengkapnya mengenai beberapa akibat yang dapat ditimbulkan ketika Anda tidak berolahraga. 

1. Meningkatkan risiko depresi

Tidak melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko depresi. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah studi tahun 2018 di International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, duduk selama lebih dari tiga jam sehari telah dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi. Di tahun yang sama, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Preventive Medicine Report, menemukan bahwa tidak banyak melakukan aktivitas fisik dikaitkan dengan penurunan kesehatan mental. 

Menurut Kelly McGonigal, PhD, psikolog, bersantai sejenak di ruang terbuka hijau dapat mengurangi kemungkinan stres, yang mana bisa memicu depresi. 

2. Menambah berat badan

Sebagaimana diketahui, kebiasaan makan memainkan peran yang lebih besar dalam penambahan atau penurunan berat badan. Namun, satu penelitian besar tahun 2014 yang dilakukan oleh para peneliti dari Stanford University yang diterbitkan dalam The American Journal of Medicine, orang dewasa yang tidak berolahraga atau tidak melakukan aktivitas fisik diketahui mengalami peningkatan berat badan yang cukup signifikan. 

Studi lainnya pada tahun 2017 yang diterbitkan dalam International Journal of Obesity, tidak aktif bergerak dapat mengurangi total kalori yang dibakar. Akibatnya, itu bisa memperbesar ukuran lingkar pinggang dan menambah berat badan. 

3. Meningkatkan risiko kanker

Kanker disebabkan oleh perubahan DNA di dalam sel, atau dikenal juga sebagai mutasi gen. Tidak berolahraga dapat meningkatkan risiko jenis kanker tertentu, berdasarkan sebuah laporan yang diterbitkan oleh World Health Organization.

Sebuah ulasan tahun 2017 yang diterbitkan dalam Sedentary Behaviour Epidemiology, mengaitkan antara tidak banyak bergerak dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker, seperti kanker endometrium, kanker ovarium, kanker payudara, kanker kolorektal, dan kanker paru-paru. 

Sebaliknya, aktif bergerak atau olahraga secara teratur tampaknya dikaitkan dengan penurunan risiko kanker. Dalam sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan di ​Medicine & Science in Sports & Exercise, menemukan adanya hubungan yang kuat antara lebih banyak aktivitas fisik dengan penurunan risiko beberapa jenis kanker. 

4. Meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular

Tak hanya dapat meningkatkan risiko jenis kanker tertentu, berdasarkan studi tahun 2017 dalam International Journal of Obesity, malas berolahraga juga dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. 

Latihan aerobik intensitas sedang selama 150 menit per minggu secara teratur diketahui dapat membantu meningkatkan kadar kolesterol baik dan mengurangi kadar kolesterol jahat, yang pada gilirannya dapat menjaga kesehatan jantung dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. 

5. Kesulitan tidur di malam hari

Tidak berolahraga memang dapat berdampak negatif bagi tubuh, termasuk dapat menyebabkan Anda sulit tidur di malam hari. Jika dibiarkan, hal itu tentu saja dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan di kemudian hari. 

Sebaliknya, sebuah penelitian meta analisis tahun 2017 dalam jurnal Advances in Preventive Medicine, menunjukan bahwa olahraga dapat meningkatkan durasi tidur dan kualitas tidur, yang bisa menurunkan risiko beberapa penyakit. 

6. Mencegah kehilangan memori

Setiap bagian tubuh dapat mengalami masalah penuaan, tidak terkecuali otak. Namun, para ilmuwan percaya bahwa berolahraga secara rutin dapat mencegah kehilangan memori ketika berada di usia paruh baya. 

Studi tahun 2015 dalam British Journal of Sports Medicine, latihan aerobik dapat mencegah kehilangan volume pada hipokampus, yakni bagian otak yang berfungsi mengatur memori yang bisa menyusut seiring bertambahnya usia, sehingga dapat mencegah kehilangan memori. 

Memperkuat temuan sebelumnya, studi lainnya dalam jurnal Neurology, orang yang rutin berolahraga diketahui memiliki memori, keterampilan motorik, kemampuan fokus, dan pengendalian emosi yang lebih baik dibandingkan orang yang tidak rutin berolahraga. 

Berdasarkan studi terbaru tahun 2020 yang diterbitkan di Mayo Clinic Proceedings, latihan aerobik dapat membantu memperlambat penuaan otak dan mencegah penurunan kemampuan kognitif. Dengan kata lain, rutin berolahraga akan mencegah penurunan fungsi otak yang bisa menyebabkan demensia, penurunan memori, dan penurunan kognitif. 

7. Menyebabkan lonjakan kadar gula darah

Malas berolahraga dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Seperti yang dibuktikan dalam sebuah penelitian tahun 2012 di Journal Medicine & Science in Sports & Exercise, tidak berolahraga dapat membuat tubuh tidak mampu memproses karbohidrat dengan baik, sehingga dapat mengganggu kontrol kadar gula darah. 

Menurut John Thyfault, asisten profesor di Departemen Nutrisi dan Fisiologi di University of Missouri, bahkan dalam jangka pendek, mengurangi aktivitas fisik atau menghentikan olahraga rutin dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah, yang bisa meningkatkan risiko diabetes.

Sebaliknya, berdasarkan sebuah studi tahun 2013 yang diterbitkan dalam jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology, bahkan hanya dengan melakukan satu kali olahraga ringan dalam seminggu dapat memperbaiki cara tubuh mengatur glukosa darah, yang dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2.

(Teaser by Cottonbro on Pexels)