Di tengah dunia yang semakin canggih, brand The Balvenie memang selalu dikenal mempertahankan keahlian dan spirit tulusnya dalam pembuatan whisky, menjadikannya satu-satunya penyulingan di Skotlandia yang masih merawat ladang barley-nya sendiri, menggunakan metode floor malting tradisional, menyimpan pandai besi dan tembaga langsung di lokasi, serta yang terpenting masih menjunjung tinggi teknik craftsmanshipyang langka.
Dan sebagai bagian dari kampanye global untuk merayakan semangat keahliannya, The Balvenie yang telah hadir sejak tahun 1892 pun meluncurkan The Makers Project yang menggandeng para seniman untuk menunjukkan apa yang diperlukan serta cara untuk menuangkan hati ke dalam karya mereka, di samping mengelevasi yang "hebat menjadi luar biasa".
Kabar membanggakan pun dihadirkan oleh salah satu seniman berbakat asal Indonesia, Diela Maharanie, seorang ilustrator yang karyanya sudah dikenal di berbagai platform yang dengan bangga teprilih menjadi bagian dari The Makers Project ketika ia sukses menuangkan narasi di balik warisan budaya Nusantara yang semangat pelestariannya juga selaras seperti apa yang dipertahankan The Balvenie dalam hal seni pembuatan whisky-nya.
Selain Diela yang terpilih mewakili Indonesia, The Makers Projects juga turut menampilkan lima artis terpilih lainnya dari kawasan Asia Tenggara yang terdiri dari Singapura, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Dengan diluncurkannya The Makers Projects, ini menjadi bukti nyata dari semangat dalam mewujudkan kombinasi antara keahlian, keterampilan, dan ambisi.
Sebagai penghargaan atas semangat dan rasa hormat terhadap craftsmanship kelas atas, The Balvenie dan Diela Maharanie pun menyatukan kekuatan untuk mempersembahkan sebuah karya seni berjudul “Cendrawasih” serta gift set yang hadir dalam edisi terbatas.
Karya seni persembahan Diela Maharanie sendiri terinspirasi oleh beberapa ikon Indonesia yaitu burung Cendrawasih, bunga Rafflesia, dan penari tradisional yang terkenal. Disempurnakan dengan semangat, keterampilan, imajinasi, serta warna yang kaya yang berhasil menghidupkan elemen-elemen ini dalam desain, ini menjadi bukti nyata bagaimana seseorang yang terus menyempurnakan kerajinannya tidak akan pernah gagal.
Berkesempatan untuk berjumpa langsung dengan seseorang yang telah berkecimpung di dunia seni selama lebih dari 15 tahun dan yang keterampilannya ia dipelajarinya secara otodidak, sore itu selama kurang lebih satu jam Bazaar berbincang dan mengenal lebih dalam mengenai karya seni yang ia ciptakan secara istimewa untuk kolaborasinya dengan The Balvenie. Mari simak ceritanya di bawah ini:
Dari mana kecintaan Anda pada dunia seni muncul? Dari hasil riset yang Bazaar lakukan, apakah betul sebelum terjun ke dunia seni Anda merupakan seorang akuntan? Lantas apa yang mendorong Anda hingga akhirnya memutuskan untuk beralih dari sebuah pekerjaan yang notabene stigmanya lebih “secure” ketimbang menjadi seorang seniman?
Sebenarnya dari kecil memang sudah gemar dengan hal-hal yang berbau kreatif seperti menggambar. Dulu waktu SMA juga suka terlibat membuat mading dan sempat membuat short film. Hanya ketika kuliah memang mengambil jurusannya akuntansi (mengikuti jejak kedua orang tua), jadi sempat vakum dari menggambar semasa kuliah.
Kemudian setelah lulus juga langsung berkecimpung menjadi seorang akuntan, tapi di sela-sela padatnya pekerjaan, saya mulai kembali menyempatkan diri menggambar, terutama semenjak hadirnya wadah online gallery.
Singkat cerita akhirnya saya mengambil keputusan besar yaitu mengundurkan diri dari pekerjaan yang bisa dibilang mapan dan fokus mengejar impian.
