Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Padel dan Pengaruhnya sebagai Olahraga Sosial yang Sedang Naik Daun

Perhitungan taktik, mengolah kesabaran, dan gerakan yang dinamis menjadi kunci keberhasilan dalam bermain padel. Bagaimana pendapat para praktisi padel tentang teknik, antusiasme masyarakat, dan masa depan olahraga ini?

Padel dan Pengaruhnya sebagai Olahraga Sosial yang Sedang Naik Daun

Permainan cepat, ritme dinamis, dan interaksi sosial yang kuat membuat padel kian digemari di Indonesia. Lebih dari sekadar olahraga raket, padel menawarkan pengalaman yang terasa inklusif dan sosial, sekaligus menantang secara teknis melalui kombinasi strategi, kesabaran dalam menentukan timing, serta enjoyment yang mudah diakses berbagai kalangan. Popularitasnya yang melonjak pun memunculkan pertanyaan: apakah padel hanya akan menjadi tren sesaat, atau justru bertahan sebagai olahraga jangka panjang?

BACA JUGA: Ukuran Lapangan Padel yang Harus Anda Tahu

Rasa penasaran itulah yang membawa Harper’s Bazaar Indonesia mempertemukan Mochtar Sarman, perwakilan Perkumpulan Besar Padel Indonesia dan Zar Lasahido, pemain sekaligus pelatih padel. Dari pembahasan teknik bermain hingga ekosistem yang tengah dibangun, perbincangan ini membuka gambaran utuh tentang mengapa padel begitu cepat diterima masyarakat Tanah Air. 

Menurut Mochtar Sarman, salah satu kekuatan utama padel terletak pada entry barrier yang rendah. Banyak orang bisa langsung bermain tanpa perlu bekal teknik yang rumit. Cukup diberi raket dan bola, pemain sudah bisa merasakan keseruan permainan sejak awal. Format permainan yang selalu berpasangan juga terasa selaras dengan kultur masyarakat Indonesia yang gemar beraktivitas sosial.

Zar Lasahido menambahkan, ukuran lapangan yang relatif kecil membuat pemain cepat merasa “bisa” dan berkembang. Kombinasi antara unsur fun, interaksi sosial, dan progres yang terasa cepat inilah yang membuat banyak orang ketagihan untuk kembali ke lapangan tanpa merasa terintimidasi.

Ketika permainan mulai dipahami lebih dalam, perbedaan gaya bermain antara pria dan wanita kerap menjadi topik yang menarik. Zar melihat perbedaan tersebut umumnya dipengaruhi oleh faktor fisik. Pemain pria cenderung memiliki pukulan yang lebih keras dan memilih pendekatan menyerang, sementara pemain wanita sering bermain lebih taktis dan mengandalkan kesabaran.

Mochtar sepakat bahwa padel pada dasarnya adalah permainan yang menuntut kontrol dan kesabaran, sehingga perbedaan gender tidak terlalu mencolok dalam praktiknya. Strategi, kerja sama dengan pasangan, serta kemampuan membaca permainan justru menjadi faktor yang lebih menentukan dibanding kekuatan semata.

Ketika permainan mulai dipahami lebih dalam, perbedaan gaya bermain antara pria dan wanita kerap menjadi topik yang menarik. Zar melihat perbedaan tersebut umumnya dipengaruhi oleh faktor fisik. Pemain pria cenderung memiliki pukulan yang lebih keras dan memilih pendekatan menyerang, sementara pemain wanita sering bermain lebih taktis dan mengandalkan kesabaran.

Mochtar sepakat bahwa padel pada dasarnya adalah permainan yang menuntut kontrol dan kesabaran, sehingga perbedaan gender tidak terlalu mencolok dalam praktiknya. Strategi, kerja sama dengan pasangan, serta kemampuan membaca permainan justru menjadi faktor yang lebih menentukan dibanding kekuatan semata.

