Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Yura Yunita Mendefinisikan Apa Arti Cinta & Musik Bagi Dirinya

"Ternyata mengejar kesempurnaan itu tidak akan ada habisnya sampai akhirnya kita bisa belajar untuk menerima diri kita apa adanya dan seutuhnya," tutur Yura.

Yura Yunita Mendefinisikan Apa Arti Cinta & Musik Bagi Dirinya
(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)

Bukan pemain baru di industri tarik suara Tanah Air, nama Yura Yunita memang tak hanya dikenal dengan gaya bernyanyi yang khas namun juga kepiawaiannya dalam menggubah lagu. Baru saja merilis album terbaru, album ketiganya ini memang terasa lebih spesial, terutama lagu dengan judul Tutur Batin

Lagu Tutur Batin sendiri menjadi salah satu dari sekian banyak karyanya yang Bazaar kagumi. Jika boleh jujur, masih ingat betul saat pertama kali saya mendengar lagu ini diputar di radio, sekadar mengagumi alunan nadanya yang terasa menyejukkan, namun persepsi itu berubah seutuhnya ketika saya benar-benar meluangkan waktu dan menyimak untaian liriknya secara saksama. Alih-alih menciptakan lagu yang kebanyakan berbicara mengenai ekspresi cinta yang ditujukan kepada orang lain, menariknya Yura menujukan lagu ini kepada dirinya sendiri. 

Sontak berbagai pertanyaan pun mulai memenuhi benak, dan mujurnya saya di sela-sela pemotretan dengan Bazaar siang itu, perempuan kelahiran kota Bandung ini bersedia meluangkan waktu sejenak untuk menjawab berbagai keingintahuan Bazaar. Mulai dari arti musik baginya, persepsinya akan cinta, hingga bagaimana perjalanan healing yang sempat ia lakukan menjadi titik balik kehidupannya, termasuk pula menjadi inspirasi utama bagi dirinya dalam melahirkan beberapa karya di album terbarunya.

Mari simak percakapan Bazaar bersama Yura Yunita di bawah ini:

Apa arti musik bagi seorang Yura Yunita?

Musik bagi saya adalah my safe place and my safe space karena lewat musik saya benar-benar bisa mencurahkan segala bentuk emosi yang saya rasakan yang mungkin bagi saya dulu tak mudah untuk diungkapkan kepada orang lain. Tetapi lewat musik, saya merasa aman dan nyaman untuk mencurahkan semua bentuk perasaan baik itu marah, sedih, kesal, kecewa, bahagia, semua dapat saya utarakan lewat musik dan bisa saya nikmati lewat musik. 

(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)
(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)

Sejak kapan Anda menyadari bila musik telah menjadi bagian penting dari diri Anda?

Saya rasa saat usia 5 tahun, tepatnya ketika saya ingat waktu pertama kalinya saya memberanikan diri melantangkan suara di depan semua keluarga besar. Saya bernyanyi sekeras mungkin dengan diiringi alunan piano yang bahkan kala itu saya belum bisa bermain melodi piano. Tetapi dengan keberanian yang besar, saya memberanikan diri untuk bernyanyi.

Dan yang tidak akan saya lupakan adalah momen saat melihat tatapan hampir semua keluarga besar ketika mereka menatap saya, saya merasakan hangatnya suasana tersebut, merasakan hangatnya apresiasi dari keluarga besar, merasakan kembali hangatnya tepuk tangan mereka. Ada perasaan bangga yang begitu besar dari diri saat mereka mendengarkan suara saya, itu sepertinya menjadi momen pertama kali saya merasakan inilah jalan hidup saya, musik membuat saya merasa spesial dan saya sangat menikmati perasaan tersebut.

Music is definitely my passion.

Dari manakah biasanya Anda mendapatkan inspirasi melahirkan karya-karya musik?

Utamanya dari kejadian pribadi saya, sama seperti album terbaru saya, Tutur Batin. Saya berani mengutarakan semua inner voice saya lewat musik, dari pengalaman pribadi, dan juga dari pengalaman-pengalaman orang-orang yang ada di sekitar saya. Jadi benar-benar dari pengalam sendiri dan orang-orang yang saya cintai.