Kalau mengenai kekhawatiran, yang lebih takut sejujurnya orang tua ya. Tetapi waktu itu karena panggilan jiwa, akhirnya orang tua mengizinkan. Mereka berpesan kalau memang serius ingin jadi ilustrator, harus benar-benar dijalani secara sungguh-sungguh. Jadi benar sih kata orang tua: mau kerja apapun kalau ditekuni pasti bisa berhasil.
Apakah ada spesifik teknik yang Anda gunakan dalam melahirkan karya-karya Anda? Jika iya teknik apa itu?
Untuk artwork, saya memilih menggunakan teknik bordir dan akrilik di atas sebuah kain khusus, karena bordir memang merupakan salah satu media yang istimewa untuk saya. Mengingat ibu saya adalah seorang penjahit, sejak kecil saya sudah mengenal dan hidup dekat dengan material kain dan benang, sehingga akhirnya saya terbiasa membuat karya dengan teknik tersebut.
Sedangkan untuk karya Balvenie, saya menerjemahkan keahlian yang saya miliki yaitu lewat ilustrasi ke dalam bentuk yang memiliki dimensi dan tekstur sehingga saya merasa bahwa bordir adalah teknik yang sempurna untuk kolaborasi ini. “Cendrawasih” tidak hanya mewakili budaya Indonesia, tetapi juga mewakili proses di balik karya seni yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali dihubungi oleh tim The Balvenie untuk ikut ambil bagian dalam proyek ini bersama seniman-seniman dari negara lain untuk merilis koleksi spesial?
Tentu sangat senang karena The Balvenie merupakan one of the pioneer di sektor wiski dan sudah memiliki nama dan reputasi. Dan untuk mewakili Indonesia di proyek ini bersama dengan seniman dari negara-negara lain merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi saya.
“Selain itu Indonesia kan memang terkenal akan kebudayaan dan alamnya.”
Bagaimana proses yang dijalani ketika menciptakan karya kolaborasi ini?
Boleh dikatakan cukup lancar ya perjalanannya dalam menciptakan karya ini karena kebetulan saya sudah langsung kebayang apa yang ingin saya tonjolkan dari tema besar yang diberikan yaitu “heart of the country”. Selain itu Indonesia kan memang terkenal akan kebudayaan dan alamnya.
Lalu kalau karya seni Anda untuk The Balvenie, teknik serta medium apa yang Anda gunakan?
Sebut sajahybrid(dan sangat spesial karena saya tidak pernah sebelumnya menggabungkan hobi personal dengan proyek profesional), jadi ada ilustrasi digitalnya kemudian ada juga karya manualnya. Untuk karya manual-nya saya menggunakan acrylic painting dan punch needle (tekniknya mirip seperti embroidery tetapi cara kerjanya manual, jadi tidak menggunakan tufting gun) di atas sebuah bahan kain khusus.
Bagian apa yang terasa paling menantang dan juga menyenangkan dari proses yang dijalani?
Hal yang paling menantang bagi saya adalah bagaimana menerjemahkan brief ke dalam karya seni. Selain DNA The Balvenie, yaitu craftsmanship yang dibuat dengan hati, saya ingin mewakili dan merayakan Tanah Air saya melalui media yang penuh warna dan eksperimental. Saya sangat berharap melalui koleksi “Cendrawasih”, audiens dapat merasakan cita rasa budaya yang diwakilinya.
Untuk gift set yang tersedia dalam edisi terbatas, bagian yang paling menantang adalah melestarikan esensi warna-warni “Cendrawasih” dan keragaman negara saya yaitu Indonesia, dalam bentuk tatakan gelas dan mug. Desain akhir pun kemudian dibuat dalam warna emas perunggu untuk mewakili kekayaan warisan budaya dan warna khas Balvenie.
Sebetulnya pesan apa yang ingin Anda sampaikan lewat hasil karya ini?