Seiring berkembangnya minat bermain, pembahasan pun mengarah pada pola pelatihan. Dalam konteks coaching, Zar menegaskan bahwa coaching tidak seharusnya dibedakan berdasarkan gender. Fokus utama justru pada karakter individu. Ia mengamati bahwa banyak pemain wanita kurang percaya diri bermain di dekat net, padahal sebagian besar poin justru tercipta di area tersebut. Sebaliknya, pemain pria sering terlalu berambisi melakukan smash tanpa mempertimbangkan strategi. Di sinilah peran pelatih menjadi penting: membantu pemain memahami kapan harus agresif dan kapan perlu bersabar.

Rasa ingin kembali ke lapangan, menurut Mochtar, sering kali dipicu oleh keinginan memperbaiki teknik dan memahami kesalahan permainan sebelumnya. Ada kepuasan tersendiri ketika pemain merasa progresnya sedikit demi sedikit meningkat.

Bagi Zar, daya tarik itu juga datang dari pengalaman sederhana yang terasa rewarding. Momen ketika bola berhasil dikembalikan dengan baik, ditambah suasana bermain yang hangat dan sosial, membuat padel terasa menyenangkan tanpa tekanan berlebihan. Elemen-elemen ini menciptakan ikatan emosional antara pemain dan permainan itu sendiri.

Banyak pemula datang ke lapangan dengan asumsi bahwa padel adalah olahraga yang sulit. Namun setelah mencoba, mereka sering terkejut karena ternyata bisa langsung bermain dan menikmati permainannya. Progres yang terasa cepat ini memicu rasa ingin berkembang lebih jauh.

Mochtar menyoroti peran komunitas dalam proses tersebut. Semakin matang komunitas yang diikuti seorang pemain, semakin besar pula dorongan untuk meningkatkan skill. Kehadiran turnamen amatir hingga profesional juga menjadi motivasi tambahan bagi pemain untuk berlatih secara konsisten dan terarah.

Latihan rutin tentu menjadi fondasi utama dalam perkembangan pemain. Zar menekankan pentingnya keseimbangan antara teknik, kekuatan fisik, dan kesiapan mental. Namun Mochtar menambahkan satu elemen krusial yang sering terlewat: kemauan untuk belajar.

Pemain yang open-minded dan mau menerima arahan cenderung berkembang lebih cepat. Sebaliknya, sikap keras kepala kerap menjadi penghambat progres, tak peduli seberapa sering seseorang berada di lapangan.

Perbincangan akhirnya mengarah pada masa depan padel di Indonesia. Bagi Mochtar dan rekan-rekannya di Perkumpulan Besar Padel Indonesia, padel masih berada di fase awal dan belum mencapai puncak popularitasnya. Fokus utama saat ini adalah membangun standar coaching yang benar dan tersertifikasi, agar pengembangan talenta, khususnya di kalangan generasi muda, dapat berlangsung secara sehat dan berkelanjutan.

Zar melihat masa depan padel sebagai olahraga jangka panjang. Dengan masuknya padel ke Asian Games dan Olimpiade, minat masyarakat dan investasi diyakini akan terus tumbuh. Ia pun tengah mempersiapkan Zar Lasahido Academy yang tidak hanya berfokus pada pemain, tetapi juga mencetak pelatih berkualitas, sehingga ekosistem padel di Indonesia dapat berkembang dengan struktur yang kuat namun tetap menyenangkan.

BACA JUGA:

10 Panduan Praktis Peraturan Main Padel yang Wajib Diketahui Pemain Baru

10 Manfaat Olahraga Padel untuk Tubuh dan Pikiran

Baca artikel Bazaar yang berjudul "Sinergi Dalam Ritme" yang akan terbut di edisi cetak Harper’s Bazaar Indonesia - Desember/Januari 2026; Penulis: Michelle Othman, Disadur oleh: Akma Siregar; Foto: Courtesy of Dok Bazaar