Ketika Pangeran William mengungkapkan bahwa ahli waris Kerajaan sekaligis putra pertamanya, Pangeran George, memintanya mematikan film dokumenter terbaru dari David Attenborough, A Life On Our Planet karena terlalu mengecewakannya, kami sepakat dan turut merasakan hal yang sama.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa jika pemimpin negara saat ini memilih abai, apa harapan yang dimiliki planet kita? Rangkaian ini telah berdampak pada kesalahan ekologis, sebuah fenomena global yang diakui 77% murid bahwa perubahan iklim membuat mereka khawatir dan setidaknya 1 anak 16 tahun mengalami mimpi buruk terkait krisis iklim dalam sebuah studi terbaru.
Ketika para aktivis dan media mulai menyiarkan takdir planet kita dalam kacamata produksi David, menuai reaksi yang hampir sama, yakni keputusasaan. “Kami menghadapi tantangan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkap Dr Jamie Bird, pengajar senior Health and Social Care Research di University of Derby. “Perasaan kecewa dan takut tentang krisis iklim adalah sesuatu yang normal dan sehat secara emosional untuk bereaksi demikian, dan dirasakan banyak orang. Tantangan ini muncul secara geografis dalam catatan waktu dari generasi ke generasi.”
“77% murid mengakui perubahan iklim membuat mereka khawatir”
Dengan bantuan teknologi, gambaran kita terhadap dunia semakin jelas dan instan sehingga ketika menyaksikan hutan rimba Amazon terbakar dan Australia mengalami kebakaran hebat, kami merasakan hal yang luar biasa. Satu orang yang melihat secara langsung perubahan iklim adalah Dr Hannah Peck, penanggungjawab dan kepala program Cool Earth, sebuah organisasi yang bekerjasama dengan komunitas hutan rimba untuk menghentikan penebangan hutan.
“Perubahan iklim telah memengaruhi komunitas lokal selama beberapa tahun dan kini berada di depan mata,” jelasnya. “Hidup di dunia serba digital, kita justru tidak terhubung dengan lingkungan alam kita, tetapi kebakaran hutan di California dan banjir besar di kota-kota Inggris menekankan krisis iklim yang berdampak pada kehidupan kita sehari-hari.
Selain itu, bukti bahwa dampak terhadap lingkungan berarti kita tidak dapat mengelak lagi. Tentu, secara alami, ada perasaan takut yang muncul, tetapi harus diubah dalam sebuah aksi.
Sulit untuk tidak merasa bersalah pada lingkungan dalam situasi seperti ini – mulai dari melupakan penggunaan gelas kopi ramah lingkungan hingga membeli tiket pesawat ketika naik kereta dapat menjadi pilihan. Namun, tidak ada perasaan lain ketika menyaksikan planet ini sulit untuk merasakan keinginan untuk berbuat seuatu. “Pilihan yang mudah tidak selalu ramah bagi lingkunga. Namun, menjalani kehidupan yang ramah lingkungan adalah sebuah proses, bukan kesempurnaan,” ungkap Dr. Hannah.
“Menjalani kehidupan ramah lingkungan adalah sebuah proses, bukan kesempurnaan”
Sedangkan psikoterapis, Hilda Burke memastikan bahwa perasaan bersalah pada lingkungan adalah respons manusia. Ia menghimbau dibandingkan tidak melihat karena merasa tidak nyaman, kita mendorong diri untuk melakukan sesuatu. “Dengarkan kekhawatiran Anda dan gunakan untuk mengeksplorasi cara-cara yang dapat Anda ubah. Dengan demikian dapat membantu Anda merasa lebih baik dan tidak terjebak dalam rasa putus asa,” ungkapnya.
Berkaitan dengan pemanasan global, sejujurnya cukup untuk membuat semua orang, termasuk Tuan David untuk mengabaikannya, tetapi Dr James mengungkapkan bahwa kunci perubahan adalah membangun pola pikir. “Masalah dan solusi yang harus dibangun secara kolektif, bukan individual. Bekerjasama dengan orang lain untuk mencari dan mengembangkan jawaban serta menghabiskan waktu di alam, menghargai keberadaan Anda menjadi bagian di dalamnya.”
Namun, bagi Anda yang siap mendalaminya, Dr. Hannah yakin bahwa kita lebih kuat dari yang kita bayangkan. “Pergerakan rumput dari setiap individu akan bertumbuh dan mengubah kebijakan pemerintan dan mendorong pelarangan dari penggunaan plastik sekali pakai pada awal tahun ini. Kita dapat melakukan hal yang sama dengan iklim. Kita semua memiliki suara dan tahun 2020, satu cuitan dapat mengubah dunia. Orang-orang yang perhatian dari berbagai usia berniat untuk berjuang melawan iklim masa depan yang tidak stabil, dan menggunakan suara mereka serta media sosial untuk melakukan hal tersebut. Itulah masa depan.”
5 cara untuk melakukan perubahan
1. Tanda tangani petisi
Banyak petisi aktif yang membutuhkan tanda tangan Anda dan tidak berbayar. Friends of the Earth, sebuah organisasi yang berdedikasi untuk melindungi lingkungan alam, bisa menjadi tempat untuk memulai.
2. Kurangi konsumsi daging
Menurut Scientific Reports, jika masyarakat di satu negara mengurangi seperempat bagian dari konsumsi daging, kita dapat mengurangi 82 juta metrik ton gas emisi setiap tahunnya.
3. Hindari penggunaan minyak palma
Produk seperti selai kacang, cokelat, roti, dan biskuit serta produksinya menyebabkan penebangan hutan yang besar, menghancurkan habitat hewan-hewan langka seperti Orangutan.
4. Kurangi berpergian
Meski sekarang kita berada di rumah, perlu diingat bahwa polusi ini menyumbang 3% gas karbondioksida, kemacetan di jalan menyumbang 10% sedangkan kapal pesiar menyumbang karbondikosida tiga hingga empat kali lebih banyak dari pada pesawat jet.
5. Menanam kembali
Pakai kaus kaki Anda dan tanam kembali, temukan acara penanaman pohon di lingkungan Anda bersama dengan The Woodland Trust, yang menargetkan penanaman 50 juta pohon dalam lima tahun ke depan.
Baca Juga: Langkah Pertama untuk Lebih Mencintai Bumi: Mulai dari Lemari Pakaian Anda
(Penulis: Jessica Harris; Alih Bahasa: Vanessa Masli; Artikel ini disadur dari BAZAAR UK; Foto: Courtesy of BAZAAR UK)