Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Bagaimana Cara Menjadi Konsumen Pakaian yang Lebih Bijaksana?

Aktivitas berbelanja sebatas hiburan dijamin tidak membawa kebahagiaan. Simak cara menjadi pembeli yang pintar.

Bagaimana Cara Menjadi Konsumen Pakaian yang Lebih Bijaksana?
(Foto: Courtesy of NBC Getty Images)

Seberapa sering Anda berbaring di sofa, berbelanja hanya karena sedang bosan? Banyak dari kita, pengalaman berbelanja telah menjadi sumber hiburan non-stop sepanjang minggu. Namun riset menyatakan bahwa hal ini tidak dapat membuat Anda bahagia. Lalu, mengapa kita terus melakukannya? Lebih penting lagi, bagaimana cara mengubah kebiasaan ini?

“Banyak orang terhipnotis dan bisa dibilang kecanduan terhadap berbelanja,” tutur Senior Research Associate di University of Geneva dan pendiri Sustainable Fashion Consumption Network. “Berbelanja secara berlebihan bukan hanya tidak baik untuk keuangan Anda, namun juga tidak bermanfaat bagi Anda. Sebaliknya, hal ini justru dapat menjadi beban.”

Berbelanja sudah menjadi sebuah kebiasaan, bahkan menjadi pelarian utama banyak orang untuk masalah kehidupan.

Ada acara perkawinan di akhir pekan? Beli gaun baru.

Merasa sedih atau resah? Sepasang sepatu bisa membantu.

“Banyak orang menjadikan shopping sebagai salah satu cara mengalihkan diri dari masalah kehidupan dan perasaan-perasaan sulit,” jelas Alec Leah, mantan Fashion Editor dan penulis buku The World is On Fire But We’re Still Buying Shoes. “Namun cara berbelanja ini tidak akan pernah memuaskan Anda. Rasa tidak puas ini tidak akan pernah hilang.”

Riset baru dari Hot or Cool Institute yang ditulis bersama Katia menyatakan bahwa jika setiap penduduk Inggris mengurangi kebiasaan berbelanja baju baru, hal ini akan mengurangi emisi sebesar 2,3 kali lebih dari usaha-usaha berkelanjutan lainnya seperti membeli baju bekas, memperpanjang masa penggunaan, dan penanganan limbah yang bertanggung jawab. “Tidak pengaruh berapa banyak katun organik atau poliester daur ulang yang anda kenakan, hal ini tidak sustainable,” jelas Alec.

“Fenomena ini menjadi faktor terbesar pengaruh mode terhadap pencemaran lingkungan, dan kita wajib mempertanyakan hal ini.”

(Foto: Courtesy of Netflix)

Lantas, berapa banyak baju yang sesungguhnya kita perlukan? Menurut Wrap, rata-rata orang di Inggris tahun ini memiliki 118 baju, dan 26 persen darinya tidak pernah digunakan. Hasil riset Hot or Cool menyatakan bahwa kita hanya membutuhkan sekitar 74 hingga 85 pakaian. “Yang kami maksud bukan hanya memakai satu celana dalam atau satu pasang kaus kaki untuk sepanjang tahun,” tutur Katia. “Yang kami maksud adalah untuk membeli secukupnya dalam lingkup target 1,5 derajat iklim.”

Berikut adalah alasan terbaik untuk perlahan berhenti berbelanja secara berlebihan: “Hidup dengan pakaian secukupnya sebetulnya baik untuk Anda,” lanjut Katia.

“Anda akan memiliki lebih banyak ruang di lemari dan kehidupan Anda yang terbukti memiliki efek positif untuk kesehatan mental Anda di jangka panjang. Hal ini juga tentunya lebih ramah terhadap keuangan Anda. Jika Anda berhenti sering-sering berbelanja barang murah, Anda dapat mengatur ulang pengeluaran Anda dan membeli barang-barang berkualitas yang lebih awet kedepannya.”

Walaupun kami tahu bahwa kami harus mengurangi aktivitas berbelanja, sederet iklan dan dikson membuat upaya ini menjadi susah diterapkan. Simak beberapa rekomendasi untuk mengurangi pengeluaran Anda demi kondisi dompet, dunia, dan planet yang akan membaik.

