Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

15 Film yang Wajib Ditonton dari Sundance Film Festival Tahun Ini

Ditambah tujuh honorable mention yang patut untuk Anda ketahui.

15 Film yang Wajib Ditonton dari Sundance Film Festival Tahun Ini

Gelombang musim dingin Omicron menegaskan hal yang tak terhindarkan: Festival Film Sundance 2022 tidak akan berlangsung secara langsung di Park City, Utah. Terlepas dari semua langkah keamanan yang berusaha untuk diberlakukan, tidak akan ada antrean yang tak terbayangkan, pemutaran film, pesta larut malam, atau berlari melewati hujan salju lebat tahun ini. Namun sebagai gantinya, kita semua dapat menyaksikan Sundance dari kenyamanan sofa masing-masing dan didukung oleh platform streaming persembahan sang festival dan antusiasme komunal penonton untuk memanfaatkan pesta sinematik tahunan yang tiada taranya.

Baca juga: Sundance Film Festival Asia Pertama akan Dihadirkan di Indonesia pada Tahun Ini

Menjelang puncak perayaan yang dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 20 dan 30 Januari, edisi tahun ini adalah tentang perayaan yang luar biasa. Dipenuhi dengan film horor dan thriller, Sundance Film Festival 2022 membuktikan bahwa ia selalu mencakup segala faktor secara menyeluruh, menawarkan pilihan film fitur dan dokumenter yang mengesankan tentang berbagai tema dan topik, termasuk hak reproduksi, kekerasan polisi, hutang pelajar, catatan rasisme historis dan masa kini.

Di antara 51 film yang telah Bazaar kurasi, berikut adalah 15 film terbaik yang Bazaar favoritkan di Sundance tahun ini, dengan tujuh honorable mention yang layak untuk disimak.

1. A House Made of Splinters

Dalam banyak momen yang menyayat hati dari film A House Made of Splinters, film dokumenter intim karya Simon Lereng Wilmont ini mengangkat kisah tentang panti asuhan yang tidak biasa di Ukraina Timur, anak-anak terlantar yang diam-diam melirik ke luar angkasa. Menggambarkan pertempuran yang tidak seharusnya dihadapi oleh anak-anak, Simon mengikuti sekelompok dari mereka saat mereka menavigasi isu pengabaian orang tua dan sistem yang tidak sempurna dari negara yang dilanda perang menuju masa depan yang tidak pasti. Tetapi setidaknya di bawah asuhan kelompok yang tak kenal lelah yang mengorbankan pekerja sosial. Dengan kamera yang terasa mencekam namun sederhana, Simon membuktikan bahwa ia benar-benar mendapatkan kepercayaan dari subjek kecilnya tentang kekhawatiran kolosal. Suatu prestasi di berbagai tingkatan yang menyangkut pembuatan film yang luar biasa dan humanisme yang patut dicontoh.

2. A Love Song

Sebuah romansa yang tenang dengan penyampaian yang halus, A Love Song karya minimalis dari Max Walker-Silverman merayakan jenis kerinduan manusia yang terasa spesifik, yang muncul di akhir kehidupan yang meliputi penyesalan, kesepian, dan rangkaian tak berujung dari masalah "bagaimana jika". Masih terkait dengan Nomadland's Fern, Dale Dickey yang berperan sebagai Faye adalah seorang penghuni camper-van yang cerdik yang menunggu kekasih masa kecilnya, Lito (Wes Studi) untuk bergabung dengannya di perjalanannya menaklukkan pegunungan. Namun apa yang coba dikemukakan oleh Max di sini adalah sepotong potret Americana yang damai dan hampir sunyi, yang membeku dalam ruang dan waktu dengan keindahan dan gerakan anggunnya, tetapi masih dihiasi dengan kebiasaan halus dan serangkaian karakter sampingan yang aneh. Baik Dale maupun Wes menghadirkan pertunjukan spiritual yang mendalam, menyelaraskan tatapan dan gerakan tubuh mereka dalam tarian yang menahan rasa sakit selama berabad-abad melawan sesuatu mistis dair alam.