(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)
(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)

Apakah Anda percaya bahwa musik dapat menyembuhkan luka batin para pendengarnya?

Sangat percaya, karena dengan musik yang saya ciptakan sendiri, saya bisa merasa disembuhkan oleh diri saya sendiri, kata-kata positif yang saya utarakan dapat menyembuhkan diri, kata-kata keluhan yang saya tulis dalam lirik pun juga bisa menguatkan saya dan membuka persepsi bahwa ini adalah sebuah luka batin yang saya lantangkan sekeras-kerasnya, ternyata semakin lantang saya berdamai, beriringan dengan luka batin tersebut, saya merasa pada akhirnya semuanya baik-baik saja dan tak semenakutkan yang saya bayangkan. 

Selain itu saya juga merasa dengan musik kita juga menjadi tidak merasa sendirian. Itu dari sisi saya pencipta musik dan yang menyanyikannya dengan selantang mungkin. 

Jujur, saya masih vulnerable, masih sangat rapuh, tapi beruntungnya bisa dikuatkan dengan musik saya sendiri, saat saya menyanyikannya saya merasa saya tak sendiri. Hal ini juga terlihat dari direct message dan comment-comment di YouTube yang terus mengalir. Saya melihat dan akhirnya menyadari bahwa bukan hanya saya saja yang merasakan ini, semua manusia pasti merasakan hal yang sama. Saya jadi merasa punya teman. Dan ini tak hanya berlaku untuk musik saya sendiri, tetapi juga karya musik orang lain, ini juga mampu menguatkan bagi saya.

"Ternyata mengejar kesempurnaan itu tidak akan ada habisnya, hingga akhirnya kita bisa belajar untuk menerima diri kita apa adanya dan seutuhnya."

(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)
(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)

Akhir-akhir ini Anda juga banyak menarik perhatian lewat program healing yang dijalani. Lantas adakah pesan yang dapat Anda bagikan kepada pembaca Bazaar yang saat ini menjalani perjuangan yang sama dengan yang Anda?

Jika boleh jujur, saya pun juga masih belajar hingga tahap ini, tetapi bagi Anda semua yang mungkin saat ini juga sedang berada di titik yang sama dengan saya, mulailah untuk sharing dengan seseorang, karena ternyata yang bisa menyembuhkan saya awalnya adalah memberanikan diri untuk bercerita kepada orang lain segala perasaan dan ganjalan hati. Karena ternyata sharing is caring, saat kita sharing kita merasa diri tidak sendiri dan ternyata mengejar kesempurnaan itu tidak akan ada habisnya sampai akhirnya kita bisa belajar untuk menerima diri kita apa adanya, seutuhnya, dan saya juga belajar bahwa yang namanya healing itu adalah sebuah lifeline process, proses yang tidak akan berhenti sampai seumur hidup kita. 

Sekarang tak sedikit orang menggunakan istilah healing untuk mendefinisikan arti liburan, tapi sejauh mana Anda healing, sampai ke ujung dunia manapun jika hati Anda tetap kosong itu semua tidak ada artinya. Yang harusnya Anda cari dan tujuannya adalah diri Anda sendiri, karena ternyata yang terbaik bisa ditemukan di diri Anda sendiri. Jadi jawabannya hanya ada di dalam diri kita sendiri. 

Jika harus memilih satu lagu yang hanya bisa Anda dengarkan seumur hidup Anda, lagu apa dan mengapa Anda memilih lagu tersebut?

Saya senang sekali mendengarkan lagu dengan lirik-lirik positif, dan lagu dari Kirk Franklin berjudul Love Theory adalah lagu favorit saya. Walaupun tempo lagunya upbeat, lagu ini bercerita tentang kecintaan kita pada Tuhan, rasa bagaimana kita berterima kasih dengan Tuhan. Setiap mendengar lagu ini, pasti akan membuat saya sangat happy dan juga bisa menjadi mood booster. Jadi setiap pagi tak pernah absen saya memutar lagu ini berulang-ulang sebelum memulai hari.