Sebenarnya proyek ini kan juga melibatkan beberapa seniman dari negara lain yang juga punya tujuan yang sama yaitu merepresentasikan negara mereka. Nah, misi saya cukup sederhana, as simple as ingin menonjolkan apa sih Indonesia, lalu bagaimana budaya dan alamnya seperti apa. Jadi memang ingin memamerkan ikon-ikon yang ada di Indonesia seperti Batik, Bunga Rafflesia, Burung Cenderawasih, penari tradisional dari daerah Palembang, Harimau Sumatra, dan masih banyak lagi.
“Menurut saya sangat penting untuk tetap percaya pada diri, karya, serta ciri khas kita sebagai seorang seniman…”
Apa filosofi dari The Balvenie yang dirasa selaras dengan prinsip yang Anda pegang sebagai seorang seniman?
Saya melihat brand The Balvenie itu sangat menjunjung tinggi craftsmanship. Hal ini terlihat dari proses produksinya yang tidak masal. Lalu mereka juga memiliki seorang Malt Master yang bertindak sebagai quality control. Jadi menurut saya mereka sangat memperhatikan kualitas.
Sedangkan kalau dari sisi saya sebagai seorang seniman, saya juga selalu berusaha untuk mengerjakan segala proyek dengan sebaik mungkin tapi di sisi lain tetap being original me. Menurut saya sangat penting untuk tetap percaya pada diri, karya, serta ciri khas kita sebagai seorang seniman. Even though it sounds cliche, but it works. Jadi dalam berkarya juga harus just be yourself.
Terakhir, sebutkan tiga kata yang dapat mendeskripsikan karya terbaru Anda untuk The Balvenie?
Ornamental, Heritage, Whimsical.
Seperti yang telah disebutkan di atas, sebagai bagian dari kolaborasi, The Balvenie dan Diela pun meluncurkan gift set yang hadir dalam edisi terbatas. Setiap gift set terinspirasi dari karya seninya yang bertajuk “Cendrawasih” dan terdiri dari gelas whisky serta tatakan gelas yang dibuat dari material keramik lengkap dengan sebotol The Balvenie yang tersedia dalam pilihan 12 Year Old DoubleWood atau The Balvenie 14 Year Old Caribbean Cask. Kolaborasi ini pun mencerminkan penghormatan terhadap seni craftsmanshipyang luar biasa. Dua versi dari gift set ini tersedia untuk waktu yang terbatas dan Anda dapat memilikinya dengan mengunjungi gerai-gerai pilihan.
Gerai yang berpartisipasi antara lain:
Jakarta
- Red & White Kemang Mansion
- Red & White Street Gallery - Pondok Indah Mall
- Red & White Pacific Place
- Red & White Lippo Mall Kemang
- Red & White Kota Kasablanka
- Red & White Green Lake Sunter
- Red & White Central Park
- Red & White Plaza Indonesia
- Red & White Senayan City Mall
- Red & White Gandaria City
- W&S Bottle Shop, Cilandak Town Square
- Soekarno-Hatta Terminal 3 Domestic Arrival
- Soekarno Hatta Terminal 2D Domestic Departure
- Rezeki Fresh Market Simprug
- Bottle Shop No. 99, Pesanggarahn
- Lotte Mart Fatmawati
- Kem Chicks Pacific Place
- Daily Foodhall Dukuh Golf Kemayoran
- Foodhall Neo Soho
- Foodhall Plaza Senayan
Bali
- Red & White Seminyak Square
- Red & White Bali Deli Seminyak
- Red & White Kuta Heritage Hotel
- Red & White Ngurah Rai Airport Domestic Arrival
- Red & White Ngurah Rai Airport International Arrival
- Grand Lucky Sanur
Semarang-Surabaya
- Farmers Market Tentrem Mall
- Red & White Pakuwon Mall
- Red & White Ranch Market Basuki Rachmat
Dan beberapa outlet lain yang turut berpartisipasi di daerah Jakarta dan lainnya.
Tonton juga video proses di balik pembuatan karya seni bertajuk "Cendrawasih" karya Diela Maharanie X The Balvenie di bawah ini:
Created by Harper's Bazaar Indonesia for The Balvenie
(Foto: Courtesy of The Balvenie)