3. After Yang

Karya kedua dari penulis-sutradara Kogonada memberi gaya visi masa depan yang sangat unik, dengan teknologi yang ada, ia justru mencoba menghancurkan gagasan tentang hubungan manusia. Dengan semangat itulah cerita keluarga sentral dari film ini (yan dipimpin oleh Colin Farrell) mencoba berdamai dengan hilangnya barang android berharga mereka bernama Yang, sebuah robot android pendamping hidup tercinta bagi putri angkat mereka. Secara estetika film ini memang sangat menyenangkan dan tepat seperti debut pembuat film yang sangat luar biasa dari Columbus serta refleksi yang tenang pada ingatan dan kesedihan. After Yang adalah film sci-fi yang meditatif dengan pesan penuh perasaan dan penyelidikan eksistensial yang luar biasa. Seseorang dapat dengan mudah menikmati irama tenangnya yang mengingatkan pada Yasujirō Ozu sambil merenungkan, “Bagaimana jika saya benar-benar dapat melihat ke dalam hati dan pikiran orang yang dicintai?”

After Yang akan dirilis oleh A24 segera.

4. All That Breathes

Sisi humanis terlihat diproyeksikan dengan sangat luar biasa dalam film All That Breathes. Mengangkat potret observasional dari Shaunak Sen tentang dua saudara Muslim yang didedikasikan untuk menyelamatkan burung di tengah kekacauan sosial, politik, dan lingkungan yang terjadi New Delhi. Ini adalah ekosistem yang tercemar yang sangat kompleks dan kacau, yang sangat sulit dibayangkan bagi manusia dan satwa liar. Mengadopsi keterkaitan alam dan manusia sebagai prinsip panduan, potret cinta Shaunak (yang adalah salah satu pemenang Grand Jury Prize tahun ini) menekankan filosofi ini tidak hanya melalui tindakan subjeknya, tetapi juga lewat kata-kata mereka. “Hidup itu sendiri adalah kekeluargaan,” ucapnya. Kami adalah satu komunitas yang menghirup udara yang sama terlepas dari negaranya. Shaunak menggali sesuatu yang puitis dalam pengabdian saudara-saudaranya yang lain saat mereka merawat kaki yang patah atau dengan lembut memandikan spesies raptor yang tertekan. Ini menjadi momen merayakan secercah harapan.

5. Cha Cha Real Smooth

Di atas kertas, karya terbaru Cooper Raiff dari grup indie darling-du-jour muda adalah tentang kesialan seorang lulusan perguruan tinggi yang baru saja beranjak dewas. Walaupun mungkin terdengar seperti imajinasi cerita di Sundance yang biasa-biasa saja, tapi percayalah hype seputar pemenang Audience Award yang anggun ini layak untuk disaksikan. Sebuah film yang menyorot sisi yang berhati besar dan sangat dewasa membahas seputar konsep-konsep berat seperti keluarga, identitas, cinta, dan penyakit mental melalui kisah seorang bernama Cooper yang tidak bisa tampaknya menginisiasikan pestanya sendiri menuju kedewasaan. Turut dimeriahkan oleh penampilan Leslie Mann yang optimis dan manis, Dakota Johnson yang melankolis, dan aktor pendatang baru yang sensasional Vanessa Burghardt. Aktor yang mengidap autisme ini mampu menghipnotis para penonton di depan layar dengan film yang bergenre pro-romance. Dikemas dalam nuansa yang halus dan terasa murni, film ini akan membuat pernyataan pamungkas tentang gagasan belahan jiwa, berkabung tentang tragedi melepaskan seseorang.

Cha Cha Real Smooth akan dirilis oleh AppleTV+ segera.