"Cinta bagi saya adalah saat puja puji sudah lagi bukan tentang kata-kata..."

(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)
(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)

Di bulan penuh cinta ini, apa definisi cinta bagi Anda?

Cinta bagi saya adalah saat puja puji sudah lagi bukan tentang kata-kata, hanya dengan mata kita yang berbicara kita sudah tahu kalau itu rasanya cinta dan saat kita selalu berjanji untuk bersama tanpa perlu mengucapkan kata-kata janji tersebut. 

Anda pernah mengikuti ajang pencarian bakat, apa pelajaran yang dapat Anda petik dari pengalaman berharga tersebut?

Hidup adalah proses, dan setiap proses yang kita jalani adalah sebuah kesempatan. Jadi awalnya sebetulnya saya tidak terpikir untuk mengikuti ajang tersebut, namun karena saya diundang untuk ikut di ajang tersebut,  dan ternyata yang awalnya hanya iseng-iseng saja, tetapi di situlah mungkin memang Tuhan juga sudah punya rencana baiknya. Waktu dalam ajang pencarian bakat tersebutlah, saya kemudian dipertemukan dengan Kak Glenn Fredly dan ternyata dari situ juga jalan saya terbuka. Dari sana saya bertemu dengan banyak kesempatan yang luar biasa, banyak sekali pelajaran hidup yang saya temukan dari Kak Glenn, dan ternyata pertemuan saya dengan Kak Glenn menguatkan saya dan membentuk saya menjadi Yura yang sekarang. 

(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)
(Agus Santoso Yang- NPM Photography for Harper's Bazaar Indonesia)

Apa harapan yang Anda inginkan dari karya musik bagi orang-orang yang menikmati musik ciptaan Anda?

Harapan dari karya musik yang sudah saya telurkan, khususnya dari lagu Tutur Batin ini adalah semoga yang mendengarkan lagu ini menjadi punya “teman” saat mungkin sedang merasa sedih, resah, atau mungkin juga bisa tersembuhkan dengan pengalaman-pengalaman pahit yang pernah saya alami. Mudah-mudahan lagu ini bisa menguatkan Anda semua lewat pengalaman luka batin yang pernah saya alami dan torehkan dalam lirik lagu ini. 

Last but not least, what’s next for Yura Yunita?

Karena baru saja merilis album ketiga, jadi saya sangat rindu sekali akan atmosfer bertemu dan berinteraksi langsung dengan penggemar setia saya, untuk itu saya sedang mempersiapkan sebuah konser yang rencananya akan dilangsungkan di beberapa kota di Indonesia, bertajuk Pertunjukan Tutur Batin, doakan semoga lancar di tengah keadaan seperti ini supaya kita semua dapat bertemu langsung kembali karena saya merindukan kesempatan untuk bercerita heart to heart, langsung tatap mata. Itu yang kira-kira sedang saya persiapkan. 

Nantikan juga cerita lengkap Yura Yunita yang spesial berbgai kepada Bazaar cerita mengenai perjalanan penyembuhan batinnya mulai dari akar permasalahan yang sebetulnya belum diselesaikan, bagaimana dirinya memaafkan orang-orang yang mungkin menutup pintunya dalam kolom Real Story yang akan tayang di edisi Harper's Bazaar Indonesia edisi Maret 2022. 

Portofolio ini:
Fotografer: Agus Santoso Yang -NPM Photography
Fashion Editor: Astrid Bestari
Interviewer: Janice Mae
Makeup: Ferry Fahrizal
Hair: Eka Sari Wahyuni
Wardrobe: Nila Baharuddin & Studio Jeje
Accessories: Christin Wu
Asst. Fotografer: Michael
Retoucher: Edward Gunawan
Lokasi: Caspar Jakarta – Spanish Restaurant & Cocktail Bar, The Orient Hotel Jakarta