Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

3 Musuh Program Diet

Lakukan identifikasi terhadap “oposan” yang berpotensi untuk menggagalkan program diet Anda.

3 Musuh Program Diet

Program diet Anda sejak awal tahun belum menunjukkan hasil? Berhubung Januari nyaris berakhir, sebaiknya lakukan evaluasi apakah jenis (dan jumlah) asupan makanan Anda sudah ada di “jalan yang benar”.

Pada dasarnya, ada tiga jenis bahan pangan yang sebaiknya dihindari saat menjalani program diet. Program diet yang difokuskan di sini adalah diet yang bertujuan untuk menurunkan berat badan.

1. Tepung

Waspadai segala jenis tepung dalam makanan yang Anda asup, baik yang kasat mata maupun yang tersembunyi. Itu berarti termasuk aneka ragam pasta, mi, roti, pisang goreng (yang digoreng dengan adonan tepung) dan semua jenis makanan yang digoreng dengan tepung.

Kalau demikian, apakah salad adalah satu-satunya jenis makanan yang aman? Belum tentu, salad tetap berbahaya jika campurannya adalah makanan yang diolah dengan memakai tepung. Pastikan campuran salad Anda adalah ayam panggang, bukan fillet chicken yang digoreng dengan tepung panir.

Bagaimana dengan crouton yang biasanya dipakai sebagai taburan salad? Sama saja bahayanya. Bagaimana pun, crouton adalah potongan roti tawar yang biasanya diolesi dengan butter dan dibuat dari tepung terigu.

Saus salad (dressing) juga termasuk kategori “jebakan Batman” dalam peta makanan. Dressing biasanya mengandung tepung kanji yang berfungsi sebagai pengental. Belum lagi kandungan zat pengawet dan pewarnanya.

Cara paling aman adalah membuat saus salad sendiri. Gunakan minyak zaitun (olive oil) yang dicampur dengan bawang putih cincang serta sedikit garam dan lada. Bubuhi dengan air jeruk lemon atau nipis.

Aneka jajan pasar seperti lemper, kue talam, kue lapis, kue pisang, centik manis, dan kawan-kawannya juga sebaiknya dihindari. Kue-kue tradisional seperti ini biasanya berbahan baku tepung beras atau tepung tapioka.

Kue-kue modern? Sama saja. Lupakan kaastengels, nastar, chocolate cake dan para kerabatnya.  
 

2. Minyak

Makanan yang digoreng dengan teknik deep frying seperti ayam goreng, ikan goreng, tahu dan tempe goreng atau kerupuk adalah kontributor minyak jenuh nomor satu bagi tubuh kita. Apalagi jika proses penggorengannya dilakukan dua kali untuk mencapai tingkat kerenyahan tertentu.

Teknik menumis atau stir fry masih bisa ditolerir sepanjang bukan mie goreng atau nasi goreng yang menjadi pilihan.

Jenis minyak goreng yang paling aman digunakan adalah minyak kelapa. Saat dipakai untuk menggoreng, asam lemak jenuh berantai sedang yang terkandung dalam minyak kelapa akan tetap stabil dalam suhu tinggi. Sedangkan asam lemak jenuh dalam mimyak kelapa sawit akan berubah menjadi asam lemak trans (trans fatty acid) jika dipanaskan dalam suhu tinggi.

Jika Anda merasa “sehat” dengan memilih menu gado-gado, ketoprak, pecel atau ayam penyet, sebaiknya asahlah kembali sikap kritis Anda. Jangan abaikan tahu, tempe dan kerupuk atau rempeyek yang ada di dalam gado-gado atau pecel Anda. Semuanya diolah dengan teknik deep frying.

Juga jangan terlena dengan irisan mentimun, tomat dan beberapa helai daun kemangi yang menyertai sambal yang menggoda dalam ayam penyet Anda. Masalahnya, sang primadona pun menjalani proses penggorengan dengan menggunakan minyak dalam jumlah banyak.

 

3. Gula

Gula dalam makanan pun terbagi menjadi dua kategori, yang kasat mata maupun yang tersembunyi. Donat lapis cokelat, aneka ragam cake, minuman ringan, sirup, es krim hingga permen di satu pihak. Lalu ada nasi (ya, nasi) dan buah-buahan. Yang justru lebih berbahaya adalah kategori makanan yang mengandung gula tersembunyi. Susu, yogurt, sereal, energy bar, kentang, semua saus dan bumbu dalam kemasan botol pun mengandung gula. Pernahkah Anda mengecek berapa gram kandungan gula yang tertera dalam kemasannya?

Jam makan siang sudah tiga jam berlalu. Saatnya menyeduh kopi untuk menyegarkan mata. Bagaimana kalau sekali-sekali mencermati  keterangan komposisi kandungan pada kemasan kopi sachet favorit Anda? Berapa gram kandungan gulanya?


(Foto: Marie C. Fields/Shutterstock)