6. Descendant

Kebenaran tidak akan pernah dapat dihapus menurut film karya Margaret Brown bertajuk Descendant. Mengikuti kisah para penduduk Africatown dekat Mobile, Alabama, yang selama beberapa generasi telah mewariskan fakta tidak tertulis tentang nenek moyang mereka yang diperbudak. Mereka kemudian dipaksa untuk pinda ke sebuah wilayah pada tahun 1860 dengan kapal Clotilda ilegal yang dilakukan patriark keluarga Meaher yang menghancurkan semua bukti serta keturunannya yang masih memegang kekuasaan di daerah tercemar yang dipenuhi penyakit mematikan. Dengan rasa ingin tahu yang kuat, Margaret mempelajari ketabahan dan karakteristik para Africatown saat sisa-sisa Clotilda akhirnya ditemukan, membawa rasa lega dan validasi historis bagi penghuninya. Mungkin ini menjadi salah satu film Sundance yang paling menghantui, subjek Descendant mengambil sisi visual dari Clotilda dalam keheningan total, merenungkan kengerian yang harus dirasakan oleh para nenek moyang mereka. Sebuah film yang menggelisahkan batin dengan detail yang abadi, Descendant pasti akan menjadi salah satu penerima penghargaan utama di  tahun 2022.

Descendant akan dirilis oleh Netflix bersama dengan Obama's Higher Ground Productions segera.

7. Fire of Love

Dengan irama unik New Wave, Fire of Love karya Sara Dosa akan membuktikan bahwa tidak ada yang bisa menceritakan romansa yang berapi-api lebih baik daripada suara halus Miranda July yang lembut. Memetakan kisah hidup yang luar biasa namun bernasib buruk dari seorang ahli vulkanologi Prancis yang penuh gairah bernama Katia dan Maurice Krafft selama dua dekade melalui rekaman arsip yang menakjubkan tentang gunung yang meledak dan tanah yang bermetamorfosis. Film dokumenter persembahan Sara hadir dalam wujud yang menyenangkan serta untuk menghormati keajaiban planet kita lengkap dengan kegilaan yang memikat hati dan cinta. Dengan selera humor yang tajam, beberapa citra (dan topi merah) di sini menunjukkan bahwa film ini setara dengan Becoming Cousteau yang menjadi favorit Bazaar. 

Fire of Love akan dirilis oleh National Geographic Documentary Films segera.

8. Good Luck to You, Leo Grande

Sebuah film yang dibintangi Emma Thompson dan dirinya berperan sebagai janda yang mencari seks? Anda tentu sudah bisa merasakan aura drama positif seks yang sungguh-sungguh berdasarkan dari premis ini saja! Syukurlah, film karya Sophie Hyde yang membahas tentang seksualitas perempuan dan hubungan manusia dengan luar biasa menjadi landasan yang kuat. Menawarkan alternatif yang menyegarkan untuk karya-karya dari bioskop arus utama, film ini tampak sangat berani menekankan kompleksitas orgasme perempuan. Kita sudah tahu bahwa Emma adalah harta berharga yang sangat ditunggu-tunggu untuk nominasi Oscar berikutnya. Tetapi perhatikan juga lawan mainnya, Daryl McCormack dari Peaky Blinders, dalam peran tituler sebagai pensiunan guru sekolah pekerja seks profesional yang dipekerjakan Emma untuk memuaskannya. Hanya masalah waktu hingg ia menjadi bintang Hollywood berikutnya dengan kemampuan akting yang mumpuni.

Good Luck to You, Leo Grande akan dirilis di Hulu oleh Fox Searchlight segera.