  • Investasi untuk masa depan Anda

“Anda tidak harus merelakan berbelanja secara total. Berbelanja lebih sedikit menjadi kesempatan untuk mengumpulkan uang untuk membeli barang yang berkualitas tinggi,” jelas Alec. “Bukan sebatas barang-barang yang sedang populer di Instagram, kita harus berpikir secara jangka panjang. Pilihlah barang yang Anda pikir dapat digunakan bahkan dua tahun ke depan.”

  • Belajar lebih banyak

Pengetahuan baru dapat terasa mengintimidasi, namun ini penting untuk berkembang. “Ada kecenderungan untuk mengabaikan kenyataan demi mempertahankan sebuah kebiasaan,” jelas Katia. “Ilmu psikologi sosial menyatakan bahwa kejutan mental kadang dibutuhkan untuk mengubah perilaku seseorang.” Untungnya bagi Anda, banyak sumber informasi di luar sana untuk membantu Anda memperluas pengetahuan. Film dokumenter seperti True Cost dan Inside the Shein Machine dapat menjadi titik awal yang sempurna untuk perjalanan ini.

  • Stop terlalu banyak berpikir

Anda bisa pusing sendiri memikirkan debat dunia mode mengenai sertifikasi, greenwashing, kulit asli versus kulit vegan versus kulit sintetis. “Konsep berkelanjutan adalah sesuatu yang rumit, tapi Anda bisa memiliki hubungan yang lebih baik dengan fashion,” tutur Alec. “Belilah barang yang berkualitas yang akan anda rawat baik-baik. Mencintai pakaian Anda bisa menjadi hal yang mudah, seru, dan menjadi cara paling efektif dan autentik untuk berkontribusi terhadap keramahan lingkungan.”

  • Berpikir secara keseluruhan

Jika menata ulang lemari Anda terasa terlalu sulit sekarang, mulailah dengan cara-cara kecil untuk berkontribusi ke keramahan lingkungan dengan merubah cara pikir menjadi lebih slow-living. “Orang yang memulai gaya hidup zero-waste akan cenderung mengaplikasikannya ke cara belanja pakaiannya,” tutur Katia. “Mereka bisa mulai dari proses pengomposan atau mengganti sikat plastik menjadi bambu, dan saat mereka menata ulang dapur mereka, kebiasaan ini akan merambah ke area-area lain di kehidupan, termasuk lemari baju mereka.”

  • Unsuncribe dan unfollow

Oscar Wilde mengatakan bahwa semua orang dapat menolak segala hal, kecuali godaan. Mematikan kanal-kanal dimana sederet brand mengiklankan produk mereka dapat menjadi cara baik untuk mengurangi godaan membeli barang baru. “Berhentilah berlangganan dari notifikasi surel brand-brand fashion, dan hapus aplikasi-aplikasi fast fashion di telepon genggam Anda. Hal ini dapat menjadi langkah pertama untuk mengubah gaya hidup Anda," tutur Katia.

  • Dengarkan diri Anda sendiri, bukan influencer

Kembangkan gaya pribadi Anda berdasarkan busana yang Anda sukai, bukan sebatas apa yang orang di media sosial katakan bagus. “Dibutuhkan tingkat percaya diri yang tinggi untuk menjauh dari mesin konsumtif, memutuskan apa yang Anda sukai atau tidak sukai, dan tiba di kesimpulan bahwa Anda tidak membutuhkan influencer untuk memberi tahu Anda apa yang harus dibeli,” jelas Alec. “Anda dapat menemukan gaya pribadi Anda dengan diri sendiri, dan menyadari hal ini adalah sesuatu yang penting.”

Di masyarakat yang cenderung konsumtif, mengurangi berbelanja bukan hal yang mudah, namun manfaatnya jauh lebih besar dari pengeluarannya. “Hal ini akan jauh lebih baik untuk Anda, untuk komunitas Anda, akan meningkatkan kualitas hidup Anda, dan juga mengurangi efek buruk terhadap lingkungan,” seru Katia. “Anda akan menolong diri Anda sendiri, juga dunia.”

(Penulis: Megan Doyle  ; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih Bahasa: Hans Hambali; Foto: Courtesy of Bazaar US)