9. Master

Memadukan elemen horor sosial dengan supernatural secara elegan, film persembahan Mariama Diallo dengan mudah menjadi salah satu fitur debut paling mengesankan dari festival tahun ini. Berkaca pada kejahatan sejarah, rasisme masa kini, dan tanah yang telah mereka ditempati selama berabad-abad, Mariama mengikuti kisah tiga wanita kulit hitam (seorang siswa yang baru, seorang profesor sastra, dan seorang Master rumah yang baru) di sebuah perguruan tinggi fiksi New England yang dihantui oleh bayangan pengadilan penyihir Salem, dengan fasih ketiganya menjalin tantangan mereka y dalam menghadapi pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang kulit putih yang tak terhitung jumlahnya. Dibuat oleh pembuat film yang jelas mahir dalam aspek visual dan psikologis horor, karya ini juga semakin terasa dielevasi berkat kehadiran Regina Hall dalam jajaran pemain. Dipastikan Mariama adalah bakat baru yang tak kenal gentar dan karyanya layak untuk ditonton.

Master akan dirilis oleh Amazon Studios di Prime Video pada 18 Maret 2022.

10. Mija

Debut pembuat film Isabel Castro secara spesifik membahas mengenai dua generasi orang berdarah Amerika Latin yang berada di tengah keluarga yang kompleks dengan kasih sayang yang tak terbatas. Salah satunya adalah karakter manajer musik asal California berusia 20-an. Sedangkan yang satu lagi merupakan seorang musisi muda dari Texas yang berharap untuk menemukan terobosan besarnya. Melalui kisah-kisah mereka yang saling terkait dan banyak dipenuhi dengan latar musik yang kuat, Isabel dengan penuh kasih memetakan kisah yang penuh semangat di sekitar garis patahan Impian Amerika, menghormati rakyatnya dan keluarga generasi pertama mereka yang tangguh sementara harapan dan impian mereka saling berbenturan namun di satu sisi juga sinkron. Pada akhirnya, Mija adalah kisah valentine yang menyakitkan hati terutama untuk para pekerja keras, imigran tidak berdokumen, serta untuk memamerkan validasi penuh kasih dari tekanan yang dirasakan keturunan kelahiran Amerika di jalan mereka menuju mendapatkan kewarganegaraan yang diperoleh dengan susah payah dari orang tua mereka. Walaupun terasa umum pengalaman cerita yang diangkat, namun mirisnya masih sedikit ide cerita tersebut diangkat di bioskop Amerika.

11. Navalny

Mereka tak lagi membuat cerita spionase seperti dulu. Dan inilah Navalny, yang dapat dengan mudah dianggap sebagai thriller politik Costa-Gavras atau bab Bourne berikutnya. Memang, film dokumenter karya Daniel Roher tentang pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny memiliki semua bahan yang diperlukan, mulai dari kasus misterius keracunan yang sangat fatal, jaringan preman sewaan, hingga Vladimir Putin sebagai pemimpin tirani di balik semua itu. Imbuhan lain yang tak kalah mengejutkan untuk jajaran tahun ini adalah film karya Daniel yang mengangkat isu ekonomi yang mengejutkan, pemahaman yang tajam tentang apa yang membuat hiburan yang menarik, serta adegan panggilan telepon yang akan mengecam Anda secara langsung. Sementara setiap karakter film yang penuh warna memetakan petunjuk untuk membuktikan keterlibatan Kremlin dalam percobaan pembunuhan Navalny, Daniel akan membuat Anda tertarik dan peduli tentang mereka semua sebagai manusia dan tokoh politik dengan hati dan moral mereka. 

Navalny akan dirilis oleh CNN Films dan HBO Max segera.

12. Palm Trees and Power Lines

Potret tegas dari Jamie Dack tentang seorang remaja biasa dalam bahaya yang tenang mencuri perhatian sebagai karya film yang paling menakutkan dari antara semuanya. Pemenang Penghargaan Directing Awards tahun ini dalam ktegori Drama AS, Jamie mengikuti kisah Lea yang berusia 17 tahun dan memiliki kepribadian yang sensitif saat ia jatuh ke tangan pemangsa yang jauh lebih tua (Jonathan Tucker) yang memberinya makan dan kehidupan. Berpusat pada cerita Lily McInerny yang sangat jujur dan matang secara bertahap yang mengingatkan kita pada sosok Amanda Seyfried versi lebih muda, Palm Trees and Power Lines akan membawa Anda ke suatu tempat yang bahkan lebih gelap daripada Fish Tank karya Andrea Arnold, dengan pertanyaan berani tentang gagasan persetujuan dan catatan perpisahan yang menyayat hati yang terasa seperti jeritan yang tersangkut di tenggorokan.

13. Piggy

Film terbaik dari kategori Midnight section tentu Piggy yag sensasional karya Carlota Pereda. Sebuah film thriller yang dikalibrasi dengan cermat tentang kekacauan yang meningkat dengan banyak adegan darah, film ini mengikuti kisah seorang remaja yang mengalami obesitas yang tinggal di pedesaan Spanyol. Ia memiliki kepribadian tertutup dan seorang penyendiri yang disiksa tanpa henti karena selalu menjadi sasaran empuk gadis-gadis kurus di sekolahnya, tetapi suatu hari ia diselamatkan oleh seorang pria misterius yang rupanya merupakan seorang pembunuh berantai. Di bawah panas terik musim panas dan melalui labirin berduri yang mengeluarkan sisi agresif sang karakter, Carlota membuat studi karakter mengejutkan yang mempertanyakan pertanyaan besar seputar moralitas, kesedihan, balas dendam, dan keadilan. Laura Galán yang memerankan karakter muda yang tersiksa dengan mudah memberikan salah satu pertunjukan paling berkesan tahun ini.

14. Speak No Evil

Memiliki kepribadian yang sangat sopan juga bisa menjadi hal yang berbahaya, dan mirisnya keluarga inti di film Speak No Evil  telah belajar dari pengalaman langsung. Sebuah film bergenre horor-thriller yang melelahkan (tapi dengan cara yang menarik) tentang kebodohan sosial yang merajalela dan obstruktif memprioritaskan kesopanan di atas segala hal. Film persembahan Christian Tafdrup yang menarik namun kejam akan membuat Anda gila dengan gigihnya karakter Michael Haneke melalui kisah dua keluarga Eropa yang hampir tidak mengenal satu sama lain namun menghabiskan akhir pekan yang panjang dan canggung bersama di hutan. Dari karyanya, Christian pun mencoba untuk menegaskan bahwa nasihat orang tua kuno memang sangat bagus dan ampuh: Jangan pernah bicara dengan orang asing.

Speak No Evil akan dirilis oleh Shudder segera.

15. Watcher


Disusun dan bergaya estetika elegan, film thriller karya Chloe Okuno yang eksentrik berjudul Watcher memang terasa seperti artefak dari era yang berbeda. Lebih lanjut Cloe pun tidak memilih genre thriller erotis di sini, dan sebaliknya membentuk sesuatu yang mengingatkan kita semua pada karya Alfred Hitchcock, David Fincher, dan Roman Polanski pada standar yang sama, dengan gema yang dapat didengar dari Repulsion dan Seven memantul melalui dinding dan lorong interiornya yang canggih. Sekali lagi diikuti dengan kejamnya dari karakter Maika Monroe dari It Follows, ia berperan sebagai wanita yang berada dalam bahaya yang tidak akan dipercaya oleh siapa pun. Ditinggalkan tanpa sumber daya selain intuisinya sendiri, Rumania Monroe menavigasi kota asing  dan terhambatan dengan perbedaan bahasa untuk memperjuangkan hidupnya sendiri melawan penjahat.

Watcher akan dirilis oleh IFC Midnight dan Shudder segera.

16. Honorable Mentions

Emergency, Emily the Criminal, Fresh, God’s Country, Happening, Living, Riotsville, U.S.A.

Baca juga:

Passing: Film yang Menghebohkan Festival Film Sundance Ini Mungkin akan Tayang di Netflix

Chris Martin Membuat Cameo Tak Terduga Selama Wawancara Zoom Kekasihnya, Dakota Johnson


(Penulis: Tomris Lafely; Artikel ini disadur dari Bazaar US; Alih Bahasa: Janice Mae; Foto: Courtesy of Bazaar US)